ALDEN 56-END

1.6K 40 93
                                    

Lendra memandang Nara di sampingnya, tatapan gadis itu terlihat kosong. Kesedihan tampak dalam raut wajah cantiknya. Senyum tak terbit, binar kedamaian bahkan tak bisa ia temukan dalam manik Nara yang tertunduk lesu.

Ada yang hilang dalam dirinya tapi tak bisa kembali. Rasa kecewa, hampa. Entah marah dan sedih, senang atau kecewa. Semesta menempatkan Nara pada jembatan dimana jika ia maju, tidak ada jalan mundur. Dan jika ia mundur, maka ia kehilangan jalan untuk maju. Sulit dan rumit. Tangan Lendra menyentuh tangan sahabatnya lembut, mengusap, memberi ketenangan.

Nara menghela nafas. Ia tak pernah mengira akan seperti ini pada akhirnya. Andai saja ia tak mengikuti perkataan Om Rayn yang menyuruhnya untuk membalas dendam pada Alden pasti ini semua tidak akan terjadi. Namun semua sudah terlanjur terjadi. Semua sudah lebur, tak dapat diperbaiki lagi.

"Dikondisi kayak gini, maaf dan makasih udah gak gue perluin lagi. Yang gue perluin cuma kalian. Jaga jantung gue, jaga Xeno nanti. Biar apa yang gue pertaruhin sekarang ga sia-sia."

Nara mendongak, menatap Alden yang kini sudah menggunakan pakaian hijau. Alden benar-benar akan memberikan jantungnya untuk Xeno. Tak ada lagi siapapun yang bisa membantah keputusan Alden.

Xevan dan Xaver saling pandang, lantas menunduk. Rino berbalik pergi, menghindari diri dari kesedihan, entah kemana asal ia tak berada di tempat yang penuh kesesakan ini. Ardit menarik nafas panjang, menggenggam bahu sepupunya lembut. Berat bagi Nara, terlebih kejadian sebelum ruang operasi mulai melakukan tugasnya.

Alden menatap Nara sekilas. Tak ada lagi yang ingin ia sampaikan pada gadisnya itu. Semua sudah ia utarakan. Semoga setelah ini Nara benar-benar melakukan apa yang ia pinta.

Flashback On

Alden keluar dari ruang tempat ia diperiksa. Baru saja satu langkah kakinya melangkah maju, matanya dapat menangkap Nara dan Ardit berdiri tak jauh darinya.

Alden terus melangkah maju mendekati keduanya dengan senyuman menenangkan yang sama sekali tak luntur dari bibirnya.

"Jantung Al cocok untuk Xeno, dan Al juga ga ada riwayat penyakit apapun. Beberapa menit lagi tinggal eksekusi."

Nara lantas menarik tangan Alden untuk ikut dengannya. Di belakangnya Ardit mengikuti langkah mereka.

Nara membawa Alden ke taman rumah sakit. Alden sedari tadi hanya diam, pasrah saja tangannya ditarik oleh Nara. Meski sebenarnya jantung yang sebentar lagi akan ia berikan kepada Xeno telah berdetak cepat tak karuan.

Nara duduk di sebuah kursi panjang yang ada di taman tersebut. Alden pun ikut duduk, namun ia melirik Ardit yang berdiri di sebelahnya. Jauh-jauh njir, batinnya.

Ardit yang mengerti keadaan pun segera mengambil langkah seribu menjauh dari Alden dan Nara.

Kini tinggal Alden dan Nara. Lama mereka terdiam. Canggung. Sudah berapa lama mereka tidak duduk berdua seperti ini? Berapa lama mereka tak pernah sedekat ini lagi?

Nara hanya menunduk sembari memainkan jari jemarinya. Nara malu. Ia malu telah menjadi seorang pengkhianat. Sesekali terdengar helaan nafas berat dari bibirnya.

ALDEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang