26⛅

457 34 21
                                    

Sabi kali vote doang mahh?




26. Hingga matahari terbenam





"Bibirnya masih sakit?" Gilang meringis, memegangi bibirnya yang masih terasa ngilu juga perih. Kemudian cowok kalem itu mengangguk pelan, membuat Nayara ingin mencubit pipinya saja.

"Yaudah, enggak usah makan yang keras-keras dulu ya," Nayara mengambil keripik kentang dari tangan suaminya, kemudian ia simpan di meja.

Gilang hanya mengangguk patuh, tak ingin membantah karena takut Nayara marah. Nayara ini kalo udah marah nggak main-main emang.

"Nah, gitu nurut," Nayara mengacungkan kedua jari jempolnya. "Makin gemesin kan," lantas, cewek itu menarik-narik pipi Gilang, membuat sang empunya hanya pasrah atas sikap istrinya itu.

Diam membuat Gilang semakin tertekan, ia pikir Nayara akan berhenti tapi ternyata cewek itu makin menjadi-jadi. Mulai dari memainkan pipi Gilang, mengusap-usap pipi Gilang dan memeluk-meluk tubuh Gilang sesuka hatinya.

"Yara,"

Suara cowok kalem begitu rendah dan halus, hampir tak terdengar oleh telinga Nayara. Dengan ragu Nayara mengangkat kepalanya, menatap cowok yang tengah ia peluk.

"Ehehe, kenapa Gi?"

Bukannya marah, cowok kalem malahan terkekeh seraya menarik kepala istrinya untuk ia benamkan di dadanya.

"Gemesin banget sihh," Gilang mengacak-acak rambut Nayara, membuat Nayara yang sedang menikmati aroma tubuh suaminya diam-diam mengulum senyum dengan pipi bersemu.

Gilang tersenyum, lantas menaruh kepalanya di atas kepala Nayara. Seperkian detik berlalu, cowok itu menunduk mencium rambut beraroma strawberry yang kini menjadi candu baginya. Kalo saja itu permen, pasti sudah Gilang habisi saat ini juga.

"Rambutnya wangi banget," pujian itu keluar dari mulut Gilang.

Lagi-lagi Nayara yang sedang bersembunyi mengulum senyum, ntah walaupun pujian sekecil itu tapi Nayara sangat menyukai itu, terlebih itu pujian dari suaminya langsung. Catat suami!

"Oh yaa," Nayara menyahut.

"Iya Yara," Gilang mengusap-usap lembut rambut Nayara, membuat gadis itu mengangkat kepalanya menatap padanya. "Kenapa?" tanyanya.

"Makasih pujiannya," Ungkap Nayara dengan wajah berbinar, lantas mencium pipi Gilang yang sedikit lebam-lebam karena bekas luka kemarin lalu.

Gilang terpaku saat mendapat serangan tiba-tiba dari istrinya. Jantungnya serasa ingin pindah tempat, seakan ada listrik yang menyengat padanya hingga darahnya berdesir begitu cepat.

Helppp, cowok kalem nggak bisa nafas rasanya.

"Duhh," cowok itu mengaduh, memegangi pipi bekas Nayara kecup. "Sakit Ra,"

Raut wajah Nayara berubah panik, langsung memegangi pipi cowok itu. "Duhh, masih sakit yaa?" Nayara jadi merasa bersalah. "Kirain udah nggak sakit, sorry banget."

Gilang mengangguk samar, lantas senyum miring tercetak di wajahnya. "Butuh sesuatu kayaknya," cowok kalem menjeda sesaat. "Biar pipinya nggak sakit lagi,"

"Aku kompresin yaa?"

"Nggak usah Yara."

"Lho, katanya pengen nglakuin sesuatu biar pipinya nggak sakit, Yaudah aku kompres sini," jelas Nayara.

"Nggak usah di kompres Yara. Cukup cium sekali lagi, nanti sakitnya ilang deh."


🐳🐳



CERITA KITA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang