"XENO!!!!" Alden berteriak parau membuat seluruh perhatian semua orang tertuju padanya. Mereka semua membelalakkan mata, tak percaya pada apa yang mereka lihat. Xeno jatuh tersungkur tepat di depan Alden sembari memegang dada sebelah kirinya. Darah segar terlihat mengalir dari sela-sela jarinya.
Nara, Rino, Lendra dan Xaver bergegas berlari mendekati Alden yang tengah memangku kepala Xeno di pahanya. Laki-laki itu terlihat tak berdaya dalam pangkuan Alden. Peluru yang ditujukan kepada Alden kini menembus jantungnya. Entah apa yang membuatnya melakukan itu, tapi Xeno ingin melindungi Alden. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Alden.
Xaver mendekat lantas air mata turun bersamaan dengan rasa khawatir yang menyelimuti tubuhnya. Xeno yang selalu ia jahili kini berlumuran darah dan terlihat tak berdaya.
"Xeno, gue mohon tetap buka mata lo. Lo bakal baik-baik aja, kita akan langsung ke rumah sakit. Gue mohon jangan tutup mata lo," pinta Xaver sembari menepuk-nepuk pipi Xeno agar laki-laki itu tetap terjaga. Xeno yang tengah menahan rasa sakit berusaha untuk tetap tersenyum kepada Xaver meski sebenarnya Xeno tak benar-benar kuat menahan rasa sakit ini.
***
Hening, tak ada satu orang pun yang berbicara. Mereka berdoa agar tak terjadi apa-apa pada Xeno. Mereka harap kabar baik lah yang akan mereka dengar ketika pintu berwarna putih itu terbuka.
Lendra memeluk Nara dengan sangat erat. Nara hanya diam, pandangannya kosong. Ia sudah lelah menangis daritadi. Pikirannya hanya dipenuhi oleh Xeno. Ia tak pernah berpikir bahwa Xeno yang akan menjadi korban di sini. Alden, laki-laki itu terus memandangi gadis yang tengah bersedih itu. Jujur, rasanya Alden ingin memeluk Nara begitu erat, mengatakan bahwa Nara tidak bersalah dalam hal ini.
"Alden, di mana Xeno?"
Alden terperanjat kaget saat Bunga menghampirinya. Veron dan Mara mengikuti dari belakang. Para orang tua sangat khawatir saat mendengar kabar bahwa Xeno terkena tembakan.
"Ma..." Alden memeluk Bunga yang saat ini menangis mengkhawatirkan keadaan putranya. "Xeno di dalam, dia pasti baik-baik aja. Xeno kuat, Ma," kata Alden mencoba menenangkan Bunga meski ia tak yakin dengan apa yang dikatakannya.
"Kenapa bisa kayak gini, Al? Kalian kenapa?" tanya Veron sambil memperhatikan satu per satu anak-anak itu yang saat ini terlihat penuh lebam.
Belum sempat Alden menjawab pertanyaan Veron, pintu berwarna putih itu terbuka, seorang dokter keluar dengan raut wajah yang mengkhawatirkan. Bunga lantas berlari mendekati dokter itu untuk memastikan tak terjadi apa-apa pada anaknya.
"Dokter, gimana keadaan anak saya? Anak saya baik-baik aja kan, Dok? Dia gak pa-pa kan, Dok?!" Bunga bertanya dengan air mata yang tak henti-hentinya turun membasahi pipinya. Di sebelahnya Mara terus mencoba menguatkan.
Disaat bersamaan Xevan dan Xergio baru saja datang ke rumah sakit setelah berhasil mengamankan Om Rayn. Mereka bergegas menuju rumah sakit saat mendapat kabar Xeno terkena tembakan dari Om Rayn.
"Kakak..." Nara berlari mendekati Xergio lantas memeluk erat kakaknya itu. Xergio mengelus punggung Nara mencoba menenangkan.
Xevan beralih mendekati Lendra dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Sedari tadi Lendra berusaha tetap terlihat kuat untuk Nara, tapi sebenarnya gadis itu juga merasakan rasa takut yang sama seperti Nara.
"Saya mohon maaf, entah ini kabar baik atau buruk. Tapi sejauh ini, hanya ini yang saya temukan." Dokter menarik nafas, tampak berat mengabari kondisi Xeno. "Keberadaan peluru tepat pada jantung pasien mengakibatkan kerusakan parah. Jika dibiarkan kerusakan dapat mempengaruhi pemasukan oksigen ke dalam pembuluh darah. Beruntungnya, Xeno masih dapat bertahan. Bagian otak dan paru-parunya tetap aktif bekerja meski detak jantung terdeteksi lemah."
Keluarga yang menyimak percakapan sedari tadi berpegangan tangan, menahan segala emosi yang mereka rasa terkait kondisi Xeno. Begitupun dengan kedua pasukan geng motor, pasukan Xanthous dan pasukan Xergio sedari tadi berharap cemas. Khawatir akan keadaan Xeno.
"Apa ada cara menyelamatkannya, Dokter?" tanya Alden.
"Ya, ada."
Alden dan Nara mengangkat wajah bersamaan, memandang Dokter tersebut. Begitu pun dengan semua orang yang ada disini.
"Transfusi jantung, satu-satunya cara yang berkemungkinan bisa menyelamatkan Ananda Xeno. Namun, saya hendak menegaskan. Kemungkinan berhasilnya hanya 5%-"
"Lakukan." Ucap Alden memotong perkataan Dokter itu.
Nara memandang Alden. Mata basahnya menatap laki-laki itu penuh harap. Alden pun memandang Nara yang tengah memandangnya.
"Lakukan dokter, bahkan 1% sekalipun. Selagi ada kesempatan berarti masih ada waktu untuk mencoba. Kalau untuk keselamatan Xeno kita tidak pernah berani mencoba apapun, saya akan lebih menyesal."
Baik dokter di hadapan Alden, Nara, Lendra beserta semua orang yang ikut menyaksikan tercengang. Apa yang dikatakan Alden seolah dilebih-lebihkan, tetapi cukup membuat hati terenyuh.
Bunga menyentuh pundak Alden, berterima kasih disela sesegukan sehabis menangis. Sementara mata Alden melirik pada Nara di belakangnya, gadis itu memandangnya, dengan tatapan yang tak mampu diartikan. Alden kembali memandang Bunga di hadapannya, tersenyum menenangkan, mengabaikan Nara yang pula kembali menangis di pelukan Xergio.
Setelah dokter berkata, ia akan membutuhkan bantuan untuk pencarian donor jantung. Seluruh pasukan Xanthous, pasukan Xergio, beserta Nara dan Lendra dibantu orang-orang terdekat mereka mulai melakukan pencarian.
Puluhan rumah sakit, penyiaran di media sosial, beserta info dari beberapa orang yang mereka kenal. Semua ditelusuri satu persatu. Semua bergerak mencari pendonor untuk Xeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN [END]
Ficção Adolescente#1 in Lendra 03.03.2021 #2 in Xia 12.03.2021 #2 in Rino 05.09.2021 #1 in Xaver 07.06.2021 #1 in Xevan 07.06.2021 #1 in Xeno 07.06.2021 #1 in Xanthous 07.06.2021 #3 in mostwanted 21.08.2022 #1 in Alden 24.08.2023 Xeochiko Alden Behmana Siapa yang ta...