LIAN POV
"Hah?! Apa-apaan banget sih tu cowok, baru juga aku jawab udah main pergi aja. Bodo amat ah, eh tapi aku juga salah sih. Ini kan di Jerman yak bukan di Indonesia. Ngapa aku jalan disebalah kiri ya, pantesan aja aku ketabrak sama cowok tadi.", batinku masih berdiri ditempat yang sama sambil melihat laki-laki itu menuruni tangga.
"Ih anjir ngapain gue malah diem disini sih, anjirrr telat telattt moga ngga dimarahin deh!", sadarku kemudian melangkah cepat menaiki tangga di sebalah kanan menuju kelasku yang berada di lantai 3.
Sesampainya di depan kelas, aku ngga langsung masuk ke dalem kelas. Aku celingukkan dulu di depan pintu dan liat ke dalem lewat bagian tengah pintu yang terbuat dari kaca.
"Alhamdulillah, belum ada dosen di depan. Wuih rame juga ya mahasiswa s2 yang sejurusan sama aku, moga dapet temen deh", batinku sambil membenahi rambutku lalu mendorong pintu setengah kaca itu ke dalam.
Saat aku mendorong ke dalam pintu kelasku, semua orang menengok ke belakang menatap ke arahku. Benar saja, memang pintu yang kugunakan adalah pintu akses bagian belakang kelas jadi siapapun harus menengok kebelakang jika mau melihat siapa yang datang. Dan karna memang aku orangnya cuek, aku hanya sedikit tersenyum lalu berjalan masuk ke dalam kelas.
Akupun bergegas mencari tempat duduk kosong dan pilihanku jatuh ke kursi bermeja didekat jendela yang mengarah ke parkiran dan jalan gedung fakultas kedokteran. Bisa aku lihat rata-rata orang di kelasku adalah orang Jerman, mungkin hanya seperempatnya saja orang luar negeri..ya termasuk aku. Oiya, bentuk tempat duduk kelasnya semacam bioskop jadi bayangin aja bioskop yang tempat duduknya semakin jauh dari layar semakin tinggi (naik). Untuk meja-kursinya, tiap baris ada 15 kursi dibagi 3 dan 2 jalur untuk berjalan dan sekelas sih muat sekitar 120 orang.
Saat aku datang pun mungkin jumlah mahasiswanya sudah mencapai 50 mahasiswa, padahal di kelas pertama kemarin mungkin hanya 30 orang termasuk aku. Memang kata teman asramaku biasanya di kelas pertama banyak orang yang malas untuk datang, bahkan dia juga tak datang ke kelas pertama..katanya karena kelas pertama hanya akan dimulai dengan perkenalan. Tapi nyatanya tidak, kemarin kelas pertamaku langsung diisi dengan materi dan mungkin itu yang membuat kelas hari ini cukup ramai. Ada penambahan poin juga di kelas kemarin..mungkin apresiasi dari dosennya aja sih, tapi untungnya aku berangkat jadikan nambahin poin. Hihi
Setelah aku duduk, ada beberapa kali pintu belakang terbuka lagi. Jadi kusimpulkan bahwa yahh teman-teman seangkatanku cukup banyak dan sepertinya banyak juga yang masih seumuranku. Karna memang dasarnya aku cuek, aku malas menengok ke belakang, aku hanya terus menerus melihat ke arah parkiran di bawah melihat orang-orang berlalu lalang.
Program pascasarjana sekelasku setengahnya diikuti oleh orang yang lebih tua dariku, mungkin 2-3 tahun di atasku dan yang setengahnya sebayaku. Selain itu kulihat ada 4-5 temanku yang berhijab, duduk di barisan agak depan dekat dengan layar. Kufikir selama aku kuliah di Jerman aku tidak akan menjumpai teman muslim, kecuali temanku sesama orang Indonesia yang mendapatkan beasiswa seprogram denganku. Lamunanku sesaat buyar karena aku mendengar tarikan kursi di sebelahku duduk, otomatis aku langsung menengok ke arah kananku.
"Guten Morgen, sorry may I sit here, next to you?", kata wanita berhijab itu kepadaku yang kulihat kita sebaya. ("Halo, bolehkah aku duduk disini, disebelahmu?")
"Morgen.. Yes, of course. My name Grizellian Quenauriste Athena Maheswari, you can call me Ell. I'm from Indonesia, nice to meet you!", kataku menatapnya sambil mengulurkan tanganku. Wanita itu lalu membalas uluran tanganku dan memperkenalkan dirinya. ("Ya, tentu. Namaku Grizellian Quenauriste Athena Maheswari, kamu bisa memanggilku Ell. Aku dari Indonesia, senang bertemu denganmu!")
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
RomanceCerita ini cerita regresi (alur mundur), menceritakan kisah percintaan remaja menuju dewasa. Konflik menegangkan yang tak tertebak di part akhir cerita Lian yang pertama dan didukung dengan cerita Lian kedua. Mengusung konflik sosial-keluarga diteng...