ALDEN 17

644 33 0
                                    

Pagi ini Alden bangun lebih cepat dari biasanya. Tepat pukul 6 dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia memandang dirinya di cermin sambil menggunakan jaket Xanthous kebanggaannya, "Ganteng ga ada obat," ucapnya memuji diri sendiri.

Mara yang baru saja masuk ke kamar Alden untuk membangunkan anaknya itu terkejut ketika Alden sudah bangun dan sudah rapi dengan seragamnya. Biasanya Alden baru akan bangun 15 menit sebelum bel.

"Loh tumben nih kamu udah bangun?" tanya Mara sambil berjalan mendekati Alden.

Alden berbalik dan tersenyum melihat wanita yang sangat ia cintai itu, "Ma, Al ganteng gak?" tanyanya membuat Mara heran.

"Ganteng dong. Kan kamu selalu ganteng." jawab Mara dengan tersenyum.

"Ganteng aja apa ganteng banget?"

"Ganteng pake banget. Tumben banget kamu nanya kayak gitu?"

"Hehe ga pa-pa sih, Ma. Beneran Al ganteng banget Ma?" tanya Alden lagi membuat Mara gemas dan mencubit pipinya.

"Kamu ini ya masih aja nanya. Anaknya Mama udah pasti ganteng lah."

"Kalau Al nembak cewek kira-kira bakal diterima ga, Ma?"

"Ohh ternyata ada yang lagi kasmaran nih," ucap Mara sambil tersenyum jahil.

Alden mengerucutkan bibirnya, "Ih Mama mah," katanya dengan pipi yang menggembung.

"Siapa sih ceweknya? Kasih tau Mama dong."

Alden kembali tersenyum, "Emm, nanti kapan-kapan deh, Al, ajak ke rumah," jawabnya.

Mara tersenyum lebar. Ini pertama kalinya ia melihat anak laki-lakinya ini begitu bersemangat di pagi hari.

"Dia manis banget, Ma," ucap Alden tiba-tiba.

Mara mengernyitkan alisnya, sedetik kemudian ia kembali tersenyum jahil. "Gula kali ah," ucapnya jahil.

Alden tertawa, baginya bahkan Nara lebih manis dari gula.

"Ya udah yuk sekarang kita sarapan. Kan kamu mau jemput pujaan hati dulu. Ntar telat loh," kata Mara sambil merangkul tangan sang anak.

"Loh Mama tau dari mana kalau Al mau jemput Nara? Kan Al belum bilang," tanya Alden heran.

"Oh, jadi namanya Nara, mirip ya sama nama Mama," Mara menatap wajah Alden.

"Loh iya ya, Arnara dan Amara. Fix jodoh sih ini," Alden tertawa, Mara yang mendengarnya pun ikut tertawa.

"Jodoh, jodoh, sekolah dulu yang bener," Mara mencubit pinggang Alden membuat anak laki-laki itu kembali tertawa.

Alden memeluk Mara, "Iya mamaku sayang," ucapnya.

Lantas keduanya berjalan beriringan menuruni satu per satu anak tangga untuk segera ke ruang makan.

Alden menarik salah satu kursi kemudian duduk dengan tenang. Ia meraih susunya dan meminumnya sedikit.

"Oh iya sayang, Papa kamu tadi malam udah balik pulang ke rumah Mama Bunga," ucap Mara sambil mengoleskan selai cokelat pada roti Alden.

"Bagus lah," jawab Alden acuh. Kemudian ia menerima roti yang diberikan oleh Mara.

"Sayang, mau sampai kapan kamu marah sama Papa? Kamu gak boleh marah lama-lama, gimana pun juga dia tetap papa kamu."

"Gak marah, cuma kecewa," jawab Alden sambil mengunyah rotinya tanpa nafsu. Tiba-tiba mood nya tidak baik, dia tidak suka topik percakapan pagi ini.

"Mama aja bisa maafin Papa, masa kamu enggak?"

"Karna hati, Al, ga sebaik Mama," jawab Alden sambil meletakkan sisa rotinya. "Al berangkat sekarang ya. Takut telat soalnya kan mau jemput Nara dulu."

ALDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang