30⛅

482 31 0
                                    

30. Malam terindah

Dengan lincah Nayara memotong beberapa sayuran untuk ia masak malam ini. Menu makan kali ini begitu sederhana, hanya ada sup ayam dan telor ceplok.

Setelah semua bahan sup ia masukan ke dalam panci, Nayara mengaduk semua bumbunya menunggu hingga sup itu matang.

Sembari menunggu sup matang, Nayara menggoreng beberapa telor untuk tambahan ia makan bersama Gilang.

Masalah telor ceplok sudah beres, Nayara tinggal menghidangkan sup ayam kedalam mangkuk setelah itu mereka bisa menikmati makan malam.

Setelah semuanya beres Nayara melepas apronnya, meletakan kembali di tempat semula kemudian mencuci tangannya.

Nayara menaiki tangga untuk menyuruh cowok itu segera turun karena makan malam sudah siap. Belun saja Nayara mengetuk pintu, pintu sudah terbuka lebih dulu dari dalam.

Muncul Gilang yang sudah rapih dengan kemeja hitam lengan panjang yang ia gulung sampai siku, celana jeans hitam panjang terpakai rapih di tubuh cowok itu.

"Makanannya udah siap Gi, mau makan sekarang?"

"Kamu mau kemana? Udah rapih aja,"

Gilang yang sedang menggulung lengan kemejanya menoleh pada Nayara. "Aku ada urusan bentar, nggak lama ko,"

Ntah kenapa mood Nayara mendadak menurun, hanya karena mendengar Gilang ada urusan. "Oo... Gitu,"

Gilang menyadari wajah Nayara yang mendadak badmood, cowok itu tersenyum kemudian merangkulkan tangannya pada bahu istrinya.

"Jangan cemberut," Gilang menarik sudut bibir Nayara supaya gadis itu tersenyum. "Nanti cantiknya ilang lagi."

Karena kesal, rayuan yang Gilang berikan agak kurang mempan rupanya. "Enggak apa-apa." Nayara menepis tangan Gilang yang berada di bahunya.

"Kalo aku nggak cantik kamu mau nyari yang baru gitu, hah?"

Gilang membulatkan matanya, kemudian cowok itu tertawa gemas. "Enggak gitu sayang"

"Enggak ada niatan buat cari yang lain selain kamu Yara." Ujar Gilang serius, menatap manik mata kecoklatan milik Nayara. "Aku cuma mau kamu."

***

"Dafi! Dafi!" Oki melompat kegirangan sembari menatap layar ponselnya dengan tak percaya.

Ia berlari ke arah Dafi, sementara cowok itu hanya meliriknya dengan malas. "Apaan sih?"

Oki tersenyum senang, memperlihatkan layar ponselnya pada Dafi. "demi apaaa, Mora bales chat gue anjirrrr," ujar Oki heboh.

Dafi memasang wajah malas, ia kira ada berita penting apa, ternyata hanya perihal Mora membalas chat.

"Baru di bales bang bukan jadian ini elahh," Ateng tertawa sendiri, di susul Falen juga Samudra.

"Baru di bales aja heboh," Samudra melirik Oki, kemudian melirik Mahesa yang sedang duduk santai di kursi. "Mahesa yang pernah jalan bareng aja biasa tuhh."

Tawa Oki memudar, lantas melirik ke arah Mahesa dengan tatapan tak percaya. "Hehh, serius taii!" Oki mendorong pelan bahu Mahesa.

"Lo pernah jalan sama Mora?" Tanya Oki tak percaya, Mahesa yang dasarnya cowok irit ngomong hanya mengangguk saja. "anjirrr kenapa nggak bilang sihh!"

"Nggak penting bang." Cetus Mahesa.

Oki menghela nafasnya berat. "Lo suka sama Mora?"

"Nggak juga."

CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang