4. Surprisingly

1 1 0
                                    

.

.

.

Farel mengirimkan informasi ketiga calon sahabatku dan keempat teman priaku di kelas yang mungkin akan menjadi sahabatku dan geng Farel juga. Tak lupa, Farel mengirimkan biodata keempat teman barunya.

Saat aku melihat-lihat judul semua biodata, aku langsung tertarik ke biodata Nizar yang berbeda dari yang lain.

Aku yang saat itu sedang minum setelah selesai makan, membaca deskripsi singkat teratas pesan dari Farel yang tertulis "PENTING!" di file bertuliskan nama Nizar.

Aku pun langsung membuka file itu dan membacanya terlebih dahulu, tapi deskripsi singkat itu membuat aku kaget sampai-sampai aku melotot lalu tersedak dan Farel pun buru-buru beranjak mengambil hpku mematikan layarnya lalu mengusap-usap punggungku.

Lashon pun tak kalah paniknya seperti Farel, hanya saja dia kalah cepat dengan Farel. Sehingga dia hanya berdiri dari duduknya lalu mendekati aku dan Farel.

Saat batukku mereda Farel menyodorkan air mineralnya padaku, lalu kuminum mengurangi perih leherku.

Acara tersedakku membuat teman-temanku dan Lashon menatapku heran, untung siomayku sudah habis dan aku hanya tersedak jus jeruk yang notaben air. Coba saja jika jus alpokat atau jus melon, pasti mulut dan meja di depanku akan sangat berantakan menjijikkan.

Setelah sakit leherku mereda aku lalu menatap Farel, Farel yang tau maksud dari tatapanku lalu menggenggam tanganku untuk pergi. Akupun mengerti dan merapikan bajuku lalu berdiri.

"Gue sama Metis pergi dulu Shon. Lo langsung ke kelas aja sama yang lain, jangan buntutin kita", ucap Farel tegas ke Lashon dan dijawab anggukan.

"Gue pergi!" ucapnya lagi menarikku lalu mulai berjalan.

"Eh gaes gue pergi dulu ya, kalian langsung ke kelas aja. Ntar gue sama Farel kok, bye daaa!" ucapku pada calon sahabatku sambil menengok kebelakang lalu melambai tanganku karena Farel sudah menarikku.

Geng Lashon (kecuali Farel) dan geng Dennis hanya melihat kepergianku dan Farel, sementara Rosa cs (kecuali aku) hanya mengangguk-angguk sambil melanjutkan makan dan minum mereka.

Tanpa disadari oleh kita semua, ada 3 orang yang memperhatikan keakrabanku dengan teman-temanku dari kejauhan.

.

.

.

Sementara itu di tempat lain..

Ditengah lapangan bola outdoor yang tidak sedang dipergunakan inilah aku dan Farel saat ini berada. Kalau kalian bertanya kenapa aku dan Farel memilih berbicara berdiri ditengah lapangan bola, itu karena ditengah lapangan bola lebih aman.

Farel bisa lebih jeli ketika ada yang mengawasi dan mendengar pembicaraan kita. Dan jika ditengah lapangan bola tentunya, akan meminimalisir orang mendengar percakapan kita. CCTV bahkan penyadap tidak akan sampai ke tempat itu.

Untungnya ini awal mulainya semester, ditambah waktu istirahat.. jadi lapangan kosong tak terpakai untuk kegiatan.

"Lo udah gapapa kan?", tanya Farel yang kujawab dengan anggukan.

"Seperti yang lo baca dari apa yang gue kirim", ucap Farel mengawali pembicaraan.

"Ini serius? Mafia mana?", tanyaku pada Farel.

"Mafia kecil setara geng besar di Indonesia, masih belum bisa terdaftar sebagai mafia juga, karna regulasi sekarang untuk terdaftar jadi mafia minimal harus punya sekutu yang terdaftar di daftar mafia. Dan lo udah tau kan mafia gue gimana? Kalau dia bisa gue percaya, trus jadi sahabat gue otomatis setelah itu gengnya bisa terdaftar di daftar mafia. Nggak mungkin juga gue nolak kerjasama sama sahabat gue sendiri buat jadi sekutu kan? Trus dia memang anaknya, beda sama gue yang cucu pendiri dan masih punya banyak saudara yang bisa jadi Leader penerus. Cuman ya kemungkinan besar Nizar bakalan jadi penerus bapaknya menurutku." Ucap Lofa sambil memberikan hpku dan mengamati sekitar.

"Lo tenang aja, dari yang dia bilang tadi mungkin dia juga udah tau sama tattoo gue yang ada dileher. Ya emang bukan simbol mafia gue, cuman ini simbol keturunan mafia gue. Tiap keturunan kakek gue mau cowok atau cewek punya simbol ini, cuman terserah mau dibuat dimana. Nah, karena dia tau tentang hal-hal berbau mafia mungkin setelah dia liat tattoo gue dileher dia berasumsi lo saudara gue. Apalagi dengan lo yang ngga nyebutin marga lo. Oiya, asal lo tau.. biodata keluarga lo terutama lo udah gue rahasiain, jadi mungkin cuman hacker yang bener-bener hebat yang bisa bobol." tambahnya.

"Gilak-gilak... gue masih ngga nyangka disekitar gue ada orang yang masuk mafia", ucapku merinding lalu mengusap lenganku yang tertutup jas almamater.

"Aku bahkan aja masih nggak percaya kalok kamu ikut mafia. Trus yang masih buat aku ngga percaya adalah kenyataan kalo mafia itu ada. Jangan bilang di sekolah ini selain kalian berdua ada juga?" tanyaku pada Farel agak panik.

Farel lalu mengangguk..
"Ada, tapi mafia kecil yang punya markas di Indonesia dan beberapa geng. Lo tenang aja. Apapun yang terjadi kedepannya, gue pasti selalu jaga lo kok. Asal lo selalu bawa terus hp dan pake anting, kalung, atau cincin pemberian gue..lo pasti bisa kelacak sekalipun itu patah. Yang jelas salah satunya harus lo pakek, dan kalo memang keadaanya darurat lo teken benjolan bagian dalem yang ada sampek benjolan itu keliatan datar..inget kan? Pasti sinyal lo bakalan nyampe ke gue, dan gue bisa lacak lo. Bahkan kalok bisa lo patahin atau lo rusak aja, itu malah lebih mempercepat sinyalnya dan ngasih kode Emergency karna gps rusak yang padahal nggak semudah itu buat dirusak", jelas Farel padaku.

"Kenapa sih lo baik banget ke gue? Gue sayang banget sama lo sama Cair, makasih banyak Lof!", saking terharunya aku lalu tak sadar memeluknya.

"Gue cuman berasa lo tu adek gue sendiri, gue kayak jadi Bang Zain kalo sama lo. Lo tau sendiri gue anak tunggal, pun disini gue cuman sama Kakek-Nenek. Mama juga jarang kesini karna ngurusin Daddy. Apalagi gue suka banget liat lo ceria kayak sekarang, tapi kadang itu malah buat gue sakit. Nggak tau kenapa, kalok liat lo sok ceria gue ngrasa lo nyimpen rahasia besar yang ngga bisa gue cari tau sendiri. Tapi gue bisa liat itu dari mata lo, muka yang ceria dengan mata lo yang tampak sayu di dalam", katanya lagi sambil membalas pelukanku.

"Makasih Lof, makasih banyak", tanpa sadar aku menangis di pelukan Farel.

.

AUTHOR POV

Setelah pembicaraan Farel dan Lian selesai.. juga Lian berhenti menangis, Farel pun mengantar Lian kembali ke kelasnya.

Sesampainya di depan kelas Lian, Farel sedikit membenahi rambut Lian dan mendorongnya masuk barulah dia kembali ke kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Lian.

Lian dan Farel mengacuhkan tatapan orang-orang disekitarnya, memang dasarnya pembawaan Farel tegas dan acuh, juga Lian yang bodoamat jika itu tak penting untuknya.

Kelas Farel berada setelah kelas Lian yaitu ruang paling ujung sebelah WC (WC berada dipaling pojok setelah kelas Farel).

Suasana kelas masih ramai, karena memang jam istirahat di SMA ini 1 jam bahkan jam 12 istirahat kembali dan jam 4 pulang di hari Senin.

Hari ini istirahat memang dimundurkan ke jam 10 karena jam upacara digunakan guru untuk rapat kelas perdana lalu selanjutnya perkenalan kelas.

Jelasnya di hari Senin masuk pukul 7, upacara diestimasikan 1 jam sampai jam 8 dilanjutkan istirahat sampai jam 9, setelahnya pelajaran sampai jam 12, istirahat ke 2 sampai jam 1, dan pulang jam 4 sore.

Sedangkan hari Selasa sampai Kamis dan Sabtu kelas dimulai jam set 8 beristirahat jam 9 dan jam 1, lalu pulang pukul 5 sore.

Dihari Jumat masuk sekolah set 8, istirahat hanya ada dijam setengah 11 sampai jam 1, lalu pulang pukul 4.

Oiya, SMA ini selalu ramai sampai jam 9 malam dan akan ditutup jam 10 malam. Hal ini dikarenakan ekstrakulikuler yang ada setelah sepulang sekolah, bahkan loker tiap siswa pun biasanya diisi dengan peralatan mandi dan baju-baju ganti.

Semua siswa di SMA ini memang diwajibkan mengikuti minimal 1 ekstrakulikuler atau kelas tambahan dan akan selesai sampai mereka naik ke kelas XII. Banyak sekali ekstrakulikuler yang ada baik dari segi seni, olahraga, keterampilan, dan aksi sosial.

Tak jarang siswa/i yang mengikuti lebih dari 1 kegiatan, untuk mendapatkan sertifikat bertaraf internasional mendukung portofolio yang sangat berguna di masa depan. Apalagi waktu yang habis di sekolah selama 6 hari membuat tiap siswa lebih memilih memaksimalkan waktu mereka di kegiatan ekstrakulikuler di sekolah daripada mengikuti privat les di luar.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang