ALDEN 41

435 23 0
                                    

"Lo yakin, Ra, kita ke sini?" tanya Lendra sembari membelokkan mobilnya memasuki parkiran sebuah gedung dengan warna putih yang mendominasi.

Nara mengangguk lantas keluar dari mobil saat mobil Lendra telah terparkir rapi.

Seperti janji Nara kepada Lendra ia akan mengajak Lendra ke suatu tempat. Tempat dimana ia akan menjelaskan semua yang terjadi.

Lendra ikut keluar dari mobil. Mereka berdua melangkahkan kaki menyusuri koridor rumah sakit. Banyak suster serta dokter yang berlalu lalang.

"Emang siapa yang sakit, Ra?" tanya Lendra bingung.

Nara tersenyum sambil terus berjalan. "Nanti gue kasih tau," jawabnya.

Mereka terus berjalan hingga akhirnya Nara menghentikan langkahnya di depan sebuah ruang rawat inap. Lendra di sebelahnya juga ikut berhenti, menatap bingung pintu di hadapannya.

Perlahan Nara membuka pintu tersebut, melangkah memasuki ruangan yang berbau obat-obatan itu. Lendra di sebelahnya, masih dengan rasa bingungnya ikut melangkah masuk.

"Hai, kak," sapa Nara kepada seorang pemuda yang tengah terbaring lemah di atas brangkar.

Nara meletakkan tasnya di atas nakas lantas beralih duduk di kursi yang terdapat di samping brangkar tersebut. Lendra ikut duduk di kursi sebelahnya.

"Kak, Nara datang lagi. Tapi kakak masih sama. Kakak masih ga mau buka mata kakak buat ngeliat Nara," Nara menggenggam erat tangan kekar yang dingin tersebut. Perlahan air mata jatuh membasahi pipinya. Lendra yang masih bingung dan tidak tau apa-apa mengelus pundak Nara mencoba menyalurkan kekuatan.

Nara menoleh ke arah Lendra. Tersenyum lantas menghapus air matanya. "Gue emang cengeng banget kalau ketemu sama kak Gio."

Nara kembali menatap pemuda yang masih nyaman dengan tidur panjangnya itu. "Kak, ini temen Nara, namanya Lendra," ucap Nara memperkenalkan Lendra kepada Gio yang pasti tidak akan mendengar perkataannya.

"Lendra, ini kak Gio," Nara beralih menatap Lendra di sebelahnya, memperkenalkan Xergio yang masih enggan membuka matanya kepada sahabatnya.

Lendra tersenyum menatap Xergio. Lendra tebak usianya sekitar 23 tahun. Kulit putih bersih yang dimilikinya terlihat pucat dengan banyaknya selang serta alat medis lain yang melekat di tubuh laki-laki itu.

"Kak Gio sakit apa, Ra?" tanya Lendra. Meski ia tidak tau bahwa selama ini Nara memiliki kakak laki-laki bernama Xergio, Lendra tetap mencoba memberikan simpatinya kepada Nara. Lendra sangat yakin Nara memiliki alasan yang kuat atas apa yang ia lakukan.

"Alden," jawab Nara dengan suara gemetar. "Alden yang udah bikin kak Gio kayak gini. Alden yang udah bikin kak Gio ga bisa ngelakuin apa-apa selain tidur selama bertahun-tahun. Gue benci Alden, Len, gue benci sama cowok brengsek itu!" Nara menatap Lendra di sebelahnya dengan air mata yang terus turun membasahi pipinya. Mata itu seakan mengatakan kepada Lendra bahwa ia tidak bersalah. Ia tidak bersalah karena telah mengkhianati Alden. Ia tidak bersalah karena telah menipu Alden. Alden lah yang salah. Alden telah membuat seseorang yang amat ia sayangi harus terbaring lemah selama bertahun-tahun.

Lendra mengelus pundak Nara. Menarik gadis yang amat bersedih itu ke pelukannya meski ia belum sepenuhnya mengerti apa yang dikatakan Nara.

ALDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang