ALDEN 14

694 34 2
                                    

"Assalamualaikum," ucap Alden ketika baru saja sampai di rumahnya setelah mengantarkan Nara terlebih dahulu.

"Waalaikumsalam. Kamu udah pulang sayang," Mara yang sedang berada di meja makan segera menghampiri Alden.

Alden melihat ke arah meja makan. Rahangnya mengeras saat melihat siapa yang duduk di sana bersama mamanya.

"Sayang, malam ini Papa kamu pulang. Kita makan malam bareng ya," kata Mara kepada Alden yang masih melihat papanya tersebut dengan tatapan tidak suka.

Ya satu hal lagi yang harus kalian tau tentang Alden. Dia membenci Papanya. Bahkan bagi Alden dia tidak memiliki seorang Papa. Papanya sudah mati baginya. Bukan tanpa alasan Alden membenci Papanya itu. Satu tahun yang lalu tepatnya ketika Alden kelas sepuluh, Alden tau bahwa Papanya mengkhianati Mamanya. Di luar sana secara diam-diam Papanya telah menikah dengan wanita lain. Bahkan Papanya juga memiliki seorang anak bersama wanita tersebut yang kalau Alden tidak salah anak Papa nya tersebut hanya terpaut usia dua bulan dengannya.

Benci, marah, kecewa, itulah yang dirasakan Alden saat mengetahui kebenaran itu. Alden bahkan tak sudi untuk memanggil laki-laki bernama Abdi Veron Behmana itu dengan sebutan Papa. Tapi berbeda dengan Alden, Mara dengan segala kebaikan hatinya mau memaafkan Veron. Bahkan tanpa sepengetahuan Alden, Mara memiliki hubungan baik dengan madunya. Bahkan dia juga sudah bertemu dengan anak dari suaminya itu dan ia menyayangi anak itu persis seperti ia menyayangi Alden.

"Ngapain pulang ke sini? Diusir sama istri barunya?" kata Alden dengan tetap menatap tak suka Papanya itu.

"Al, kamu gak boleh ngomong kayak gitu!" ucap Mara memperingati Alden.

Veron bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Mara dan Alden. "Al, Papa kangen sama kamu, Nak," ujar Veron sambil tersenyum kepada Alden. Sebagai seorang ayah rasanya ia sangat rindu melihat anaknya setelah satu tahun tak bertemu.

"Kangen? Bagi saya Anda sudah mati." Jawab Alden tepat dihadapan Veron. "Saya tidak pernah menganggap Anda ada semenjak saya tau Anda adalah seorang pengkhianat yang handal."

"Alden, mama gak pernah ngajarin kamu ngomong kayak gitu!" ucap Mara menatap tak percaya pada Alden.

"Mama emang gak pernah ajarin Al untuk ngomong kurang ajar. Tapi Al kayak gini gara- gara dia. Gara-gara kelakuan dia. Laki-laki yang gak pernah puas sama satu perempuan." Veron hanya bisa terdiam mendengar perkataan Alden. Bagaimana pun apa yang Alden katakan itu benar.

"Alden jaga omongan kamu!!" Mara tidak suka jika Alden berkata kurang ajar seperti itu. Bagaimana pun juga Veron adalah Papanya. Dan Veron adalah suaminya.

"Ma, yang Al bilang itu benar. Laki-laki ini, SUAMI MAMA, dia laki-laki yang gila perempuan. Gak cukup sama satu perempuan. Harusnya Mama juga benci sama dia. Harusnya Mama pisah sama dia. Mama bisa bahagia tanpa dia. Al bisa bahagiain Mama!" suara Alden meninggi. Alden sangat membenci laki-laki dihadapannya ini. Ingatkan Alden untuk tidak memanggilnya dengan sebutan Papa.

"Iya dia emang suami Mama. Dan Mama mau kamu menghormati dia setidaknya sebagai SUAMI MAMA!" Perlahan air mata Mara menetes. Mara sangat tidak suka sikap Alden kepada Papanya. Mara tidak pernah mengajarkan Alden untuk menjadi anak yang kurang ajar.

"Ma, Al gak bisa. Al gak bisa menghormati orang yang udah nyakitin Mama. Al gak bisa menghormati orang yang udah khianatin kita. Al benci pengkhianat Ma," suara Alden melemah. Alden tidak berniat membuat Mara menangis. Alden hanya tidak suka jika laki-laki itu kembali ke rumahnya.

"Seenggaknya untuk malam ini aja, Al. Dengerin perkataan Mama. Mama mohon. Kita makan malam bareng Papa," ucap Mara memohon kepada Alden.

"Kapan Al gak dengerin perkataan Mama? Kapan Al gak nurutin kata Mama? Al selalu lakuin apa yang Mama suruh. Al selalu nurut sama Mama." Alden ingin sekali mengatakan itu kepada Mara. Tapi dia masih tau diri untuk tidak menyakiti Mara dengan perkataannya itu.

ALDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang