5. Deep talk dan belanja bulanan
"Kita sepasang, namun tak saling mencintai."
- Nayara Aqilla.***
Nayara memasang muka kesal, abisnya Gilang main nyosor-nyosor aja, kayak bebek. Bukannya kasi aba-aba dulu ke, atau pun izin dulu lah.
Melirik suaminya yang sedang duduk di sampingnya sambil bermain ponsel, wajah Gilang menampilkan bahwa ia puas membuat Nayara kesal. Padahal tadi udah minta maaf, tapi apa, bikin kesel lagi kan. Untung Nayara nggak punya penyakit darah tinggi, kalo punya, wassalam sudah!
Tapi setidaknya, Nayara bersyukur, walaupun Gilang pemarah suka ngatur-ngatur, dia tidak pernah bermain tangan.
Walaupun Nayara sering ceritain Gilang dari sisi jeleknya, cowok itu juga mempunyai sisi baiknya. Bahkan Nayara masih ingat, saat Gilang rela membelikannya bubur malam-malam dan jangan lupakan soal roti jepang.
Nayara tersenyum saat mengingat itu semua. Ternyata walaupun Gilang suka marah-marah, nyuruh-nyuruh, tapi dia masih mempunyai sikap baik padanya.
Tak sadar Nayara sedang memandang wajah sempurna suaminya. Berbeda dengan di sekolah, di sekolah Gilang seperti cowok cool yang tidak tersentuh. Tapi saat di rumah Gilang banyak bicara, mulai menyuruhnya, marah-marah nggak jelas sampai nyerocos kayak ibu-ibu komplek gara-gara Nayara lupa nggak kasi makan Cio.
"Kenapa liatin terus?" Gilang menoleh, menatap Nayara yang sedang menatapnya tanpa kedip. "Ganteng ya?" Katanya lagi membuat Nayara ingin memukul ususnya.
"Apaan sih! Pd banget!" Nayara memalingkan mukanya. Merubah raut wajahnya menjadi cemberut.
Gilang mengusap wajahnya kasar. Memperdekat jarak tempat duduknya dengan Nayara. "Tuh kan, mulai lagi, baru juga baikan masa gini lagi si," Gilang meletakan ponselnya di meja, beralih menatap dalam istrinya. "Maunya gimana?" Tanyanya dengan nada lembut.
Nayara diam saja. Jika sudah di tanya maunya apa? Nayara bingung ingin mengatakan apa. Ingin bilang yang Nayara inginkan itu tidak memungkinkan bukan? Tapi Nayara nggak bisa gini terus.
"Heh! Ko diem si?" Gilang menepuk bahu Nayara pelan. "Kalo nggak nyaman bilang aja, nggak usah dipaksain." Katanya lagi, jujur ini membuat hati Nayara merasa tak karuan. Maksudnya apa?
"Maksudnya?" Nayara menatap Gilang.
"Ya, kalo Lo nggak nyaman sama gue tinggal bilang aja. Mungkin Lo, merasa terkekang sama semua ini, bilang aja sama gue." Jelas Gilang membuat Nayara mengangguk sebagai jawabannya.
Tapi, kenapa rasanya Nayara merasa ada sesuatu yang mengganjal. Saat Gilang ngucapin kalimat tadi, Nayara merasa tak enak.
"Nggak usah di paksain juga, sesuatu yang di paksain itu nggak akan berjalan dengan lancar." Lanjutnya. "Kalo sekiranya Lo begitu, Lo bilang sama gue ya Ra. Gue bisa lepasin Lo dan balikin Lo ke papa."
****
"Yara ini minyaknya yang mana?" Gilang membawa tiga botol minyak goreng berukuran sama namun dengan merk yang berbeda ke hadapan Nayara.
Nayara tersenyum, setidaknya ia bisa membuat memori indah bersama Gilang. Tidak ribut-ribut melulu. "Yang ini aja," Nayara mengambil satu botol minyak goreng. "Ambil lagi empat Gi, yang merk nya ini ya," lanjut Nayara.
Gilang mengacungkan jempolnya. Cowok itu pergi menjauh dari tempatnya untuk mengambil minyak yang di perintah nayara.
Saat sudah mendapatkan empat botol minyak goreng, Gilang segera membawanya pada Nayara, menyimpannya di troli.
"Beli apa lagi?" Tanya Gilang pada Nayara. "Gue pengen samyang, sama mau beli makanan instan lainnya. Lo mau apa?" Nayara menjawab, balik bertanya pada Gilang.
"Gue ngikut aja." Gilang mendorong troli, mengikuti kemana Nayara pergi.
"Ambil samyang nya sepuluh,"
"Nggak kebanyakan?
"Nggak bakal. Itu kan stok buat sebulan."
Karena samyang berada di rak paling atas, jadi Gilang yang ambilkan. Sepuluh samyang Gilang ambil, memasukannya ke troli."
"Udah?"
"Ko yang kecil sih Gi," protes Nayara saat melihat samyang berukuran kecil di troli. "Ganti Gi, yang gede aja biar banyak," titah Nayara menunjuk samyang berukuran besar.
"Yakin? Ini pedes lho Ra, Lo kuat emangnya?"
"Nggak usah ngeremehin deh!" Nayara berjalan meninggalkan Gilang.
Gilang mengedikan bahunya acuh. Ia segera mengambil samyang dengan ukuran besar. Tapi, ia tak menyimpan kembali samyang berukuran kecil. Ya sudahlah tidak apa, lagian uang Gilang nggak bakal abis cuma buat beli samyang.
Gilang mendorong troli dengan cepat, ia menemukan Nayara yang sedang berdiri di depan stand sayuran.
"Gi, mau sayur apa?" Tanya Nayara. "Jagung suka?"
"Suka,"
"Sawi putih suka nggak?"
"Iya"
Nayara mengangguk, ia mengambil beberapa jagung dan sawi putih, memasukannya pada troli. Matanya menangkap jumlah samyang yang lumayan banyak. "Lho, ini ko samyangnya banyak Gi?" Tanya Nayara pada Gilang. "Yang kecil tadi nggak di taro lagi?"
"Nggak. Gapapa biar banyak."
"Tapi kan pemborosan namanya,"
"Yaelah, gabakal bangkrut ini cuman beli samyang doang ko." Balas Gilang, kemudian mendorong troli meninggalkan Nayara yang sedang menggerutu sebal. "Buruan Ra jalannya,"
Nayara mendengus sebal. Menghentakkan kakinya sebelum menyusul Gilang. "Iya.. iya.. "
"Nggak usah cemberut gitu Ra, kemarin kan habis maafan, masa ngambek lagi?"
"Gue nggak marah, cuma kesel aja,"
"Terus biar marahnya ilang, gue harus gimana?" Cowok itu menggaruk kepalanya, lantas menatap Nayara yang sedang berfikir. "Jan aneh-aneh mintanya,"
"Beneran bakal nurutin?" Tanya Nayara. Ia tak bisa untuk tidak tersenyum. Ko Gilang galak-galak gemesin ya?
"Iyaa beneran."
"Nanti kalo udah pulang, gue kasih tau mau apa," balas Nayara sambil tersenyum simpul. Gilang memicingkan matanya. "Nggak aneh-aneh kan?"
Nayara menggeleng. "Nggak ko, tenang aja." Balasnya sambil lanjut berjalan. "Ini mau nambah lagi nggak belanjaannya?" Tanyanya pada Gilang.
"Itu masih ada yang kurang nggak?"
"Bentar, gue cek dulu ya," Nayara membuka kertas panjang yang berisi catatan belanja bulannya, semuanya telah ia beli. "Udah semua Gi,"
"Langsung bayar aja ya?"
"Iya biar cepet. Gue udah cape nih,"
"Ya sama gue juga." Gilang menarik pipi Nayara. Gadis itu cemberut. "Biar capek nya ilang, gue harus ngapain?"
"Nggak tau."
"Gendong mau?"
Tbc
Cukup nggak? Mau lagi? Gilang marah-marah gemesinn emangg!! aku gregett woyy!
Kalian tim mana?
Tim GilangNayara akur?
Tim GilangNayara ribut?
Lanjut nggak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA ( ON GOING )
Random"Jadi, harus dengan cara apa supaya mas suami mendapat maaf dari mbak istri?" ••• Perjodohan, mungkin terdengar konyol, tapi ini nyata di alami oleh Gilang dan Nayara. Rumah tangga yang seharusnya berjalan dengan tentram, damai, dan harmonis sangat...