11⛅

567 56 30
                                    

Kalian pernah ngerasain fase dimana, seneng nggak sedih juga nggak. Bingung bgttt sm diri sendiri.










11. Pertengkaran








Sepulang sekolah keduanya langsung pergi menuju rumah makan nasi Padang yang sering mereka kunjungi.

Letaknya tak jauh dari sekolah. Sebelumnya mereka memang sering makan di sini.

"Situ aja Zi, situ.." tunjuk Nayara pada bangku yang ada di tengah.

"Yaudah duluan, gih,"

"Nggak mau ah. Bareng aja, bareng.." ucap Nayara sambil melirik Zio.

"Oke oke."

Menunya tidak ada yang berubah. Tidak ada yang berkurang. Pelanggannya malah bertambahnya banyak.

"Mbak nasi nya dua porsi," Ucap Zio pada pelayan. "Nay lauknya mau sama apa?"

"Bentar, bentar..." Ucapnya sambil melihat-lihat menu makanan. "Ayam bakar aja deh, prekedel nya satu sama peye udangnya satu."

"Masnya mau apa?" Tanya pelayan itu pada Zio. "Samain aja Mbak."

"Saya ulangi lagi ya pesanannya, Ayam bakar dua, perkedel dua sama peye udang dua," ucap pelayang itu.

"Iya mbak,"

"Minumnya mau apa?"

"Teh manis anget!" Ucap Nayara dan Zio secara bersamaan.

Si mbak pelayan itu tersenyum kemudian berpamitan pergi.

Keduanya saling tatap, tak lama kemudian tersenyum atas kekonyolannya. "Astaga... Ko bisa ya Zi?" Tanyanya tak habis pikir.

"Jodoh kali Nay,"

Tak sadar ucapannya itu membuat jantung Nayara terdiam sesaat. Zio bilang, jodoh, tapi masalahnya Nayara udah sama Gilang.

Nayara jadi ingat Gilang. Sekarang, apakah cowok itu sudah makan?

Serasa jadi istri yang lagi selingkuh di belakang suami. Diem-diem pergi sama temen cowok, tanpa izin terlebih dahulu.

Sudahlah Nay, Gilang juga mana peduli.

Iya, benar. Gilang juga tidak memperdulikan dirinya, jadi, untuk apa Nayara menghawatirkannya.

Dengan cepat Nayara menggelengkan kepalanya, mencoba menepis rasa pedulinya pada Gilang.

Tapi, masalahnya Nayara tu nggak bisa. Ia itu nggak bisa gitu aja, apalagi sama suaminya.

***



"Hati-hati Zi," ucap Nayara sambil memberikan helm pada Zio.

Mereka sudah pulang, dan sekarang Zio mengantarkan Nayara pulang ke rumah Gilang.

Tanpa mereka pikir, dampak apa yang akan terjadi jika Zio mengantarkan Nayara pulang.

"Yaudah gih, masuk," ucap Zio saat helmnya sudah terpasang.

Nayara berjalan pelan tanpa membalikan tubuhnya, melambaikan tangannya pada Zio. "Ti ati Zi, Jan ngebut,"

"Pulang dulu ya," ucap Zio kemudian pergi dari halaman rumah Nayara dan Gilang.

Membalikan tubuhnya saat Zio sudah pergi. Nayara membeku saat melihat Gilang yang sudah berdiri di depan pintu.

"Enak ya abis main, suami mah di rumah kelaperan nggak makan," ucap Gilang saat Nayara Berjalan ke arahnya. "Gini berarti kelakuan Lo pas gue nggak ada,"

Nayara menghentikan langkahnya. Ingin memastikan cowok itu yang barusan berucap. Berbalik menghadap Gilang. "Ulangi coba,"

"Kelakuan Lo gini selama gue nggak ada?" Tanya Gilang dengan tangan mengepal.

"Kalo iya kenapa emangnya? Masalah buat Lo?" Nayara benar-benar tak bisa menahan emosinya. Bodoamat Gilang mau marah ataupun benci sama dirinya.

Yang Nayara pikirin saat ini, Nayara butuh kebebasan seperti anak lainnya.

Tidak seperti saat ini.

"Nggak habis pikir gue sama Lo. Kalo semisal emang enggak nyaman bilang, jangan gini," ucap Gilang sambil meremas rambutnya kasar.

"Nggak usah ikut campur!" Cewek itu memalingkan wajahnya. "Urusin aja kehidupan Lo sendiri,"

Bukan ini yang Gilang inginkan. Ini jauh di luar pemikirannya.

Gilang menahan amarahnya. Tangannya terkepal kuat, dan wajah yang menyiratkan amarah. Ia benar-benar tak habis pikir pada Nayara.

"BERANI SAMA GUE?" Tanyanya dengan suara keras, Nayara sampai memejamkan matanya karena takut. Tuhan... Help Nayara.

"TATAP MATA GUE YARA!" Desisnya, memegang dagu Nayara, namun gadis itu malah membuang pandangan ke arah lain.

Mati-matian Nayara menahan takut. Jujur, Nayara itu nggak punya nyali buat ngelawan Gilang. Yang tadi itu cuman iseng.

Nayara melangkah mundur sambil memejamkan matanya. Jantungnya sudah berdegup tak karuan .

Sumpah ini, Nayara udah keringat dingin. Ternyata Gilang semenakutkan ini kalo marah.

"DIEM LO? BILANG SEKALI LAGI, GUE MAU DENGER!!" Ujarnya di depan wajah Nayara.

Karena tak ada reaksi apapun dari Nayara, itu tambah membuat Gilang marah. "LIAT MUKA GUE ANJING!!"

Gilang enggak bisa ngontrol emosinya sampai-sampai mulutnya kelepasan bilang gitu. Gilang nggak bermaksud apapun, hanya kebablasan.

Nayara membekap mulutnya tak percaya. Sakit hati pastinya di katain kasar sama suami sendiri. Nayara nggak tau apa maksud Gilang bilang gitu ke Nayara.

Dengan ragu Nayara menolehkan kepalanya. Menatap wajah suaminya dengan mata berair menahan tangis.

"Yara gue nggak ber-"

Plakk

Nayara melayangkan tamparan pada suaminya. Ia membekap mulutnya, karena tak percaya dirinya melakukan hal itu.

Menatap tangannya yang bergetar, Nayara mengalihkan tatapannya pada Gilang yang sedang memegangi pipinya.

"Ma-maaf gue kelepasan," ucapnya dalam hati.

Tak ada yang dilakukan keduanya. Semuanya sama-sama terdiam.

Nayara merasa bersalah. Tapi, ia juga sakit hati karena ucapan suaminya itu.

Rasa bersalah itu kian bertambah saat Gilang melengos pergi meninggalkannya begitu saja. Entah cowok itu pergi kemana, yang pasti membawa motornya keluar dari rumah.

























Tbc

Ada yang kangen mas Gi?

Mau up lagi kapan?


















CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang