6⛅

682 68 60
                                    

6. Gara-gara samyang!!

Keduanya sudah pulang dari mall sekitar satu jam yang lalu. Mereka memutuskan untuk istirahat masing-masing di kamarnya.

Sekitar pukul tujuh, Nayara turun ke lantai bawah untuk mengisi perutnya.

Nayara sampai di dapur, ia mengambil samyang berukuran besar untuk mengisi perutnya. Mengambil satu telur, dan beberapa sosis juga baso sebagai campurannya.

Setelah selesai memasak. Nayara menatap samyang dengan mata berbinar. Kalau Nayara tinggal di rumah dengan mamanya, mana bisa ia makan samyang, yang ada kena ceramah mamanya.

Kalian pasti merasa aneh? Nayara menambahkan kuah di samyang nya, katanya si biar lebih enak, apalagi di tambah telur setengah matang. Oke, kalian pasti lagi bayangin kan?

Gadis itu membawa semangkuk samyang, duduk bersila di sofa sambil menonton kartun kesukaannya, Upin Ipin. Ntahlah, padahal Nayara sudah menonton episode ini, tapi ia tak pernah bosan.

Teratawa cekikikan, sesekali Nayara memasukan samyang ke mulutnya dengan gerakan pelan, disusul dengan segelas susu putih hangat, supaya meredakan rasa pedasnya.

Suara langkah seseorang yang menuruni tangga terdengar gaduh, Nayara melirik sejenak ke arah tangga, ternyata Gilang sedang berjalan menuju ke arahnya. Nayara kembali fokus pada acara menontonnya.

Menyimpan mangkuk berisi samyang yang masih lumayan banyak, Nayara mengambil gelas susu yang berisi setengah, meminumnya hingga habis. Nayara menghirup nafas dalam-dalam, ia sudah tak kuat untuk menghabiskan samyangnya, tapi kalo nggak di abisin kan sayang, mubazir.

Gilang yang baru saja datang, memilih duduk di sofa sebelah Nayara. Ia melirik Nayara, wajah gadis itu sudah memerah, matanya berkaca-kaca. Sudah tahu apa penyebabnya, pasti karena semangkuk samyang yang ada di tangan gadis itu. Sok-sokan sih! Udah tau nggak bisa makan pedes!

Tak ingin bertanya atau sekedar mengeluarkan sepatah kata apapun, Gilang hanya diam saja. Abisnya kepala Nayara batu, udah di bilang samyang nya yang kecil aja, pengen nya yang besar terus.

"Itu mukanya merah, kenapa?" Gilang menunjuk wajah Nayara, kemudian beralih memandang semangkuk samyang yang Nayara pegang. "Kepedesan, gara-gara makan samyang, heum?" Tanya cowok itu, persisi seperti Kenzie, kakaknya. Kalau saja Nayara di rumah pasti sudah kena marah oleh Kenzie.

Nayara gelagapan. Ia melirik ke arah lain sejenak, kemudian kembali menatap lawan bicaranya. "Ah, nggak ko. Ini cuma gerah aja... makanya mukanya merah." Kilah Nayara, ia menghibaskan tangannya ke wajah. "Gerah nggak si? Ko gue ngerasa, hawanya panas banget,"

Nayara melirik sudut ruangan yang terdapat AC. "Itu AC nya mati ya...?"

"Lo nggak pinter akting Yara!" Ujar Gilang dengan raut wajah tersenyum mengejek. "Kentara banget tau nggak si? Makanya kalo gue bilangin itu jangan batu tu kepala. Gini ni kalo nggak nurut sama suami!" Ujarnya sedikit menaikan suaranya.

"Udah tau samyang tu pedes, masih aja dimakan. Sakit perut baru tau rasa! Mie kan masih ada yang nggak pedes, kenapa nggak makan yang itu aja? Udah tau nggak bisa makan pedes, masih aja dimakan."

Nayara diam membeku. Ia mencengkram sofa dengan bibir gemetar. "Ko marah-marah si? Kenapa si apa-apa harus marah-marah, ngomel-ngomel terus, pusing tau gue dengernya."

Jika di antaranya sudah berdebat, beginilah, tak ada salah satu yang mau mengalah, keduanya sama-sama keras kepala.

Memang sih, Nayara yang salah kerena nggak nurut sama Gilang. Tapi, kan, Gilang juga nggak bisa marah-marah gitu aja ke Nayara. Padahal bisa kan ngomongnya baik-baik?

Emang apa-apa selalu marah-marah. Gilang itu nggak bisa santai dikit, nggak tau yang di marahin itu sakit hati atau gimana perasaanya?

"Gue marah-marah itu karena peduli sama Lo! Bukan cuman sekedar marah-marah aja," kata Gilang dengan tenang. "Lo mikir deh, kalo perut Lo sakit trus masuk rumah sakit siapa yang disalahin? Otomatis keluarga nanyain ke gue kan? Terus keluarga pada nanya, ko bisa sakit? Emangnya kenapa? Gue bilang gara-gara makan samyang, trus nanya lagi, emangnya kamu nggak larang dia? Ko di biarin gitu aja si? Bukannya di larang gitu. Gue harus bilang apa kalo gitu? Masa gue bilang gini, Yara kepala batu, padahal udah aku bilang tapi nggak nurut. Pasti keluarga bakal nanya lagi, kamu kan suaminya, ya bujuk lah supaya nurut." Gilang mengambil nafas dalam-dalam. Ia menyenderkan kepalanya di sandaran sofa. Kepalanya mendadak mumet.

Nayara merasa paling bersalah. Omongan Gilang ada bebernya juga, tapi... kan nggak sambil marah juga. Tapi, ko Gilang marah-marah gemesin ya? Aaaa.... suamiable banget nggak si? Tapi..., marah-marahnya bisa kali di ilangin?

Nayara curi-curi pandang ke arah Gilang. Cowok itu memijat kepalanya dengan mata terpejam. Pasti cowok itu pusing ngadepin Nayara yang batu? Maafin ya? Nggak maksud gitu ko.

Benar apa kata Mamanya Gilang, Gilang itu bicara apa adanya, sekali ia nggak suka bilang nggak suka. Sekali ia suka bilang suka. Gilang itu kurang bisa mengontrol emosinya. Orangnya suka marah-marah, itu memang benar faktanya.

Jadi, sekarang Nayara harus bagaimana?

Nayara menghela nafasnya pelan. Ia lirik Gilang yang masih memejamkan matanya. Nayara takut, liat Gilang marah-marah kayak tadi. Mata yang tajam, alis tebal yang sedikit menukik membuatnya takut.

Rasanya Nayara ingin menangis, ingin pulang ke rumah mamanya. Dulu si enak, kalo Kenneth marahin gara-gara makan samyang, ada mamanya yang ngebela. Lah, sekarang, siapa yang ngebela?

"Gi," gadis itu menggeser tempat duduknya, memperdekat jarak antara dirinya dengan Gilang.

Gilang tak merespon. Cowok itu masih memejamkan matanya, enggan untuk membuka mata.

"M-maafin gue," ucapnya dengan bibir bergetar. "Gu-gue salah, udah nggak nurut sama Lo. M-maaf,"

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, Gilang masih tak ada merespon, membuat Nayara dilanda gelisah. "Jangan ma-marah lagi, g-gue takut," Nayara memegang ujung Hoodie cowok itu, berharap sang empu membuka matanya.









Tbc!

Guyss jan lupa ramein ya, biar aku cefattt up.

Puasanya masih aman?

Buat yang lagi ngejalanin puasa, semangat ya❤️🦋 semoga puasanya lancar terus❤️🦋

Next ga?


CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang