Alden, Rino dan Xeno baru saja sampai di sekolah. Setelah memarkirkan motor mereka segera menuju ke kelas.
"Ver, ayo ke kelas bareng," ucap Rino saat melihat Xaver yang baru saja datang dan memarkirkan motornya tak jauh dari mereka.
Xaver menoleh sekilas kemudian membalikkan badannya menuju ke kelas, mengabaikan ajakan Rino.
Rino berlari kecil menyusul Xaver, "Ver," panggilnya.
Xaver menghela nafas lantas menghentikan langkahnya. "Apa?" tanyanya dingin.
Rino diam tak menjawab pertanyaan Xaver.
"Stres lo kan. Udah manggil, ditanya malah diem," ucap Xaver menatap kesal ke arah Rino. "Udah ah gue mau ke kelas. Lo samperin sana bos lo," lanjutnya sembari melirik Alden yang berdiri tak jauh di belakangnya. Xaver melanjutkan langkahnya yang terhenti.
"Ya udah yuk, Al, kita ke kelas," ajak Rino kepada Alden yang sedari tadi diam memperhatikan.
Alden berdehem menanggapi ajakan Rino. Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas.
"Pembunuh emang ga pantes punya temen."
Alden, Rino, dan Xeno serentak membalikkan tubuh mereka saat mendengar perkataan tersebut. Nara, Xevan dan Lendra berjalan beriringan mendekati mereka.
"Bajingan! Ini semua gara-gara lo!" Rino menatap tajam ke arah Nara.
"Lah kok gue? Emang temen lo aja yang pembunuh. Hidupnya bawa sial buat orang lain," ucap Nara.
"Ga usah hidup sekalian," celetuk Xevan sambil tertawa.
"Pengkhianat kayak kalian yang ga pantes hidup!"
"Rino...Rino, lo kalau mau join ke kita juga ga pa-pa kali. Ngapain temenan sama pembunuh?"
"Ngapain temenan sama pengkhianat?" ucap Rino membalikkan perkataan Nara.
Nara menggedikkan bahu acuh. "Jangankan kita, Papa dia sendiri aja bisa khianatin dia," Nara tersenyum senang melihat Alden yang mengepalkan tangannya menahan emosi.
"Ya udah yuk cabut," Xevan merangkul bahu Nara dan Lendra membawa kedua gadis itu melanjutkan langkah mereka ke kelas.
Rino menarik pergelangan tangan Lendra yang satunya membuat langkah Lendra terhenti.
"Ga usah sentuh cewe gue," ucap Xevan sembari melepaskan cekalan Rino pada tangan Lendra.
Rino tak memperdulikan Xevan yang menatap tajam kepadanya. Matanya beralih menatap Lendra, sahabat kecilnya itu.
"Lo ada di tempat yang salah, Lendra," ucapnya.
Lendra menundukkan kepalanya menahan tangis. Ia tidak suka situasi ini. Ia tak suka melihat Xanthous terpecah belah seperti sekarang ini.
"Lo ga usah racunin pikiran cewe gue!" Xevan menggeram lantas kembali menarik tangan Lendra membawa gadis itu segera ke kelas.
***
"Jadi gimana?" Nara menghampiri Xaver yang tengah menghabiskan waktu istirahatnya sendirian di rooftop.
Xaver menatap Nara sekilas kemudian kembali menatap lurus ke depannya. Ia kembali terhanyut dalam pikirannya.
Nara beralih duduk di sebelah Xaver. Matanya menatap jauh ke depan. Sesekali helaan nafas berat terdengar keluar dari mulutnya.
Nara menepuk pundak Xaver membuat laki-laki itu melihat ke arahnya.
"Ver, lo tau ga apa yang gue rasain pas gue tau nyokap sama bokap gue pergi sekaligus? Rasanya bener-bener hancur. Gue yang masih berumur tujuh tahun dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya. Gue dituntut untuk kuat disaat gue masih pengen dimanja. Bertahun-tahun, Ver. Bertahun-tahun gue coba untuk bangkit. Gue coba untuk ikhlasin kepergian orang tua gue sampai akhirnya gue bisa ikhlasin mereka, meskipun berat. Di saat gue udah ngerasa baikan dan mencoba untuk tetap bangkit, kakak gue yang selalu ada untuk gue harus terbaring di rumah sakit. Dia koma bertahun-tahun, dan itu semua karna Alden. Alden yang udah bikin kakak gue ga bisa ngapa-ngapain selain tidur di rumah sakit," Nara menatap Xaver di sebelahnya. Tatapannya seolah menyampaikan segala rasa sakit yang ia pendam sejak lama. Dari matanya seolah tersirat luka yang amat dalam.
"Ver, kasih tau gue, apa gue salah ngelakuin ini? Sekarang lo berada di posisi yang sama kayak gue. Kita sama-sama kehilangan orang yang sangat berarti buat kita gara-gara orang yang sama. Di posisi lo sekarang, lo kehilangan nyokap lo karna Alden dan gue harus nerima kenyataan kalau kakak gue koma gara-gara Alden. Apa kita salah kalau kita juga pengen Alden ngerasain hal yang sama? Apa kita pantes disebut pengkhianat hanya karna kita ingin keadilan?"
Xaver menatap dalam mata Nara. Ia dapat merasakan apa yang Nara rasakan. Xaver pernah berjanji pada dirinya sendiri, jika ia menemui pelaku tabrak lari yang membuat ibunya meninggal ia bersumpah akan menghabisi nyawa orang itu. Tapi ini Alden. Sahabatnya sendiri. Bagaimana bisa ia menghabisi nyawa sahabat yang selalu ada untuknya.
"Ver,---"
"Gue butuh waktu," ucap Xaver memotong perkataan Nara.
Nara mengangguk paham. "Gue tau ini pasti berat banget buat lo. Gue akan nunggu lo, Ver," Nara menepuk pundak Xaver sekali lagi lantas berdiri dari duduknya, meninggalkan Xaver sendirian.
Xaver menghela nafas berat. Rasanya benar-benar berat. Tak pernah terlintas dipikirannya bahwa Alden adalah pelakunya. Alden sahabat terbaiknya yang justru ternyata adalah orang yang telah membuat ibunya meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEN [END]
Fiksi Remaja#1 in Lendra 03.03.2021 #2 in Xia 12.03.2021 #2 in Rino 05.09.2021 #1 in Xaver 07.06.2021 #1 in Xevan 07.06.2021 #1 in Xeno 07.06.2021 #1 in Xanthous 07.06.2021 #3 in mostwanted 21.08.2022 #1 in Alden 24.08.2023 Xeochiko Alden Behmana Siapa yang ta...