ALDEN 4

1.4K 58 11
                                    

Bel pulang berbunyi nyaring. Jiwa-jiwa yang awalnya mengantuk kini kembali bersemangat. Seluruh murid kelas 11 IPA 4 bergegas mengumpulkan kertas ulangan mereka, lantas setelahnya mereka segera keluar dari kelas.

Alden bersama keempat pasukannya berjalan menuju parkiran sekolah. Rencana hari ini langsung pulang ke rumah kemudian malamnya berkumpul di markas Xanthous.

Mereka semua telah siap dengan motor masing-masing. Aura geng motor terpancar kuat dari kelimanya. Derum motor masing-masing pasukan membuat mereka menjadi pusat perhatian. Sang raja jalanan terlihat serasi sekali dengan kuda besi mereka.

Kelimanya melajukan motor dengan kecepatan sedang keluar dari pekarangan sekolah. Tak sedikit tatapan kagum yang mereka terima. Hal itu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka.

Belum jauh, Alden memperlambat laju motornya sampai akhirnya berhenti di depan halte. Keempat pasukannya pun ikut berhenti meski mereka tak tau apa yang membuat Alden berhenti.

Alden membuka kaca helmnya lantas menoleh ke belakang. "Kalian duluan aja," katanya.

"Lo mau ngapain?" tanya Xaver.

"Etdah, Ver, peka ngapa. Noh liat," ujar Rino sembari menunjuk gadis manis yang tengah berdiri di halte.

Xaver mengikuti arah tunjuk Rino lantas mengangguk. "Baiklah kalau dirimu mau membucin, diriku bisa apa toh mas," ucap Xaver dengan nada yang di lebay-lebay kan. Lantas ia melajukan motornya mendahului teman-temannya.

"Duluan ya, selamat memperjuangkan cintamu mas Al," Rino melajukan motornya menyusul Xaver. Di belakangnya Xeno menyusul.

Alden terkekeh mendengar perkataan Rino. Memperjuangkan cinta katanya.

"Ya udah gue duluan," Xevan menepuk pelan pundak Alden.

Alden mengangguk. "Hati-hati lo," ucapnya. Xevan mengangguk, melajukan motornya menyusul yang lain.

Kini tinggal Alden sendirian. Matanya sedari tadi memperhatikan gadis manis itu. Alden tak pernah se tergila-gila ini kepada seorang perempuan.

Alden membuka helmnya lantas turun dari motornya menghampiri Nara. "Hai, Ra," sapanya.

Nara menoleh, "Eh, hai Alden," balasnya.

Alden memperhatikan sekitar, tak begitu ramai. Hanya ada beberapa murid yang juga tengah menunggu jemputan.

"Lo masih lama dijemputnya?" tanya Alden basa-basi.

Nara melihat jam di layar ponselnya. "Hmm iya masih. Kak Vito masih ada kelas katanya."

"Kak Vito?"

Nara mengangguk. "Iya, kakaknya Nara," jawabnya.

"Oh, kirain pacar lo."

Nara menggeleng sembari tertawa. "Mana ada pacar."

"Syukur deh," gumam Alden. "Lo pulang bareng gue aja," lanjutnya.

"Emm ga usah, Al. Nara tunggu kak Vito aja," tolak Nara.

"Ini perintah bukan permintaan apalagi pertanyaan."

Nara menatap bingung ke arah Alden.

"Udah ayo."

Alden menarik tangan Nara, membawa gadis itu ke motornya. Gadis itu hanya menurut, pasrah tangannya ditarik oleh Alden.

Alden menaiki motornya lantas menggunakan helmnya. "Ayo naik," katanya kepada Nara yang sedari tadi hanya memperhatikannya. "Udah lo jangan ngeliatin gue mulu, salting nih gue," katanya saat Nara tak kunjung menaiki motornya.

Nara menggaruk kepalanya bingung. "Alden ini kenapa sih?" tanyanya.

"Jatuh cinta gue, pake nanya lagi lo. Udah buru, Ra," Alden memegang tangan Nara, membantu gadis itu menaiki motornya.

Setelah memastikan Nara duduk dengan tenang, Alden menyalakan motornya lantas melaju dengan kecepatan sedang.

"Kata kak Vito masih kecil gak boleh cinta-cintaan," ucap Nara. Suaranya bertabrakan dengan suara angin namun masih dapat di dengar oleh Alden.

"Bilang sama kakak lo, kalau cinta-cintaannya sama Alden ga pa-pa, soalnya Alden ga suka penolakan," balas Alden sembari tertawa.

Udara sore menjadi saksi, Alden untuk pertama kalinya telah menjatuhkan hatinya kepada gadis manis yang kini diboncengnya.

***

Xaver meletakkan minuman kalengnya saat melihat Alden yang baru saja memasuki markas. "Gimana tadi? Dapet modusnya?"

Alden mengernyit bingung. "Modus apaan?" tanyanya sembari duduk di sebelah Xevan.

"Ya modus, ngerem mendadak misalnya," jawab Xaver sambil tertawa.

"Ga lah, gila kali lo."

"Masa engga sih, ga asik dong."

"Nara terlalu manis untuk dimodusin kayak gitu. Lagian gue ga bakal ngerusak dia. Ya kali gue ngotorin air yang bakal gue minum," ucap Alden membuat seluruh pasukannya bertepuk tangan.

"Si raja jomblo sepertinya akan segera mengakhiri masa jabatannya," ucap Rino sambil terus bertepuk tangan.

"Semuanya, bersiap untuk hari patah hati seantero fans Xanthous," timpal Xaver.

"Dih, apaan dah lo pada," kata Alden.

"Jiakh mengsalting," ejek Xevan sembari mendorong bahu Alden.

Alden menatap bingung ke arah Xevan. "Kenapa dah?"

"Jiakh yang lagi kasmaran."

"Jiakh si mblo sekarang cinta-cintaan."

"Jiakh Xanthous bentar lagi punya bu ketu."

"Jiakh bentar lagi udah bisa malmingan."

Alis Alden semakin mengerut mendengar ejekan teman-temannya. "Ngeri gue mah sama lo pada," ucapnya.

Seluruh pasukan Xanthous tertawa. Mereka ikut senang saat sang ketua yang dijuluki jomblo abadi kini akhirnya jatuh hati. Mereka kira selama ini Alden pelangi.

***
Jiakhhh Alden uhuyyyy

ALDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang