27⛅

400 31 30
                                    

27. Enam bulan bersama


Tak terasa enam bulan sudah Nayara hidup bersama Gilang. Suka dukanya ia rasakan saat hidup bersama laki-laki itu.

Sudah banyak perubahan tentunya, mulai dari Gilang yang sudah mulai bisa mengendalikan emosinya, tidak sepemarah dulu, kebiasaan buruk menaruh kaos kaki di asal tempat sudah jarang laki-laki itu lakukan.

Namun sifat jailnya itu masih sangat melekat, hanya saja tidak terlalu sering.

Nayara melepas apronnya, menyimpannya kembali ke tempat semula kemudian berjalan menuju tangga untuk membangunkan Gilang.

Pintu kamar sedikit terbuka, terlihat cowok itu sedang berdiri di pintu balkon.

Samar-samar Nayara mendengar obrolan, sepertinya Gilang sedang menerima telepon.

"Drop?"

"Nanti saya kesana Tan."

Telepon di putuskan sepihak saat Nayara mengetuk pintu, cowok itu langsung berbalik menghampiri Nayara dengan senyuman manis di wajahnya. "Kenapa Yara?"

"Kamu abis terima telepon dari siapa?"

Mulai dari bahasa mereka sudah mengubahnya, perubahan ini cukup di acungi jempol tentunya.

"Tante Arin, katanya om Bima drop jadi mereka batalin buat kesini," ujar Gilang, kemudian merangkul Nayara. "Kamu ngapain kesini? Katanya mau masak,"

Nayara mangut-mangut, "udah selesai. Ini baru aja mau bangunin kamu buat makan,"

"Kamu-nya keburu bangun heheh..." Nayara tertawa lebar. "Yaudah langsung kebawah aja yu."

Keduanya saling pandang, kemudian mengangguk dengan semangat.

"Mau gendong depan apa belakang?" Tanya Gilang, Nayara langsung menggeleng dengan cepat.

"Nggak!! Sekarang makan dulu,"

"Biar mbak istri nggak cape," Gilang berjongkok di depan Nayara, bermaksud menyuruh istrinya untuk naik ke punggungnya. "Ayo sayang cepetan!"

"Nggak mau Gi,"

"Bandel ya! Nggak nurut sama mas suami durhaka lho." Ujar Gilang melebih-lebihkan. "Apa mau gendong depan aja?"

"Yaudah sini gendong depan."

Tanpa persetujuan Nayara, Gilang meraih tubuh itu, menggendongnya seperti seorang bayi.

Semoga mereka bisa seperti ini terus. Tak tahu jika di depan sana ada masalah besar yang harus mereka hadapi di kemudian hari.

Semoga, semoga saja mereka bisa melewati semua masalah yang menghampiri.

🦒🦒

Berangkat sekolah bareng Gilang bukan lagi hal yang buruk, malah Nayara senang bisa berangkat bersama cowok itu.

Tangan keduanya saling menggenggam, menyusuri lorong sekolah tanpa menghiraukan bisikan-bisikan para murid yang melihatnya.

Nayara sedikit menggerakkan tangan Gilang, membuat cowok itu menoleh padanya. "kenapa Yara?"

"Nggak boleh bolos inget!" Kata Nayara dengan wajah galak, namun di mata Gilang itu terlihat menggemaskan.

Gilang tersenyum tipis, tangannya terangkat untuk mencubit pipi Nayara. "Iyaaa mbak istri," katanya dengan gemas.

"Jangan iya-iya aja, harus di turutin."

"Iyaa bawel."

Nayara tersenyum tipis, ia sangat senang jika menasehati Gilang seperti ini. Cowok itu berubah menjadi kalem dan lebih menggemaskan saat Nayara menasehatinya, tentunya cowok itu selalu menuruti perintahnya.

CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang