26. Farel 1

3 0 0
                                    


.

.

.

Pagi hari

Hari ini, aku berangkat sekolah dengan Lashon. Kalau kalian tanya apakah Chara ikut? Jawabnya "tidak". Sepertinya Chara memberikan aku waktu bersama dengan Lashon setelah kemarin-kemarin dia mengabaikanku. Nizar? Aku telah menghubunginya untuk langsung berangkat ke sekolah. Dan Farel? Aku masih tetap menghubunginya, tapi..tetap saja tak ada tanggapan apapun darinya. Huh, aku sangat-sangat rindu dengannya. Perasaanku sempat tak enak beberapa hari yang lalu, tapi sekarang aku mulai merasa baik-baik saja. Toh benar kata Nizar, Farel juga tak mungkin menyukaiku saat aku seperti ini.

Lashon dan aku menggunakan mobil hari ini. Lashon membawa mobil bang Zain yang ada di rumah yaitu Wrangler Jeep. Lashon menggunakan mobil itu karna suruhan mama Tisha agar mobil itu keluar dari kandang setelah lama tak digunakan. Aku sih hanya iya-iya saja, toh yang nyetir bukan aku. Kita sampai sekolah agak sedikit mepet waktu masuk, untungnya pagar belum di tutup. Saat sampai di parkiran aku melihat mobil Farel melaju ke arah parkiran dekat mobilku juga. Farel sudah pulang?! Farel udah balik! Yey. Aku bergegas turun dari mobil, begitu juga dengan Lashon. Aku berjalan cepat menghampiri mobil Farel. Saat aku sudah dekat dengan mobilnya yang terparkir, kulihat dia turun dengan menggendong tasnya di bahu kiri dengan jas almamater dicampurkan ditasnya.

"Farel! Aku kangen banget sama lo! Kamu kemana aj----aa..hem? Fa-Farel?", saat dia berjalan mendekat ke arahku.

Aku menghentikan langkahku mendekat ke arahnya yang berlawanan dengan pintu masuk lobby sekolah. Masa bodoh fikirku, yang jelas aku segera ingin memeluk Farel mengatakan seberapa aku khawatir dan kangen sama dia. Tapi..semua itu nggak berjalan sesuai keinginanku. Farel malah terus berjalan melaluiku, mengabaikanku, sedikitpun tak melirikku. Bahkan sapaan dan kata-kataku tak membuatnya menoleh ke arahku.

Shock? Jelas. Speechless? Sangat! Bahkan aku sampai berbalik melihat dia yang mengabaikanku, menepuk bahu Lashon 2 kali, dan berlari menuju arah pintu masuk lobby setelahnya. Dia yang mengacuhkanku membuatku masih berdiri mematung diposisi yang sama. Melihat kepergiannya membuat nafasku seakan berhenti, bahkan rasanya jantungku tak berdetak lagi. Sampai beberapa saat aku masih terpaku di tempatku, hingga Lashon menyentuh kedua bahuku menyadarkanku seakan menarikku kembali ke dunia. Lashon langsung memelukku tanpa ada sedikit kata keluar dari mulutku. Lashon tau saat ini aku butuh ditenangkan walau aku tak berkata apapun.

Bel sekolah berbunyi menyadarkanku dengan Lashon. Lashon melepaskan pelukannya, lalu menggenggam tanganku tanpa mengatakan apapun. Begitupun aku. Dia mengetahui saat ini aku sedang peran batin dengan hatiku, dia tau perasaanku sedang bergejolak dan mau apapun yang dia katakan tak akan kudengarkan bahkan kujawab. Lashon menarikku membawaku ke kelasku, didudukkannya aku di kursiku lalu dia keluar setelah menitipkanku dengan geng kelasku. Pandangan mataku tak kosong, aku masih melakukan aktifitasku tanpa kata terucap dari bibirku. Fikiranku tak kosong, malah otakku sedang dipenuhi banyak prasangka yang menyelimuti kepalaku. Terlebih, karna.. memikirkan kenapa Farel mengacuhkanku dan kondisi Farel yang sangat parah.

Ketika aku dan Farel berdekatan lalu dia berjalan melewatiku, aku melihat bagaimana kondisi Farel saat ini. Wajah yang dipenuhi luka lebam dan ujung bibir yang membiru agak sobek. Tangan kirinya yang berbalut dengan kalep joker, dengan lengan kirinya berbalut perban. Tak sampai disitu, aku juga melihat balutan perban di daerah bahu sebelah kirinya karena dia tak menggunakan jas. Sehingga bajunya agak tembus pandang dan ada warna obat luka kecoklatan dibajunya. Separah apa sebenarnya lukanya. Dan seberat apa misinya kali ini hingga dia bisa terluka separah ini. Ini kali pertama Farel memiliki luka separah ini saat dia kembali dari misi bulanannya. Tapi tetap yang terburuk adalah ketika aku tau saat ini dia sedang sakit terluka separah itu, aku tak ada disampingnya untuk membantunya bahkan sekedar menanyakan keadaanya.

Bel istirahat berbunyi membuatku segera menyusul Farel yang kulihat telah keluar dari ruang kelasnya berlari diikuti Lashon dan gengnya. Mengapa mereka berlari terburu-buru? Batinku tak enak, perasaanku tak tenang. Pasti akan ada sesuatu hal yang terjadi setelah ini. Aku mengabaikan guru yang masih berada di depan kelas membereskan barang-barangnya dan teriakan sahabatku memanggil namaku. Aku terus berlari dan menuruni tangga mencari keberadaan Farel. Aku kehilangan jejak mereka, nafasku sudah tidak beraturan membuat otakku tak bisa kugunakan untuk berfikir.

Aku berhenti sejenak saat bertemu dengan persimpangan selasar di lantai dasar. Sayup-sayup kudengar ada yang memanggil nama Farel. Tanpa berfikir aku langsung berlari ke arah suara itu, yaitu ke arah kantin di selasar lapangan outdoor.

"KNOX!", kuhentikan langkahku.

"Farel..", kataku lirih saat melihat adegan Farel memegang kerah baju Knox.

Saat Knox berbalik secara spontan, kulihat Farel dengan tangan kirinya memegang kerah Knox sedangkan tangan kanannya langsung menonjok Knox. Seketika aku langsung membekap mulutku menggunakan kedua tanganku. Hening... kejadian ini berlangsung sangat cepat. Bahkan sahabat Farel pun kulihat baru saja sampai di dekat Farel sepertiku. Hening..keadaan menjadi hening, telingaku berdengung nyaring tiba-tiba. Aku seakan tak bisa mendengar suara apapun disekitarku. Hal-hal disekelilingku seperti mati membeku bersamaan dengan kejadian itu.

Derap banyak langkah di belakangku kudengar semakin meredam. Hening..semakin hening. Kulangkahkan kakiku mendekati Farel yang sedang ditarik dan dikunci pergerakannya oleh Nizar dan Lashon. Sedangkan Knox terduduk di lantai dengan siku kanan menyangga tubuhnya dan tangan kiri memegangi hidungnya. Kulihat darah mengalir dari sudut bibirnya dan kedua lubang hidungnya. Aku menoleh ke arah Farel yang masih memberontak untuk dilepaskan. Tanpa permisi air mataku mengalir begitu saja, tanpa izin pula tangan ini langsung memeluk Farel entah kenapa. Tak seberapa lama dengungan ditelingaku yang seakan membuat keheningan mulai kembali normal. Aku mulai mendengar deru nafas, detak jantung, dan kalimat penenang dari orang-orang disekitarku. Farel entah kenapa juga tak lagi memberontak.

Perlahan dia mulai membalas pelukanku.

"LO! SEKALI LAGI LO GUNAIN MULUT LO BAHKAN SEMUA ORGAN LO BUAT GANGGU LIAN, LO BAKALAN ABIS DITANGAN GUE! BANGS"T!", ucap Farel.

"Bawa dia", katanya lagi.

Jadi, dia kayak gini karna.. ah, aku menangis semakin kencang. Aku semakin mendekap erat Farel sambil menenggelamkan mukaku di dadanya. Kurasakan sentuhan tangannya pada rambutku, kemudian dia mengecup ujung kepalaku. Tak kusangka dia seperti ini karna aku, bahkan disaat dia terluka parah seperti ini. Tangisku pecah, luapan emosi, kerinduan, dan ketakutan tercampur menjadi satu saat itu. Berkali kurasakan Farel mengecup ujung kepalaku, terkadang diusapnya kepalaku dengan pipinya. Cukup lama aku menangis diperlukannya sambil melepaskan kerinduanku. Knox? Entahlah, mungkin dia sudah dibawa teman-temannya untuk diobati. Aku tak tau, terakhir aku hanya mendengar Farel meminta mereka membawa Knox. Aku tak tau setelahnya karena aku terlalu tenggelam dalam pelampiasanku.

"Sssssssttt..sudah jangan menangis, aku disini..aku baik-baik saja", kata Farel yang kudengar.

Tubuhku menegang, diikuti kepalaku yang tiba-tiba nyeri seperti ada yang menekannya. Detak jantungku semakin berdebar, keringat dingin kurasakan membasahi dahiku. Gerah..hawa panas mengitari tubuhku seakan aku sedang berdekatan dengan api. Sesaat tubuhku mulai lemas, kurasakan kakiku tak mampu menopang tubuhku hingga luruh ke lantai. Kesadaranku mulai menghilang setelah kurasakan dinginnya lantai yang kududuki terasa menjalar dari ujung kakiku. Aku pingsan tak sadarkan diri. Semua tampak gelap dan sunyi. Sangat sunyi untuk seseorang yang sedang menekankan mata atau terlelap kedalam alam mimpinya.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang