3⛅

776 84 40
                                    

3. Gilang marah





"YARA!"

Nayara yang sedang duduk di kamar segera menghampiri suara toa yang berasal dari luar kamarnya. Sepertinya Gilang sudah kembali dari minimarket.

Ia sudah berjaga-jaga jika nantinya Gilang akan marah padanya, atau tidak mengeluarkan jurus andalan dengan marah-marah nggak jelas.

"Lo kenapa nggak bilang, kalo roti jepang itu pembalut!" Ujar Gilang dengan raut wajah marah.

"Kalo ngomong kayak gitu, Lo mana mau beliin," Ucap Nayara, membuat Gilang mengusap wajahnya dengan kasar

"Gue malu lah anjir! Mana subuh-subuh lagi!"

Nayara jadi menghela nafasnya, antara merasa bersalah pada suaminya dan kesal bercampur menjadi satu. "Iya Gilang, kalo bukan minta tolong sama Lo, terus gue harus sama siapa?"

"Masa harus nyuruh Zio,"

Gilang memalingkan wajahnya. Cowok itu bertambah kesal saat Nayara menyebut nama Zio.

"Emangnya boleh minta tolong sama Zio?"

Udah tau Gilang lagi ngambek, malah makin ngompor-ngomporin lagi.

"Yaudah telpon aja!"

Gilang meletakan plastik di lantai, setelahnya ia kembali masuk ke kamarnya.

***

Nayara sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rambut panjangnya ia ikat menjadi satu.

Menghela nafasnya, Nayara melirik pintu kamar Gilang yang sudah tertutup, sepertinya cowok itu sudah berangkat duluan.

Mungkin hari ini Nayara akan menelpon Zio, untuk meminta berangkat bareng ke sekolah.

Nayara mengambil ponselnya, ia segera menelpon Zio.

"Hallo Zi,"

"Kenapa Nay?"

"Udah berangkat apa masih di rumah?"

"Masih di rumah, kenapa emangnya?"

"Mau bareng, boleh nggak?"

"Oke, gue jemput ya?"

"Iya. Gue di rumah bibi, nanti alamatnya gue share lock."

"Iya Nay"

Nayara menyimpan ponselnya kedalam tas. Ia segera menutup pintu, kemudian berjalan meninggalkan halaman rumah.

***

Zio telah sampai di parkiran. Cowok itu segera membuka helmnya, ia melirik kaca spion, terlihat Nayara yang sedang kesusahan membuka helm.

"Perlu bantuan nggak?

Nayara menggeleng. Tak enak juga meminta bantuan pada Zio. Takut nanti Gilang liat, kan urusannya jadi gawat.

"Zio, makasih ya tumpangannya!" Ujar Nayara, cewek itu emang udah biasa berangkat bareng Zio sebelum tinggal dengan Gilang. "Nih helmnya,"

"Iya sama-sama. Pulangnya mau bareng nggak ni?"

"Lo duluan aja, soalnya gue di jemput sama Bibi,"

Oke, Nayara bohong. Jika ia pulang bersama Zio, takutnya Gilang malah tambah marah. Tapi, kalo tau Nayara sekarang berangkat bareng Zio bisa-bisa cowok itu juga marah.

Emang, Gilang itu hobinya marah, sampai buat kepala Nayara rasanya ingin pecah. Padahal mereka baru tinggal semingguan, apalagi nanti?

Nayara harap kedepannya ada peningkatan dari sikap dan perilaku Gilang yang berubah lebih baik dan tidak bersikap seenaknya lagi pada dirinya. Ya, untung Nayara sabar, kalo nggak sabar mungkin udah balik ke rumah mamanya.

Tak terasa keduanya sudah sampai di depan kelas Nayara, cewek itu berpamitan pada Zio untuk masuk kelas, Zio mengangguk mengiyakan, setelahnya cowok itu berbalik meninggalkan kelas Nayara, karena kelas cowok itu terletak sebelum kelas Nayara.

Sebenarnya Nayara tak enak, tapi, ia juga tidak bisa menolak. Zio orangnya keras, kalo udah bilang gini, ya gini, nggak bisa di ganti jadi gitu.

Menghela nafasnya, lantas Nayara masuk ke dalam kelasnya dengan raut wajah di tekuk, pagi ini benar-benar membuat Nayara pusing, belum lagi pelajaran pertama, Matematika wajib yang buat otak kaum IPS ngebul seketika.

***

Gilang sudah pulang lebih dulu, ia tak pulang bersama Nayara. Jujur, ia masih kesal dengan istrinya itu, bisa-bisanya bohongin suami. Nggak takut di uzab apa?

Apalagi berita tadi yang ia dengar dari Samudra, Nayara berangkat bareng sama Zio juga cowok itu yang mengantarkan Nayara sampai ke depan kelasnya.

Pantas saja beritanya cepat menyebar, bagaimana tidak? Siapa si yang nggak kenal Ziofa Skalaraja? Cowok hits di Galaksi plus anak pencak silat.

Gilang menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia membanting tubuhnya ke kasur dengan mata terpejam. Baru saja matanya terpejam, suara langkah seseorang terdengar masuk melalui telinganya, membuat ia mengurungkan niatnya.

Cowok itu segera bangun dari tidurnya, berjalan tergesa-gesa untuk membuka pintu.

Nayara sampai kaget saat melihat Gilang yang baru keluar dari kamarnya, dahinya mengernyit. "Ngapain?"

"Pagi berangkat sama siapa?" Tanya Gilang dengan raut wajah datar.

"N-naik taksi, kenapa?" Jawab Nayara berbohong. Tapi, apa Gilang percaya?

"Pagi berangkat sama siapa?" Tanya Gilang lagi, masih tenang, ia menunggu Nayara jujur. Apa susahnya si?

"Naik taksi! Lo nggak budek kan?" Okeh, Nayara mancing emosi Gilang.

"Sekali lagi gue tanya, tadi pagi Lo berangkat sama siapa?!" Suaranya meninggi membuat nyali Nayara menciut. Cewek itu sedikit gemetar ketakutan, belum lagi tatapan tajam yang di arahkan padanya dari mata Gilang. Sungguh, Nayara ingin menghilang saat ini juga. Mungkin bisa ya sulap?

Gilang maju selangkah menghampiri Nayara, tangan kanannya ia simpan di tembok, mengurung istrinya agar tidak kabur, sementara tangan kirinya mengepal kuat, seolah akan menghajar Nayara saat ini juga.

"Jawab jujur apa susahnya, hah?!" Gilang menatap mata Nayara, membuat cewek itu gelagapan.

"Gue tanya berangkat sama siapa Yara, bukan naik apa!" Ujar Gilang meninggikan suaranya.

"Lo berangkat bareng Zio kan?" Tanyanya dengan menatap lekat mata Nayara. "Jawab!" Tegasnya.

Nayara memejamkan matanya, ternyata benar pirasat nya, Gilang mengetahui dirinya berangkat bareng Zio.

"Lo kenapa si marah-marah terus?" Tanya Nayara berusaha untuk tak takut. "Bisa nggak si, sehari aja ngomongnya baik-baik? Nggak usah marah-marah dulu, tanya baik-baik kan bisa?" Ucap Nayara dengan berani.

"Apa- apa marah terus, pusing gue jadinya. Baru tinggal semingguan aja udah banyak pikiran, gimana jadinya coba?"

Gilang jadi diam tak berkutik. Kok, Nayara jadi bahas yang lain si, ini Gilang lagi nanya Nayara berangkat sama siapa? Ko dia jadi ngeluarin keluh-kesahnya si?

"Jangan ngalihin pembicaraan bisa nggak si?"

"Gue bukan ngalihin pembicaraan Gi. Gue minta sama Lo kalo ada sesuatu itu bicaranya baik-baik, kan enak?"

"Gue juga baik-baik ngomongnya, Lo sendiri yang buat gue marah-marah gini."

Tbc

Next?

CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang