36. Gilang si ketus
Tiga hari setelah Gilang sadar ...
Kondisi Gilang mulai membaik, dokter sudah membolehkan laki-laki itu untuk pulang.
Sore ini rencananya Gilang akan pulang, tapi akan di periksa terlebih dahulu keadaanya oleh Dokter.
Selama tiga hari Nayara selalu membantu Gilang, menyiapkan kebutuhan laki-laki itu, dan lainnya. Namun tetap saja Gilang bersikap ketus padanya.
Mama Anya belum datang, ia akan datang nanti sore untuk menjemput dirinya dan Gilang.
Saat ini Nayara tengah beres-beres baju, dan beberapa benda lain yang ia bawa dari rumah.
Setelah semuanya beres, Nayara beralih menghampiri Gilang yang masih tertidur. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul tujuh pagi, yang berarti ini waktu Gilang sarapan dan minum obat.
Dengan hati-hati Nayara membangunkan cowok itu, takut kena marah. Soalnya beberapa hari belakangan Gilang selalu marah jika Nayara membangunkannya, padahal Nayara membangunkannya dengan hati-hati.
"Gilang ..., Bangun yu," Nayara menepuk pipi Gilang dengan pelan. "Ini sarapannya udah datang lhoo,"
"Sekalian minum obat supaya cepet sembuh,"
Mata laki-laki itu perlahan terbuka, menguceknya sebentar kemudian merubah posisi duduknya menjadi bersandar. Gilang melihat ke sekeliling. "Mama gue mana?"
Nayara yang tengah menyiapkan bubur menoleh. "Eh udah bangun,"
"Mama kesini nya sore, sekalian jemput kita pulang," Nayara tersenyum setelahnya, kemudian berjalan menghampiri Gilang dengan semangkuk bubur di tangannya.
Nayara menarik kursi, duduk di samping cowok itu. "Makan dulu ya?" Nayara menyodorkan sendok berisi bubur pada Gilang.
Gilang menepis sendok itu pelan, membuat Nayara mengangkat pandangannya. "Kenapa?" Gilang menatap Nayara dalam. "Biar gue aja," Gilang mengambil mangkuk bubur yang ada ditangan Nayara.
"O-ooh iya," Nayara sedikit menunduk, hatinya merasa sedih. Gilang mengangkat kepalanya, menatap Nayara yang tengah menunduk. "Kalo Lo mau pulang, pulang aja,"
Nayara mendongkak, mengusap matanya yang sedikit berair. Cewek itu menatap dalam lelaki di hadapannya.
Gilang memalingkan wajahnya. "Cengeng!" Katanya dengan ketus.
"Iya," Nayara tersenyum lebar. Gilang menoleh, menatap cewek di depannya dengan sebal. "Sana pulang,"
Nayara tersenyum kecil. "Kalo aku pulang siapa yang jagain kamu?"
"Gue bisa sendiri." Masih dengan nada ketus.
Gilang berdecak, sedikit condong untuk menyimpan mangkuk buburnya di atas nakas. Meski sedikit sulit, namun laki-laki itu memaksakan diri.
Nayara tersenyum, ia bangkit dari duduknya, meraih mangkuk dari tangan Gilang, "biar aku bantu," cewek itu menatap Gilang. "Bisa sendiri padahal," ketus Gilang, kemudian memalingkan wajahnya.
Nayara mengusap dadanya, iya Nayara harus lebih sabar lagi dalam menghadapi Gilang.
"Iya Gilang." Nayara tersenyum setelahnya.
Cewek itu kembali lagi kehadapan Gilang, memberikan empat biji obat pada laki-laki itu. "Ini, minum dulu obatnya," disusul segelas air putih.
Gilang tak menyahut, ia langsung mengambil obat yang ada ditangan Nayara, kemudian meminumnya tanpa banyak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA ( ON GOING )
Random"Jadi, harus dengan cara apa supaya mas suami mendapat maaf dari mbak istri?" ••• Perjodohan, mungkin terdengar konyol, tapi ini nyata di alami oleh Gilang dan Nayara. Rumah tangga yang seharusnya berjalan dengan tentram, damai, dan harmonis sangat...