ALDEN 28

501 23 7
                                    

Dua hari setelah pesta ulang tahun Xanthous yang berakhir buruk, Nara dan Alden tidak saling bicara. Keduanya dilanda rasa canggung yang luar biasa. Itu karena Nara yang masih belum memberikan jawaban kepada Alden. Alden sudah berkali-kali ingin menanyakan langsung kepada Nara namun ia tidak memiliki keberanian yang cukup.

"Guys, kantin yuk," Lendra membalikkan badannya ke belakang menghadap Xevan dan yang lainnya. Bel istirahat baru saja berbunyi.

"Yok lah gas!" sorak Xaver sambil berdiri dari duduknya diikuti Rino di sebelahnya.

"Sini aja lah. Males gue," sahut Alden membuat Xaver yang awalnya berniat menjahili Xeno kini beralih menatap Alden.

"Dih ga asik banget lo," ledek Xaver.

"Cinta ditolak emang ga enak," ucap Rino sambil tertawa dan sesekali melirik Nara.

Nara hanya menarik nafas pasrah. Setelah Alden mengungkapkan perasaannya pada malam ulang tahun Xanthous itu, semua pasukan Xanthous semakin gencar menggodanya.

"Eh ga ditolak dong tapi digantung," kata Xaver mengoreksi ucapan Rino.

"Bisa diem ga?!" Alden berdecak kesal. Teman-temannya ini memang benar-benar tidak memiliki hati nurani.

"Cinta diterima enaknya pollll," ucap Xevan sambil merangkul pundak Lendra di sebelahnya.

"Ayok lah kantin!" Alden berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendahului teman-temannya. Ia merasa kesal melihat Xevan yang memamerkan Lendra yang sekarang sudah menjadi pacarnya. Sementara dirinya dan Nara malah belum memiliki hubungan yang jelas. Kenapa ia jadi terjebak di situasi seperti ini.

Xaver dan Rino segera menyusul Alden. Tidak lupa menarik si kutub Xeno agar ikut bersama mereka. Yang ditarik pun hanya bisa pasrah.

"Yuk, sayang," ucap Xevan sambil menarik lembut tangan Lendra.

"Kamu duluan aja," jawab Lendra sambil melirik Nara yang masih duduk di bangkunya. Xevan yang mengerti maksud Lendra pun mengangguk kemudian segera menyusul teman-temannya.

Setelah Xevan pergi, Lendra mendekati Nara yang masih diam di tempatnya. "Yuk, Ra, kantin," ajaknya.

Nara mendongakkan kepalanya kemudian menggeleng. "Gak, Len, aku di sini aja. Kamu ke kantin aja ga pa-pa kok," jawabnya.

"Ra, biasa kok situasi kayak gini. Lagian bukan salah lo juga. Waktu itu emang kondisinya lo ga bisa jawab. Gue yakin Alden pasti paham. Nanti kalau kalian lagi berdua lo bisa ngasih jawabannya ke Alden," ucap Lendra berusaha meyakinkan Nara bahwa semuanya baik-baik saja.

"Tapi masalahnya aku ga tau mau jawab apa. Aku bingung, Len."

Lendra mengernyitkan alisnya mendengar perkataan Nara. "Kenapa lo bingung? Lo ga punya perasaan apa-apa sama Alden. Lo ga suka sama dia?"

Nara menggeleng. "Bukan gitu, Len. Tapi nanti kalau aku jadian sama Alden pasti bakal banyak orang yang ga suka sama aku." Nara menarik nafas dalam-dalam. Dia belum menjadi pacar Alden saja Rubi dan teman-temannya sudah membenci dirinya. Bagaimana jika nanti ia benar-benar menjadi pacar Alden, Nara tidak bisa membayangkan hal buruk apa yang akan terjadi pada dirinya.

"Jadi lo ga ngasih jawaban ke Alden karna lo takut sama cewe-cewe yang suka sama Alden? Ayo lah, Ra, lo ga boleh kayak gini. Lo ga sendiri, Ra. Kalau ada yang nyakitin lo gue bakal maju paling depan. Gue bakal ngelindungin lo, Ra. Lagian gue yakin Alden sama anak-anak Xanthous yang lain ga bakal biarin siapa pun nyakitin lo. Gue yakin Alden ga bakal biarin lo disentuh sama siapa pun," ucap Lendra berusaha meyakinkan Nara.

ALDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang