LIAN POV
Setelah menjawab telfon Sean aku lalu turun ke bawah meminta izin untuk pergi dengan mamah.
"Mah, adek pergi ke mall ya sama Sean. Sean sudah sampai di depan rumah Embak", jelasku.
"Huh.. sampai kapan kamu akan menyembunyikan identitasmu Quena. Apa kamu tak lelah harus kesulitan karena pura-pura? Bahkan dunia sepertinya tak tau aku memiliki 3 anak. Cih!", kesal mamah.
"Ih mamah, Quena kan nggak suka kena sorotan kamera. Hidup Lian tak akan bebas kalau selalu diikuti sorotan kamera mah.. Sudah ya, teman Quena sudah nunggu..daa mamah", ucapku seraya mencium pipi sebelah kiri mamah dan berjalan ke arah dapur melewati pintu belakang yang mengarah ke komplek rumah para pekerja di rumahku.
"Embakkk, Lian numpang lewat rumah Embak Asmi ya! Bye gaes!",
Embak Asmi dan pekerja rumah lain hanya geleng-geleng kepala melihatku berlari ke belakang sambil berteriak meminta izin.Ya, memang mereka semua sudah biasa melihat tingkah bar-bar nan energic yang selalu kuperlihatkan. Oiya, pekerja di rumahku cukup banyak. Hanya saja Embak Asmi yang lebih dekat denganku karena ikut pindah dari Jogja ke Surabaya bersama keluarganya. Sedangkan pengurus lain selain keluarga Embak Asmi adalah orang baru yang bekerja di rumahku.
Tok..
Tok..
Aku mengetuk jendela mobil Sean lalu masuk ke kursi penumpang sebelah Sean. Kulihat Sean seperti orang yang tak sadar sambil menatap ke arahku.
"Cantik", gumam Sean yang masih bisa ku dengar membuat aku tersipu.
"Sean.. kamu bilang apa?", kataku berpura-pura tak mendengarnya lalu menepuk bahunya.
"Hah? Em, maaf Lian. Ayo berangkat"
"Yuk, kita mau apa di mall?"
"Temenin aku nonton sama beli kado ya", kata Sean.
"Ih, jangan nonton. Nanti sampe malem banget pulangnya, mending nontonnya malem minggu aja sekarang beli tiket dulu. Soalnya kalok hari biasa aku ada jam malemnya, cuman sampe jam 10. Ini aja udah setengah 8 malem", jelasku.
"Hmm, iya deh besok sabtu aja. Sambil malem mingguan sama kamu"
"Apaan sih! Bercanda muluk kamu", ucapku menetralkan degub jantungku.
"Ya kan memang malem minggu, biar gue nggak kalah sama orang yang punya pacar. Hahaha", kata Sean lalu tertawa.
"Dasar, modus!", kataku.
"Hahaha, tapi suka kan?", Sean pun tambah tertawa.
Aku terpaku dengan tawanya yang menurutku membuatnya berkali lipat tambah tampan? Entahlah..
"Wah, kalok gini terus pepatah Jawa bener nih. Ngrugiin jantungku banget kebiasa liat ketawanya. Ah witing tresno jalaran seko kulino, ih baper njir", batinku. (Cinta itu ada karena terbiasa)
Sesampainya di parkiran Zeus Mall
"Lah, ini kan mallnya papa. Aduhhh, gimana nih kalok karyawannya papa nyapa aku. Kenapa juga sih si Sean pake milih ke mall ini kayak ngga ada mall lain aja. Eh tapi ya alhamdulillah sih ya, duitnya kan masuk kantong gue juga, cuman muter doang. Hihihik", batinku lalu terkikik.
"Eh, lo kenapa? Serem banget ketawa sendiri. Hiii", kata Sean lalu menggetarkan badannya (kayak orang bergidik, tau kan).
"Gapapa, yuk turun", kataku lalu membuka pintu tapi lenganku di tarik.
"Tunggu, biar aku bukain ya cantik", ucap Sean lalu berjalan keluar memutar mobil dan membukakan pintuku.
"Nek ngene terus pye aku ra baper to Le Thole", batinku kesal harus terus menetralkan degub jantungku. (Kalok kayak gini terus, gimana aku nggak baper sih Mas Masss"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
RomanceCerita ini cerita regresi (alur mundur), menceritakan kisah percintaan remaja menuju dewasa. Konflik menegangkan yang tak tertebak di part akhir cerita Lian yang pertama dan didukung dengan cerita Lian kedua. Mengusung konflik sosial-keluarga diteng...