28⛅

376 27 33
                                    

28. Tentang prioritas



Jam terakhir pelajaran matematika wajib, pelajaran sangat menyebalkan bagi kaum IPS. Nayara menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan, pandangannya lurus ke arah papan tulis yang berisikan rumus-rumus yang membuat dirinya pusing.

Bu Zeta terus menerangkan padahal waktu tinggal 5 menit lagi, belum tulisan dua papan tulis yang harus mereka salin.

Berhenti menerangkan, Bu Zeta menambah lagi catatannya, menghapus papan tulis pertama membuat anak-anak sedikit rusuh.

"Ibuuu... Saya belum selesai nulisnya,"

"Bu saya belum..."

"Ibu ko dihapus sih..."

Bu Zeta berhenti menghapus, berbalik badan menghadap anak-anak dengan wajah sensi. "Udah kelas 12 nulis masih lambat!"

"Bengong terus sih dari tadi!" Bu Zeta geleng-geleng kepala. "Guru nulis itu ya ikut nulis bukan liatin doang,"

"Ibukan nyuruh merhatiin, jadi kita nulisnya belakangan." Daris bersuara.

Bu Zeta berdecak, menutup spidolnya sembari berjalan menuju kursinya. "Alasan kamu Daris!! Kamu emang nggak pernah nulis dari semester satu."

"Ibu tau aja si," Daris cengengesan. "Tenang aja Bu, yang penting PAS nilainya seratus,"

"Terserah kamulah!" Bu Zeta bangkit, menenteng beberapa buku tebal serta penggaris kayu, sahabatnya. "Waktunya tinggal 3 menit lagi, kalian selesaikan catatannya ya.

Ibu keluar terlebih dahulu karena ada urusan. Jangan berisik anak-anak." Ujar Bu Zeta. "Catatannya dikumpulkan ke KM ya."

***

Karena menyelesaikan catatannya, Nayara pulang telat. Tadi saat Bu Zeta pergi nayara baru menulis setengah, mau tak mau gadis itu menyelesaikan catatannya karena Bu Zeta meminta catatannya dikumpulkan.

Kaira sudah pulang lebih dulu, sementara Mora tidak masuk karena tidak enak badan.

Sayangnya, Nayara tidak menerima ajakan Zio untuk pulang bareng. Memesan taksi online pun tidak mungkin karena ponsel Nayara habis baterai.

Gilang, sepertinya cowok itu sudah pulang lebih dulu. Nayara tak tahu harus minta tolong siapa. Kalau saja ia menerima uang pemberian Gilang saat jam istirahat, mungkin ia bisa pulang dengan angkutan umum.

Nayara berjalan pelan menuju halte yang tak jauh dari sekolah, kakinya sangat lemas, ditambah perutnya sangat sakit.

Efek menstruasi hari pertama selalu seperti ini, sakit perut, badan lemes, mood naik turun itu yang Nayara rasakan. Kepala Nayara sedikit pusing, juga perasaannya yang sejak tadi tidak karuan.

"Astaghfirullah..."

Nayara tersandung batu, buru-buru gadis itu bangun, menepuk-nepuk tangannya yang sedikit kotor juga lututnya sedikit mengelupas.

"Awhh," rintihan itu keluar dari mulut Nayara, matanya sedikit berkaca-kaca.

Sudah badan lemas, ditambah tersandung batu, hal itu tambah membuat Nayara terlihat menyedihkan dimata orang yang melihatnya.

Nayara menepikan jalannya, duduk di sisi trotoar dengan kaki di tekuk. Wajahnya terlihat lelah, bibirnya juga sedikit pucat. "S-sakit..."

***

Gilang berdiri di lorong rumah sakit, cowok itu baru sadar jika ia melupakan Nayara.

Apa Nayara sudah pulang?

CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang