33. Kabar buruk
Kerja kelompok, sebenarnya Mora malas dengan dua kata itu, bagaimana tidak, bayangkan saja hanya dirinya yang kerja sementara yang lain hanya numpang nama saja.
Sudah dua jam Mora mengerjakan tugas makalah, tangannya sudah mulai kesemutan karena saking lamanya mengetik. Ia mengedarkan pandangannya, melihat luar kafe yang terlihat sepi, ditambah cuaca saat ini sedang gerimis membuat hawa dingin datang menyerang dirinya.
Mora mengusap tangannya, mencoba menciptakan kehangatan untuk dirinya. Cewek itu melepas kacamatanya, menunduk sejenak karena merasa kepalanya merasa pusing.
Setelah dirasa cukup, Mora kembali memakai kacamatanya, kembali fokus untuk mengerjakan tugas makalahnya.
Sembari melihat buku yang sudah Helgi tandai, Mora mulai mengetikkan bagian penting itu untuk isi makalahnya.
Sebenarnya Helgi datang bersama Geo untuk mengerjakan tugas, namun mereka pulang terlebih dahulu karena ada urusan, jadi mau tak mau Mora mengerjakannya sendiri.
Mau bagaimana lagi? Senin kan tugasnya harus di kumpulkan.
Mora menghela nafas, ia memandang ponsel yang berada di sampingnya. Meraih ponsel itu kemudian melihat-lihat notifikasi yang masuk pada ponselnya.
Dan ternyata tidak ada notifikasi apapun. Mora pikir ada chat dari seseorang, dan ternyata tidak ada.
Salahkan Mora yang selalu berharap banyak pada seseorang, hingga tak sadar seseorang itu juga yang mematahkan harapannya.
Ponselnya ia simpan seperti semula, Mora terdiam matanya memandang kafe yang tampak ramai.
Ia menunduk melihat jam yang melingkar di tanganya yang menunjukkan pukul 18. 35, yang artinya Mora sudah sekitar tiga jam di cafe ini.
Seorang barista cewek menghampirinya, membawa nampan berisi cup kopi yang ukurannya sedang. Barista itu meletakan minuman di meja Mora, membuat gadis itu keheranan karena ia merasa tidak memesan minuman selain yang ia minum.
"Mbak maaf, saya nggak pesen minuman ini," Mora menatap barista itu.
"Maaf kak, tapi nomor yang tertera nomor meja kakak, " terang sang barista dengan sopan.
Mora melihat minuman itu, hapal betul jika minuman yang di depannya itu adalah ice kopi latte kesukaannya. Lantas, siapa yang membelikannya?
"Kalo boleh tau, emangnya ini dari siapa ya mbak?"
"Maaf kak saya nggak bisa kasih tahu. Coba kakak baca di situ ada tulisannya,"
Nayara mengangguk, ia tersenyum pada barista itu. "Oh iya mbak, makasih yaa,"
"Iya ka sama-sama."
"Ada lagi yang bisa saya bantu kak?"
"Oh iya mbak, saya minta bill minumannya ya,"
"Maaf kakak, pesannya sudah di bayar."
Mora terdiam, ini rezeki anak baik apa gimana?
Siapa yang memberikan minuman itu?
🐳🐳
—Semangat nugasnya Amora—
Tulisan itu yang tertera pada cup minuman kopinya.
Mora memutar otaknya, memikirkan siapa pengirim minuman itu, di otaknya ada satu nama yang muncul, namun rasanya seperti mustahil cowok itu yang mengirimkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA ( ON GOING )
Random"Jadi, harus dengan cara apa supaya mas suami mendapat maaf dari mbak istri?" ••• Perjodohan, mungkin terdengar konyol, tapi ini nyata di alami oleh Gilang dan Nayara. Rumah tangga yang seharusnya berjalan dengan tentram, damai, dan harmonis sangat...