34. Tidak baik-baik saja
Terlihat lorong rumah sakit di penuhi anak-anak PASGA, beberapa orang ada yang duduk dan ada juga yang berjongkok. Alfi dan Oki berdiri di dekat pintu.
Nayara berlari sekuat tenaga, ingin memarahi cowok itu karena tidak mendengarkan nasihatnya.
"Gilang kalo bawa motor jangan kebut-kebutan ya,"
"Hm,"
"Ihhh ko hemm sihh, aku tuh khawatir lohh,"
"Hemmm,"
"Gilang ihhhh, tau ah,"
"Iya sayang janji nggak akan ngebut-ngebut lagi."
Sayangnya cowok itu tidak menepati janjinya, cowok itu mengemudi dengan kecepatan tinggi hingga tak sadar ada sebuah truk besar menghantam motornya dengan kuat.
Hingga terjadilah kecelakaan itu.
Nayara berhenti di lorong, melihat beberapa anak PASGA yang tengah duduk dengan kepala menunduk, hatinya bercampur aduk melihat itu.
Papa, Mama Gilang tengah berdiri di dekat kaca, terlihat sangat terpukul sekali keadaan Mama. Mama dan papanya pun ikut hadir.
Mata Nayara memerah, kakinya terasa sangat lemas, tubuhnya terasa tidak ada tenaga.
Langkah kecilnya menghampiri kerumunan orang-orang. Memandang mereka semua dengan wajah penuh pertanyaan.
"Ma..." Nayara menghampiri Mama Gilang, matanya tak kuat lagi untuk menahan air mata.
"Gilang kenapa Ma?" Tanya Nayara dengan suara tercekat. "Itu bukan Gilang kan?"
Mama Anya tak kuat melihat Nayara yang terlihat lebih rapuh darinya, ia memeluk Nayara erat degan tangan mengusap air mata.
"Yang kuat ya sayang. Gilang baik-baik aja, Gilang hanya sedikit terluka." Ujarnya menenangkan Nayara.
Nayara menangis di pelukan Mama Anya, dadanya terasa terhimpit karena sesak. Ternyata benar, korban kecelakaan itu adalah suaminya.
"Gilang beneran nggak papa 'kan?" Tanya Nayara dengan suara tercekat. "Dia nggak nurut Ma,"
"Naya udah pernah nasihatin Gilang supaya nggak ngebut Ma. Gilang janji nggak akan lagi, tapi dia ingkari janjinya,"
Nayara menangis pilu, perasaan tak enaknya sedari sore ternyata karena Gilang kecelakaan.
Mulai dari tangannya yang tersayat pisau, perasaannya yang resah itu semua berkaitan dengan Gilang suaminya.
"Gilang nggak akan ninggalin Naya 'kan?"
Mama Anya mengurai pelukan, menangkup wajah Nayara dengan tangannya. Ia menggeleng dengan mata menatap Nayara, "nggak akan sayang, Gilang nggak akan pernah tinggalin Naya."
Tangan Mama Anya mengusap pipi Nayara yang basah, ia mengusap bahu Nayara dengan lembut. "Naya nggak usah khawatir, Gilang akan baik-baik saja."
Mama dan papa Nayara yang sedari tadi di samping mereka pun ikut menenangkan putrinya yang kalut. Karena Nayara tidak berhenti menangis dan tetap menyangkal jika korban itu bukan Gilang melainkan wajahnya yang sama.
"Sayang, dengerin Mama ya, Gilang nggak apa-apa Nak, dia baik-baik aja." Mama Rere memandang wajah putrinya yang terlihat rapuh, Nayara mengadah menatap sang Mama, seolah bertanya apakah benar begitu. "Iya sayang, Gilang nggak papa."
"Gilang nggak akan tinggalin Naya," kata Mama dengan lirih. "Gilang'kan sudah janji nggak akan tinggalin Naya?"
"Naya takut Ma..., Naya takut Gilang pergi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA ( ON GOING )
Random"Jadi, harus dengan cara apa supaya mas suami mendapat maaf dari mbak istri?" ••• Perjodohan, mungkin terdengar konyol, tapi ini nyata di alami oleh Gilang dan Nayara. Rumah tangga yang seharusnya berjalan dengan tentram, damai, dan harmonis sangat...