ALDEN 21

598 28 4
                                    

"Pagi Nara sayang!!!" teriak Lendra memasuki ruangan tempat Nara dirawat. Lendra dan Xevan baru saja sampai di rumah sakit. Sebelum berangkat ke sekolah mereka terlebih dahulu singgah ke rumah sakit untuk menjenguk Nara. Lendra memeluk Nara dengan sangat erat kemudian meletakkan buah-buahan yang ia bawa di atas nakas.

"Gimana keadaan lo, Ra?" tanya Lendra.

"Udah baikan kok, Len. Tadi kata dokter sore ini aku udah boleh pulang," jawab Nara sambil tersenyum.

"Woah beneran? Aaaa senengnya. Besok lo sekolah kan? Gue kesepian tau ga ada lo di sekolah," ucap Lendra sambil memasang wajah cemberutnya.

"Besok Nara belum bisa sekolah. Dia masih harus dirawat dulu sampai benar-benar sembuh,"  sahut Alden yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ish kok gitu sih," Lendra menatap Alden dengan kesal. Ia sudah sangat merindukan sahabatnya ini. Ia ingin kembali menjahili Nara saat jam pelajaran, ia juga rindu mencontek tugas Nara.

"Nara belum sembuh total, Lendra," ucap Alden mencoba memberi pengertian kepada Lendra.

"Ih kangen tau sekolah bareng Nara," Lendra memeluk Nara di sebelahnya. "Pokoknya besok Nara harus sekolah. Titik ga pake koma apalagi titik dua karna di duain itu sakit," lanjutnya dengan suara di buat semenyedihkan mungkin.

"Jijik, Len," Rino menggeplak pelan kepala Lendra membuat Lendra merungut kesal.

"Pokoknya besok sekolah ya, Nara," Lendra kembali memeluk Nara dan sesekali mencium pipi Nara. Lendra sangat menyayangi Nara seperti saudaranya sendiri.

"Gue bilang ga sekolah ya ga sekolah," kata Alden penuh penegasan. Saat ini ia sedang menyiapkan bubur yang dibawa Xevan untuk diberikan kepada Nara.

"Ish Alden mah gitu. Ga suka deh gue," ujar Lendra sambil memanyunkan bibirnya.

Kelima laki-laki itu bergidik ngeri melihat tingkah Lendra. "Udah kelar PMS lo?" tanya Xaver.

Lendra menganggukkan kepalanya. "Udah. Emang kenapa?" tanya Lendra. Ia masih betah memeluk Nara.

"Pantes sarap lagi," jawab Xaver yang langsung mendapat geplakan dari Xevan.

Lendra tertawa dan memeletkan lidahnya kepada Xaver. "Rasain wle," ejeknya.

"Sekolah gih lo pada. Ngapain di sini, nyempit tau ga," Alden menarik Lendra membuat Lendra melepaskan pelukannya pada Nara. Kemudian Alden beralih duduk di kursi yang tadi diduduki Lendra.

"Lo ga sekolah, Al?" tanya Xaver kepada Alden yang tidak menggunakan seragam sekolahnya.

"Enggak. Gue di sini mau jagain Nara,"  jawab Alden sambil terus mengaduk bubur di tangannya. Ia ingin menyuapi Nara tapi malu karena masih ada teman-temannya. "Lo pada pergi dah," lanjut Alden mengusir teman-temannya.

"Dih ngusir. Ya udah kalau gitu, Nara sayang, gue ke sekolah dulu ya. Cepet sembuh cantik. Pokoknya besok harus sekolah," Lendra kembali memeluk Nara dan menciumnya sekilas. Kemudian berlari keluar ketika melihat tatapan tajam dari Alden.

"Ya udah kita juga berangkat. Jagain Nara baek-baek, Al," pamit Xevan. Kemudian ia berjalan menyusul Lendra. Diikuti Xaver, Rino dan Xeno di belakangnya.

Sekarang hanya tinggal Alden dan Nara berdua. Alden menatap Nara kemudian tersenyum. "Sarapan dulu ya, Ra," Alden menyodorkan sesendok bubur ke hadapan Nara.

"Aaa..." ucap Alden menyuruh Nara membuka mulutnya.

Nara tersenyum malu kemudian menerima suapan dari Alden. Alden tersenyum sambil mengusap kepala Nara yang masih diperban. Sementara kepalanya sudah tidak diperban lagi karena Alden tidak betah menggunakannya.

"Al, besok Nara sekolah ya," kata Nara disela-sela mengunyahnya.

Alden menghentikan tangannya yang hendak kembali menyuapi Nara. Ia terlihat berpikir sebentar sambil menatap wajah polos Nara.

"Gak," jawab Alden telak. Alden kembali menyuapi Nara namun Nara menggeleng. Selera makannya tiba-tiba hilang karena Alden melarangnya untuk sekolah.

"Nara, kalau, Al, bilang enggak ya enggak. Paham kan?" tanya Alden selembut mungkin agar tak menyakiti perasaan Nara.

Nara menggeleng. "Nara kangen sekolah, Al. Udah empat hari Nara ga sekolah. Nara ketinggalan banyak pelajaran."

"Nara bisa pinjam catatan Al."

"Emang, Al, nyatat?" tanya Nara.

Alden menggaruk tengkuknya. Bagaimana dia bisa mencatat pelajaran, masuk kelas saja tidak.

"Tuh kan, Alden aja di sini gimana mau pinjemin catatan buat Nara."

"Ya udah nanti pinjem catatan Lendra aja, gampang, Ra."

Nara hanya diam, ia terus menggeleng saat Alden kembali ingin menyuapinya.

"Bu Sonya pasti kangen sama Alden," ucap Nara tiba-tiba. Alden membelalakkan matanya, kenapa tiba-tiba jadi Bu Sonya?

"Kenapa sih, Ra?" Alden berucap bingung melihat Nara yang menahan senyumnya.

Nara menggeleng, "gak tau tiba-tiba Nara ingat Bu Sonya," jawab Nara sambil tertawa.

"Ga lucu ya, Ra," kata Alden pura-pura marah.

Nara menutup mulutnya dengan tangannya berusaha sekuat tenaga menahan tawanya. "Kenapa ya Bu Sonya suka sama Alden?" ucapnya membuat Alden kembali geleng-geleng kepala.

"Ya karna, Alden, ganteng," jawab Alden penuh percaya diri. "Nara suka ga sama, Al?" tanya Alden membuat Nara menghentikan tawanya.

"Apa, Al?" Nara meminta Alden mengulangi pertanyaannya.

"Nara, suka ga sama Alden?" Alden mendekatkan wajahnya pada Nara. Matanya menatap dalam manik mata Nara yang kini tak terhalangi kacamata.

Nara menggigit bibir bawahnya. Ia bingung harus menjawab apa.

"Emang susah kalau ngedeketin anak paud," Alden mencolek hidung Nara kemudian kembali menjauhkan tubuhnya.

"Alden, kita sekelas loh," kata Nara menanggapi perkataan Alden.

Alden tertawa mendengar ucapan Nara. Gadis ini benar-benar mampu membuat hari-hari Alden menjadi lebih berwarna dengan kepolosannya.

"Udah ah, ini buburnya makan lagi," Alden kembali menyendokkan bubur yang berada di tangannya kemudian kembali menyuapi Nara.

"Ga mau, Al. Nara udah kenyang," Nara menggeleng kemudian menutup mulutnya.

"Nara baru makan satu sendok. Ayo makan lagi."

"Ga mau, Al."

"Nara," panggil Alden penuh peringatan.

Nara menghembuskan nafas pasrah. "Ya udah, Nara, makan. Tapi besok Nara sekolah ya," ucap Nara penuh harap.

"Gak, Ra."

"Kalau gitu Nara ga mau makan."

"Lah kok gitu?"

"Lagian, Al, ngapain larang-larang Nara sekolah? Nara mau sekolah Al," rengek Nara.

"Ya udah iya besok sekolah. Tapi jangan jauh-jauh dari Al," ucap Alden pasrah. "Sekarang makan."

Nara mengangguk senang kemudian menerima suapan dari Alden. Alden tersenyum, sesekali tangannya mengusap kepala Nara. Dia sadar bahwa dia sangat menyayangi gadis manis ini.

ALDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang