49. Kembali

3K 322 37
                                    

Sumpah gue baru ganti LCD yg ke tiga kalinya, tapi masih aja suka keteken sendiri.

Apa perlu ganti hape ya?

Btw makasih udah sabar banget sama cerita ini

Sabar banget gak tuh wkwkw

Bentar lagi paling beres ini udah di ujung bangett

Jadi aku kayaknya perlu cerita baru nih

Pantengin terus ya

Selamat membaca dan semangat puasanya!

***

Aku duduk di dalam ruangan sendirian. Seun tadi memilih keluar dari ruangan namun lebih dari dua jam dia tidak kembali.

Pekerjaanku sudah selesai untuk hari ini. Aku bangkit dari dudukku. Dengan ragu aku berjalan menuju pintu ruang kerjaku. Aku menyaksikan para karyawan sibuk mencuci kendaraan di luar.

Aku mempunyai ide untuk membuat Seun mundur dari pernikahan kami. Aku buru-buru mengganti baju di kamar mandi dalam kantorku. Aku menggunakan salah satu seragam yang dipakai para pegawaiku untuk mencuci kendaraan. Tak lupa mengikat rambutku ke atas.

Aku keluar dan bergabung dengan mereka yang sedang telaten bekerja. Tak ada satu pun karyawan ayah yang melarangku mencuci kendaraan. Mereka terlihat segan berurusan denganku selepas pertikaian kemarin.

Ketika sedang asyik mencuci, aku melihat Seun muncul bersama paman Freddy dan Paman Ryan. Mereka menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuanku yang sibuk bekerja dengan selang di tangan. Meskipun begitu, tidak ada satu pun dari mereka bertiga yang berani memberhentikan pekerjaanku.

Ketika jumlah kendaraan semakin berkurang, salah satu karyawan menghampiriku. Dengan begitu sopan dan ketakutan dia memintaku berhenti bekerja. Aku mengiyakan perkataannya.

Aku masuk ke dalam kantor dan mendapati Seun sedang memegang handuk sembari duduk di atas meja kantor. Suamiku itu turun dan mendekat padaku.

Seun menaruh handuk di kepalaku. Perlahan mengusap air yang berada di antara kening dan akar rambutku. Sebelum terlalu jauh terbuai oleh perlakuan Seun, aku segera menahan tangannya.

"Jangan gini deh, malu sama karyawan di luar," ujarku. Seun maju beberapa langkah, lantas menutup pintu kantor paman.

"Kalo lo tutup kayak gitu, lebih mencurigakan lagi."

"Kita suami istri, gak ada yang bakal marah," jawab Seun penuh percaya diri. Kami saling bertatapan dari jarak jauh.

"Kenapa lo mau aja gue jebak hidup susah kayak gini," ejekku.

Perkataan itu rupanya membawa Seun untuk kembali mendekat padaku. Seun mengambil tangan kananku yang semula menggenggam handuk.

"Gue bayar mahal untuk biaya bengkel ini, tapi lo bukannya jadi ratu di sini, malah jadi tukang cuci motor." Seun menyatukan tangan kami. Terlihat pas.

"Anak yang lahir dari kerja keras akan selalu kerja keras dalam hidupnya. Jangan ketinggian berekspetasi kalo gue bisa jadi ratu. Tapi cewek lain mungkin bisa lo jadiin ratu," jawabku.

"Hm, tangan lo kasar, gak cocok jadi ratu di sini," jawabnya.

"Itu tau." Aku terkekeh kecil dengan perasaan merendah.

"Tapi gue bisa jadiin lo ratu kalo lo pulang dan kembali tinggal di rumah gue." Seun mendekatkan wajahnya padaku.

Seun maju beberapa langkah membuatku terpaksa mundur. Punggungku menabrak meja tempatku bekerja. Seun menaikkan diriku ke atas meja kantor setelah dia menyingkirkan laptop dengan tangan kanannya. Kini aku duduk di atas meja dengan Seun di depanku.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang