4. Baikan
Jam menunjukkan pukul 18.50, Nayara baru saja selesai dengan kegiatan memasaknya. Karena hari ini sedang halangan, jadi Nayara lebih memilih masak secara dadakan, biar pas makan masi anget.
Rumah sangat sepi. Bahkan, Nayara merasa seperti tinggal sendirian, padahal nyatanya tidak begitu.
Ia belum melihat Gilang sedari tadi, entah cowok itu ada di kamarnya atau mungkin pergi kumpul bersama teman-temannya.
Jujur, Nayara merasa takut saat tadi Gilang marah padanya. Tatapan matanya yang tajam membuat nyali Nayara menciut, bahkan untuk menatap suaminya saja ia harus mengumpulkan ribuan keberanian.
Ia tak banyak tahu mengenai semua hal tentang Gilang. Mulai dari hal kecil; makanan kesukaannya saja ia tidak tahu, cowok itu suka apa dan tidak suka apa saja Nayara pun tak tahu. Nayara bukan tipe cewek yang banyak tanya, kalau saja Gilang menceritakan ya ia dengarkan, kalo Gilang tidak menceritakan, ya, sudah.
Hidup dengan Gilang bukan suatu hal yang mudah. Bisa dibilang ini suatu hal yang paling Nayara tidak inginkan. Tak pernah ada keinginan dalam hidupnya untuk menikah muda seperti yang sedang ia jalani saat ini. Apalagi memiliki pasangan seperti Gilang, sama sekali tidak masuk dalam daftar keinginannya.
Tapi, kembali lagi pada realita, Nayara harus bisa menerimanya. Ntah itu baik ataupun buruk, Nayara harus menjalaninya.
Jika saja hidup bisa request, mungkin ia akan meng request hidup dengan pasangan yang mencintainya, mampu membuat ia bahagia dan tidak emosian seperti Gilang. Tapi, nyatanya hidup tidak bisa seperti itu. Serapih apapun kita membuat jalan hidup, jika itu bukan jalannya dari Tuhan, kita bisa apa? Menjalaninya bukan? Menerimanya dengan iklas?
Gadis itu tersentak kaget, lamunannya buyar begitu saja saat mendengar suara teriakan dari Gilang. Tuh kan! Nggak bisa apa nggak teriak-teriak! Ini rumah lho, bukan hutan.
"CIO!" Teriakan itu terdengar dari lantai atas. Nayara yang sedang menyimpan masakannya di meja makan, memutar bola matanya malas.
Nayara mengelap keringatnya dengan ujung baju, ia duduk selonjoran di sofa sambil menonton tv.
Dapat ia dengar langkah kaki Gilang yang sedang menuruni tangga dengan gerakan cepat, menimbulkan suara yang cukup gaduh. Nayara masih diam. Tak ingin menyapa terlebih dahulu ataupun menegur cowok itu. Biarlah, Nayara sedang ngga mood buat cari masalah sama suaminya sendiri.
"Yara," Nayara pura-pura tidur saat Gilang memanggilnya. Abisnya, Nayara masih takut plus kesel sama Gilang.
Gilang menepuk bahu Nayara pelan, ia tahu Nayara hanya pura-pura tertidur, terlihat dari matanya yang mengerjap-ngerjap pelan.
"Dipanggil suami itu nyaut! Bukannya pura-pura tidur," Gilang mengomel, membuat Nayara diam-diam memaki dalam hati.
"Simulasi jadi istri durhaka, heum?" Tanya Gilang berkacak pinggang. Wajah cowok itu berubah menjadi Galak.
Nayara menulikan telinganya. Tak ada niatan untuk membuka mata.
"Yara! Gue tau Lo nggak tidur ini," ucap Gilang dengan kesal. "Jangan bikin gue kesel Ra!"
Nayara langsung membuka matanya. Merubah posisinya menjadi duduk. Sambil menatap wajah Gilang, tangan Nayara mengepal kuat.
Barusan, ia nggak salah denger kan? Jangan bikin gue kesel. Bukannya Gilang yang kayak gitu ya?
"Cio mana?"
"Mana gue tau,"
"Lo kan dari tadi disini, masa nggak tau Cio dimana?" Gilang meletakan ponselnya di meja, ia memandang Nayara yang berhadapan dengannya.
"Ya emang. Tapi, bukan berarti gue jagain Cio kan? Gue bukan mamanya! Gue juga bukan pengasuhnya Cio! Jadi gue nggak tau." Nayara memejamkan matanya. Gilang pasti marah-marah lagi.
Gilang menghela nafasnya kasar. Terkadang ia merasa tidak enak jika ia marah-marah terus pada Nayara. Tapi, ya, mau gimana lagi, abisnya bikin Nayara kesel udah jadi hobi Gilang.
"Yaudah iya maaf!" Kata Gilang, kemudian cowok itu duduk di sebelah Nayara. "Dimaafin nggak nih?" Tanyanya lagi sembari melirik ke arah Nayara.
Sebenarnya, Nayara si nggak marah-marah banget, cuman, ya, gitu, sikap Gilang yang Gambang emosian sama tukang nyuruh-nyuruh buat Nayara jadi kesal. Tapi, sekesal apapun Nayara pada Gilang, pasti Nayara memaafkannya. Ia sangat memakluminya, karena mereka masih sama-sama labil dan perlu bimbingan dalam menjalin rumah tangganya.
Nayara mengangguk pelan sebagai jawabannya. "Heem,"
"Kok heem sih, gue tanya di maafin nggak?" Tanya Gilang lagi, baru saja meminta maaf tapi sifatnya yang menyebalkan sudah ia keluarkan lagi.
Nayara menghela nafasnya berat, ingin rasanya menggigit pipi cowok itu sampai menjerit kesakitan. Abisnya ngeselin! "Sayang... Gue udah maafin Lo!" Ucap Nayara dengan geram. Nayara jadi malu sendiri dengan apa yang ia ucapkan. Sumpah, berani banget, pasti abis ini Gilang koar-koar lagi.
Gilang tersenyum mengejek dengan mata menyipit. Kemudian cowok itu memperdekat jarak wajahnya dengan Nayara. "Udah berani?" Tanya dengan suara serak, membuat Nayara diam-diam mengutuk dirinya dalam hati. Maaf mulutnya kebablasan tadi!
Gilang mencolek pipi Nayara, membuat pipi gadis itu merona. Tuh, kan, baru di colek pipi aja badannya udah tremor, gimana kalo....
"Coba ulangi lagi," ujar Gilang dengan suara rendah.
Wajah Gilang terlalu dekat dengan Nayara, membuat Nayara mendorong wajah Gilang dengan pelan. "Apaan?"
"Yang tadi," Gilang makin gencar menggoda Nayara, lihat saja cewek itu terlihat gugup.
Nayara tak menjawab. Memalingkan wajahnya ke arah lain sambil menggigit kulit pipi dalamnya. Ini kenapa lagi, Gilang malah tambah mepet-mepet duduknya, padahal kursi ini cukup buat empat orang.
"Sekali lagi, gue mau denger," ujarnya di samping telinga Nayara.
Dengan cepat Nayara menggeleng. "Nggak mau."
"Dosa lho, nggak nurutin permintaan suami,"
Jika sudah menyangkut seperti ini, Nayara pasrah. Pasti ia banyak dosa pada Gilang. Tapi, kan, Gilang juga durhaka sama Nayara? Ya nggak? Masa istrinya sendiri di jadiin tukang ngurus kucing?
Nayara melirik Gilang sejenak. Dapat Nayara lihat, cowok itu terus tersenyum sedari tadi, lebih ke arah senyum mengejek tentunya. Menarik nafasnya pelan, lidah Nayara terasa berat buat ngulang kalimat tadi. "Saya-"
Cup
"GILANGG!!"
Tbc
Gimana puasanya? Masih aman?
Jaga kesehatan ya❤️❤️Next??
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA ( ON GOING )
Random"Jadi, harus dengan cara apa supaya mas suami mendapat maaf dari mbak istri?" ••• Perjodohan, mungkin terdengar konyol, tapi ini nyata di alami oleh Gilang dan Nayara. Rumah tangga yang seharusnya berjalan dengan tentram, damai, dan harmonis sangat...