8⛅

575 60 42
                                    

8. Sebuah kebohongan kecil







Gilang diam dengan amarah yang sudah memuncak di kepalanya. Ingin sekali ia menggigit habis-habisan istrinya itu, namun sepertinya ia masih waras untuk melakukan hal itu.

Lihatlah sekarang, Nayara sedang memotret wajahnya menggunakan kamera dari ponselnya. Wajahnya sedari tadi tidak berhenti tersenyum. Sesekali ia mencubit pipi Gilang, namun cowok itu tak bereaksi apapun.

"Gi, jangan diem terus dong!" Seru Nayara. Cewek itu mencubit gemas pipi Gilang. Sementara Gilang hanya diam pasrah dengan apa yang dilakukan Nayara. "Nggak seru ah!" Nayara melirik malas pada Gilang.

"Ya emang! Ngapain juga gue di giniin? Kayak tante-tante tau nggak?"

Nayara menggelengkan kepalanya. Ia menunjuk wajah Gilang. "No! Ini itu bukan kayak tante-tante! Ini itu kayak oppa-oppa tau nggak?!"

"Oppa-oppa matamu!" Seru Gilang, cowok itu jadi menghembuskan nafasnya berat. "Hapus ah cepetan!"

Nayara mencebik. Bibirnya ia tekuk, wajahnya berubah masam. "Ah elah, baru aja lima menit Gi. Masa mau di hapus si? Sayang tau nggak, make up-nya?"

Gilang sudah sangat-sangat ingin marah. Tapi nggak bisa. Coba kasih tutor marah sama istri dong?

Nayara tu gini, ngeselin abis. Tapi, Gilang nggak bisa marah. Emang si, biasanya Gilang suka marah-marah. Tapi, kali ini Gilang seperti susah mengeluarkannya.

"Yara cepetan hapus ih!" Gilang menatap tajam pada Nayara.

Nayara menghela nafasnya pasrah. Ia mengambil kapas yang sudah di basahi micellar water. "Iya-iya ini juga mau dihapus. Diem dulu nggak usah marah-marah!"

***

Nayara bangun dari tidurnya, ia melirik jam yang berada di nakas. Jam menunjukan pukul delapan lewat, ternyata Nayara sudah tertidur selama tiga jam setelah acaranya dengan Gilang selesai.

Seperti biasa, Nayara melakukan ritual membersihkan diri sebelum ia akan turun ke bawah untuk makan, Nayara sampai lupa, ia belum memasak makan malam untuk dirinya dan Gilang.

Setelah selesai membersihkan diri. Kini Nayara sudah rapi dengan setelan baju tidur dan rambut yang ia ikat menjadi satu.

nayara keluar dari kamarnya ia menutup pintu dengan pelan matanya menatap kearah pintu kamar Gilang yang sudah tertutup. Nayara berpikir sejenak untuk mengajak Gilang makan atau hanya sekedar memastikan cowok itu ada di dalam kamar atau tidaknya namun ia merasa canggung untuk memulainya, karena sebelumnya Naraya tidak pernah seperti itu.

memilih turun ke bawah untuk memasak makan malam, Nayara tidak jadi untuk mengajak Gilang makan malam atau sekedar memastikan cowok itu ada di dalam kamarnya.

sesampainya didapur nayara berjalan menuju kulkas, ia mengambil beberapa sayuran dan lauk yang ia beli beberapa hari yang lalu bersama Gilang. Rencananya nayara akan memasak capcay dan telur dadar. Ia mulai memotong beberapa sayuran dan bawang-bawangan yang akan ia masak.

sambil menunggu capcay matang, nayara menggoreng telur yang sudah ia beri bumbu sebelumnya.

Makan malam hari ini sudah siap. Satu mangkuk capcay dan 1 piring telur dadar Nayara letakkan di meja pantry. Nayara menatap masakannya dengan mata berbinar akhirnya ia bisa juga menyelesaikan acara masaknya hari ini.

Hampir saja Nayara melupakan minuman Cimory nya, lantas ia berbalik berjalan menuju kulkas untuk mengambil Cimory.

Setelah mengambil satu botol Cimory, dan beberapa buah-buahan yang sudah siap makan, Nayara tak sengaja melihat sebuah kertas berwarna biru muda yang tergeletak di atas kulkas.

Yara gue pulang malam ya. Hati-hati di rumah, jangan lupa urus Cio sama kasih makan. Awass! Jangan Lo bully Cio, gue punya mata-mata.

-DGG

Sebuah tulisan tangan yang tertera di kertas berwarna biru muda, yaitu tulisan gilang-memberi tahu bahwa dirinya pulang malam. Menurut Nayara ini sangat aneh, padahal kan sekarang sudah ada ponsel, mereka bisa bertukar pesan, Nayara lupa mereka belum bertukar nomor. Bagaimana bisa satu rumah tapi belum sekontak?

Terbilang aneh, lebay atau sejenisnya, tapi entah kenapa Nayara menyukainya, seperti unik.

Namun Nayara tak bisa menghilangkan rasa kesalnya. Gilang nggak ada di rumah saja masih ingat Cio. Bisa nggak sih sehari aja nggak nyuruh Nayara buat kasi makan plus ngurusin Cio? Emangnya Nayara babunya?

Emang dasarnya Cio beruntung. Punya majikan yang sayang sama Dia. Tapi disini Nayara yang buntung. Tiap hari ngurusin Cio, kasih makan Cio, sama ngurusin segala macem, emangnya itu nggak cape apa?

"Meongg... Meong...."

Tuh kan, baru aja Nayara lagi ngebatin mikirin gimana caranya supaya Cio menghilang dari peradaban rumah, tapi udah muncul aja tu kucing. Ngeselin emang!

Tapi Nayara nggak bisa nelantarin Cio gitu aja, Nayara nggak tegaan orangnya. Emang dasar orangnya baik, hatinya mulus kayak muka orang Korea, jadi nggak bisa nelantarin Cio gitu aja, termasuk nelantarin majikannya Cio-Gilang.

"Iya meng bentar! Gue juga belum makan ko," katanya sambil menyiapkan makanan khusus untuk Cio.

"Meong... Meong...." Cio naik begitu saja ke meja, pas sekali dengan letak capcay hingga capcay itu tumpah begitu saja. "Meong...."

Nayara yang sedang menyiapkan makanan untuk Cio menoleh ke arah Cio karena mendengar bunyi mangkuk yang beradu. Ia menelen ludah saat melihat capcay nya tumpah tak tersisa.

Menghampiri Cio yang tengah terduduk di atas meja pantry dengan wajah tanpa dosa, melihat itu ingin sekali Nayara mengubur hidup-hidup Cio.

"CIOO!!"

Cio langsung mengangkat kepalanya, memandang Nayara sambil mengeong. "Meong..."

"Kenapa naik ke atas ege! Capcay nya jadi tumpah kan!" Nayara membersihkan sisa capcay yang berceceran di meja. Ntah kenapa, tadinya Nayara ingin marah-marah sama Cio, tapi selalu nggak bisa bawaannya serasa ada yang nahan gitu.

"Meong..."

Nayara menghela napasnya. "Dah lah males gue! Dari tadi meong... Meongan... terus!!"

"Meong..."

"Tuh makannnya di sana, habisin aja sama wadahnya!" Nayara kesal, ia membawa Cio menuju tempatnya, meletakan makannya setelah itu ia kunci kamar Cio, supaya kucing itu tidak membuat kekacauan lagi.

Nayara menghela nafasnya pelan. Ia lirik jam yang menempel di dinding dapur, menunjukkan pukul sepuluh malam. Menarik kursi, ia duduk sambil membuka Cimory kesukaannya kemudian meminumnya sedikit.

Dilihatnya makanan yang tersisa tinggal telur, itu pun sudah dingin, selera makan Nayara hilang begitu saja. Ia mengurungkan niatnya untuk makan, gadis itu hanya menghabiskan Cimory nya.

Beranjak dari duduk, Nayara pindah ke sofa sambil menonton tv. Ingin sekali Nayara pergi ke kamar dan tidur. Namun sayang, Gilang belum pulang. Kalau pintu di kunci nanti Gilang nggak bisa masuk, kalau Nayara tinggalin gitu aja pintu nggak dikunci takutnya ada orang jahat yang masuk lagi. Serba salah emang.

Dua jam sudah berlalu, namun Gilang tak kunjung pulang.

Nayara mulai menguap. Matanya sudah tak kuat lagi untuk tetap terjaga, ia melirik jam, sebentar lagi pas jam dua belas. Mengucek matanya berkali-kali, Nayara berusaha menguatkan matanya agar tidak terpejam. Mungkin menunggu satu jam lagi tidak ada salahnya.








****

Haiiii, maaf baru up lagi. Buat yang kemarin nanyain kapan cerita kita up, aku udah up nihh!! Seneng nggak? Seneng lah masa nggak!

Selamat hari raya idul Fitri 1442 H❤️❤️ minal aidzin wal faidzin ya Pren prenn semuaaa🙏🏻❤️❤️

Gimana THR nya lancar? Atau nggak dapet karena alasan 'ini mah udah gede nggak usah'

Mau up lagi kapan?

Sampai jumpa di chapter selanjutnya 💛🦋💛🦋




Istri sahnya mas terangggg ❤️❤️❤️❤️❤️❤️

CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang