ALDEN 36

425 20 2
                                    

Hari semakin gelap. Matahari telah sempurna menghilang. Mobil yang ditumpangi Nara dan Lendra berbelok ke kiri memasuki perumahan Nara.

"PAK JOKO CEPET BUKAIN GERBANGNYA!" teriak Alden saat mereka semua sampai di depan gerbang rumah Nara.

Pak Joko yang baru saja selesai melaksanakan shalat Maghrib segera berlari dan membukakan gerbang.

Alden segera memarkirkan motornya dan bergegas membantu Nara keluar dari mobil. Nara masih sama. Ia masih takut melihat Alden. Pikirannya terus berkelana membayangkan perlakuan Alden kepada Rubi tadi. Namun Alden tetap lah Alden. Ia menggendong Nara dan membawanya masuk ke rumah.

Lendra menekan bel rumah Nara. Tak lama pintu terbuka menampilkan Om Rayn dengan raut khawatirnya.

"Apa yang terjadi dengan Nara?!" tanya Om Rayn.

"Nanti Al jelasin, Om. Nara harus diobatin dulu," jawab Alden.

Om Rayn mengangguk dan membiarkan Alden membawa Nara ke kamarnya. Lendra mengikuti langkah Alden menaiki tangga menuju lantai dua tempat kamar Nara berada.

Alden dengan hati-hati meletakkan Nara di atas tempat tidur. Ia sama sekali tak sanggup melihat kondisi Nara saat ini. Meskipun Nara berusaha terlihat baik-baik saja, namun luka di pipinya dengan darah yang mulai mengering dan beberapa lebam akibat tamparan yang ia terima memperlihatkan seberapa perihnya sakit yang Nara rasakan.

Alden berjalan menuju pojok kanan kamar Nara. Ia mengambil kotak P3K yang tersimpan di atas meja yang terdapat di sana. Kemudian ia kembali mendekat kepada Nara.

Alden mengeluarkan kapas dan alkohol hendak membersihkan luka di pipi Nara. Belum sempat kapas tersebut menyentuh lukanya, Nara lebih dulu memalingkan wajahnya ke arah lain.

Alden tersentak kaget melihat respon Nara. Tangannya menarik pelan dagu Nara membuat Nara kembali melihat ke arahnya.

"Nara kenapa ga mau ngeliat, Al?" tanya Alden dengan nada rendah. Ia tau ia memang telah memperlakukan Rubi dengan sangat kejam. Tapi siapa yang bisa membiarkan orang yang ia cintai disakiti orang lain?

Nara menggeleng pelan. Perlahan air mata mengalir membasahi wajahnya. Dengan cepat Alden menyeka air mata tersebut sebelum mengenai luka di pipi Nara.

"Nara takut ya sama Al? Nara, Al tau Al salah. Al minta maaf. Tapi Al juga ga akan biarin siapapun nyakitin Nara. Siapa pun yang nyakitin Nara dia harus dapet balasan yang setimpal," tutur Alden sembari menatap dalam manik mata Nara.

"Nara takut, Al. Nara takut ngeliat Alden kayak gitu. Nara takut.." suara Nara bergetar. Air mata semakin deras membanjiri wajahnya.

Alden memeluk Nara dengan erat. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Nara, menyembunyikan air matanya.

"Nara ga boleh takut sama Al. Al itu pacar Nara. Al ga akan nyakitin Nara. Apa yang Al lakuin ke Rubi itu ga akan Al lakuin ke Nara. Al sayang sama Nara. Al cinta sama Nara. Al ga akan nyakitin orang yang Al cintai," ucap Alden dengan nada bergetar.

Alden mengangkat wajahnya. Matanya menatap lekat wajah Nara. Hatinya seolah teriris saat orang yang ia cintai justru merasa takut dengannya.

"Nara dengerin Al, Al ga akan ngelakuin hal kejam kayak gitu ke Nara. Al sayang banget sama Nara. Nara jangan takut sama Al." Tangan Alden terulur mengelus wajah Nara. Perlahan Alden menyatukan dahinya dengan dahi Nara menghapus jarak di antara mereka.

ALDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang