25⛅

474 35 4
                                    

Hohohoo up lagi nihhh

Jdwlnyaa nunggu cerita sebelah tamat, tapi ngebet pngn up heheh

Nggk papa kali yaa, biar cpt tamat.

25. Bercanda ala Gilang




Anak-anak kembali lagi ke ruang tengah setelah mengisi perutnya. Tentunya Oki sangat senang dengan hal ini, ia bisa berhemat uang, yang tadinya uang untuk membeli makannya sore ini tapi tak jadi karena sudah makan gratis di rumah Nayara dan Gilang.

Uang yang itu bisa ia pakai untuk mentraktir Gena, lumayan bukan?

"Nay makasi bangettt yaaa," Oki datang menghampiri sepasang suami istri yang tengah mengobrol, membuat mereka sedikit menjauh hingga jarak keduanya cukup untuk satu orang duduk.

"Iyaaa," Nayara tersenyum, sedikit agak canggung, untung saja tadi Nayara hanya sedang mengobrol dengan Gilang tidak melakukan apapun. "Kapan-kapan pada kesini lagi dehh, nanti gue masakain gratiss."

Oki berseru senang, melempar tatapan pada samudra dan Falen. "Okeh dah, siaaaaap." Ujar Oki dengan semangat.

Gilang hanya mencebik saja, mengumpat dalam hati saat melihat Oki yang begitu senang. Sepertinya cowok itu sangat berbahaya jika sering mengunjungi rumahnya dan Nayara.

"Gi makasi nih," Alfi bersuara, cowok itu duduk di sebelah Gilang.

"Numpang makan, ngerasa nggak enak nih," Samudra mengusap dagunya, kemudian cowok itu melirik Dafi.

"So so'an nggak enak Lu ah! Bilang aja mau numpang lagi," sarkas Dafi, membuat Samudra tersenyum lebar.

"Daebakkk!!" Samudra berseru. "Pinter amat si lu," cowok mengelus rambut Dafi, di balas dengusan kasar oleh cowok itu.

"Jingan lu ah, geli goblokk," Dafi bergidik, melempar tatapan sinis pada Samudra. "Enyah lohh."

"Nggak usah deket-deket gua lahh, jijik."

"Monmaaf itu mulutnya di filter, jangan kayak cowok kalem maen slepet aja," ujar Oki sambil melirik Gilang.

Gilang sadar, yang Oki maksud itu dirinya. Cowok itu mengangkat satu alisnya, "apa?" Nadanya naik.

"Bisa nggak sih ngomongnya nggak pake urat Gi?" Nayara menegur. Melempar tatapan sinis pada Gilang.

Gilang kikuk, tersenyum paksa ke arah Nayara.

"Kebiasaan tau nggak!"

Gilang mencibir, ingin mengutuk istrinya menjadi kodok rasanya. "Iyaa nggak lagi." Katanya.

Dafi terekekeh geli, tak terbayang jika dirinya di posisi Gilang. "Tuh kan, kicep kalo sama Nayara," katanya.

"Nay pake pelet apa si?" Tanya Falen, membuat Gilang tak terima tentunya.

"Beranjak jadi bulol," cetus Alfi.

Dafi, Oki, Samudra dan Falen tertawa kencang. Tak lupa ciri khas Samudra jika tertawa, memukul paha orang yang berada di samping.

🐬🐬

"YARA AMBILIN AIR,"

Teriakan Gilang dari ruang tamu terdengar ke arah dapur, membuat Nayara yang sedang berkutat dengan masakannya berdecak kesal.

Enggak bisa apa sehari aja nggak teriak-teriak?

Nayara cepat-cepat menyelesaikan masak buburnya, mematikan kompor serta merapihkan alat-alat lainnya.

Semangkuk bubur juga segelas air tersaji rapih di atas nampan coklat yang ia pegang, segera menghampiri suaminya sebelum mulut pedasnya kembali berkoar.

"Monggo dimakan paduka raja," Nayara menaruh nampan di atas karpet dengan sopan, kemudian membungkuk meniru ala-ala pembantu memberi hormat pada tuan rumah.

Gilang tertawa melihatnya, kemudian mengangguk dengan wajah so berwibawa. "Ya terima kasih kurcaci,"  cowok kalem terbahak di akhirnya.

Nayara melempar tatapan sinis, menyilangkan tangannya di dada. "Ini nihh suami nggak bersyukur, di kasih istri yang baik hati malah ngatain kurcaci,"

"Cape Gi, cape," Nayara berkacak pinggang, satu tangannya memegang kepala. "Untung gue tahan banting, kalo nggak udah gue tinggal,"

Gilang menunduk, menatap bubur yang sudah tersaji di depannya. "Iya maaf mbak istri." Katanya.

"Kena azab ini, gara-gara boong soal kedai es krim itu," Nayara menunjuk Gilang, raut wajah cowok kalem langsung panik.

Nyengir lebar, Gilang menggaruk lehernya. "hehehe, abisnya bingung mau bujuk apaan, Yaudah deh bilang gitu," katanya.

Nayara mendelik, menghela nafasnya kasar. Benar tebakannya, ini hanya akal-akalan cowok kalem. "Dosa lho Gi bohongin istri,"

"Iyaa sayangggg, maafin yaaa," Gilang mengedip-ngedipkan matanya, di pikir Nayara bakal luluh apa.

Nayara manggut-manggut, tiba-tiba saja ide jail terlintas di otaknya. "Ada syaratnya,"

Mata Gilang memicing, mengetahui jika Nayara mempunyai rencana terselubung.

"Jangan bilang, mau cosplay berbie lagi?" Tebak Gilang, raut wajahnya terlihat kusut.

Gelengan kepala Nayara membuat cowok kalem bernafas lega. Mengusap dadanya karena keberuntungan masih menyertainya.

"Syukur deh." Gilang tersenyum lega. "Mau apa emangnya?"

"Mau selingkuh boleh?"

Permintaan macam apa ini. Jangankan selingkuh, Nayara dekat dengan Zio saja cowok itu sudah kelimpungan. Apalagi selingkuh?

Bunuh Gilang aja sekalian Nay. Gapapa ikhlas...

🐬🐬

"Astaga.... Gue bercanda doang Gilang," Nayara terbahak-bahak, sukses mengerjai cowok kalem hingga tak mau makan.

Gilang mendesis, menepis lengan Nayara yang sedari tadi menarik ujung kaosnya.

"Sumpah bercanda Lo tuh nggak Islam Ra," kata Gilang dengan wajah marah.

Nayara melongo, emangnya bercanda yang Islam gimana? Coba sini ajarin Nayara biar tau.

"Emangnya bercanda yang Islam gimana Gi?" Tanya Nayara, raut wajahnya bak anak kecil.

Gilang kicep seketika, terperangah melihat raut wajah istrinya yang begitu menggemaskan. Rasanya Gilang ingin mengarungi Nayara saat ini juga.

Helpp Gilang prennn, jantung Gilang nyaris pindah tempat, bahkan detaknya sudah tidak normal lagi.

"Hehhh! Bengong lagi," Nayara menghibaskan tangannya di depan wajah Gilang.

Gilang tersadar, mengedipkan matanya kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.

Cowok itu tersenyum kecil, mendekati Nayara seraya berbisik tepat di telinga gadis itu. "Mau tau nggak cara bercanda yang Islam?"

Nayara mengangguk antusias, memperdekat jaraknya dengan Gilang. "Heem bolehh," Nayara mengangguk.

"Gini," cowok itu menangkup wajah Nayara, memandang manik mata itu lamat-lamat sebelum detik berikutnya cowok itu sedikit memiringkan wajah Nayara, menarik tengkuk gadis itu dan mendaratkan ciuman tepat di bibir gadis itu.

Siall! Kenapa Gilang jadi seperti ini si?









Tbc

23/08/2021

CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang