21. Tanpa Farel 2

3 1 0
                                    

.

.

.

.

.

Rosa hanya berdiri menganga melihat tingkah sahabat-sahabatnya. Sedangkan aku, Naya, Nizar, dan Dane hanya terkekeh sambil berjalan ke arah parkiran meninggalkan Rosa yang terpaku.

"Kurang ajar ya lo pada! Bisa-bisanya pacaran di belakang gue!", teriak Rosa berlari ke arahku berjalan setelah sadar.

Kita semua hanya bisa tertawa menertawakan Rosa yang bisa dikibuli. Yah... Setidaknya candaan mereka bisa membuatku sedikit lupa dengan Farel. Aku dan Nizar langsung pulang ke rumah setelah berpisah dengan geng kita.

Sesampainya di rumah, aku mengajak Nizar masuk lalu menyuruhnya menunggu di ruang tamu sedangkan aku naik ke kamarku untuk ganti baju.

.

.

.

"Eh Nizar, Quena mana?", tanya Aile lalu duduk di sofa yang menghadap Nizar.

"Ke atas kak, ganti baju.. kita baru aja sampek rumah", jawab Nizar.

"Nggak usah kikuk gitu dong, mulai dibiasain coba. Santai aja, kayak saudara sendiri", kata Aile.

"Iya kak, mamah kemana?", tanya Nizar.

"Mamah mah masih kerja, muterin butik sama restonya biasanya", jawab Aile lalu di angguki Nizar.

"Eh nama panjang kamu siapa? Punya saudara berapa?", tanya Aile lagi.

" Luzman Qadr Nizarhyatt anak tunggal, kenapa emang kak?

"Emmmm", kak Aile mulai berfikir.
"Man atau Hyatt yaa", kata Aile sambil menepuk dagunya menggunakan telunjuk. (Man dibaca Men kayak bahasa Inggris ya)

"Kenapa kak?", tanyaku dari tangga melihat kak Aile.

"Mending Man atau Hyatt?"

"Hahaha, Hyatt aja kak! Aku lebih suka, kalok lagi manggil sambil teriak kan lucu tuh", kataku lalu terkekeh.

"Yaudah Hyatt aja ya", kata Aile menatap Nizar.

"Maksudnya kak? Nizar nggak paham", kata Nizar dengan wajah polos membuat Aile beranjak duduk didekat Nizar lalu mencubit kedua pipi Nizar gemas.

"Ihhh gemesh! Kamu kita panggil Hyatt aja ya, hitung-hitung panggilan sayang dari kita kayak Lofa sama Cair. Ya mau yaa"

Kulihat Nizar hanya mengerjap-ngerjapkan matanya membuatku tertawa.

"Hyatt, aku panggil Hyatt ya. Keluargaku panggil Nizar Hyatt, Lofa sama Cair juga. Boleh?", tanyaku.

Nizar hanya mengangguk-anggukkan kepala kaku.

"Udah yuk ke atas, kita lihat kamar Cair habis itu kamu pilih kamar", kataku menarik tangan Nizar lalu berjalan ke atas.

.

.

Di depan kamar Lashon

"Nah, ini kamar Cair. Yuk masuk", kataku sambil membuka pintu.
"Tema kamar Cair itu sport, makannya ornamennya kebanyakan sepak bola, basket, rugby, sama baseball. Jadi, ini yang kita maksud kamu mau nentuin tema kamar apa", jelasku.

"Oh, gitu. Yaudah, serah lo aja. Yang jelas temanya dark dan klasik gitu", jawab Nizar.

"Ih, ya mana aku tau. Yang jelas dong Hyatt", kataku.

"Hmm, mending lo jelasin keluarga lo deh. Dan maksud semua ini. Gue g tertarik juga sama tema interior kamar gue", katanya.

"Huh, lo mirip kayak Lofa dulu.. aku bakalan tunggu lo nyaman sama keluarga gue. Dan aku pastiin, lo suatu saat bakalan beneran sayang sama keluargaku", kataku.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang