28. How It Happens

13 0 0
                                    

Aku tak memperdulikan sekitarku bahkan gengku yang baru sampai di belakangku. Aku berjalan mendekat ke arah Knox saat dia dan gengnya  berbalik melihatku. Kulihat dia masih sempat menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya "apa?". Emosiku memuncak, dalam waktu cepat kulayangkan kepalan tanganku ke pipi sudut bibirnya hingga menghantam hidungnya. Dia langsung jatuh terduduk dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Aku sedikit tersenyum puas.

Aku kembali melangkahkan kakiku hendak menginjaknya dengan kakiku lalu menyeretnya berdiri. Namun satu tanganku tertarik ke belakang. Kulihat Nizar mengunci pergerakanku membuat aku memberontak dan akhirnya Lashon maju untuk membantu. Geng Knox berjongkok membantu Knox. Tak rela dengan itu aku kembali memberontak hingga ada suatu harum yang menenangkanku. Harum yang kukenal memelukku erat, membuatku seperti seekor Sapi dicucuk hidungnya. Lian.

"LO! SEKALI LAGI LO GUNAIN MULUT LO BAHKAN SEMUA ORGAN LO BUAT GANGGU LIAN, LO BAKALAN ABIS DITANGAN GUE! BANGS*T!", ucapku lantang sebelum emosiku teredam oleh Lian.

Benar saja, ketika kesadaranku tertarik kembali oleh tubuh Lian yang bergetar didadaku. Dengan berat hati aku menyudahi ini semua.

"Bawa dia", kataku.

Kurasakan tangis Lian semakin menjadi, terisak pilu dalam dekapanku. Kuncian tanganku oleh Nizar dan Lashon telah mereka lepaskan membuat aku langsung membalas pelukan Lian menyalurkan kerinduanku.

"Sssssssttt..sudah jangan menangis, aku disini..aku baik-baik saja", kataku menenangkan Lian.

Kukecup berulang pucuk kepalanya menenangkan. Kurasakan dekapannya semakin erat, tak hentinya satu tanganku mengusap surai halusnya. Huh..aku sungguh menyesal membuatnya menangis seperti ini. Tak lama suara tangisnya yang pilu mulai berkurang tergantikan dengan tangannya yang tak lagi mendekap erat tubuhku. Badannya kurasakan semakin menjauhi tubuhku, dia menunduk dan kurasakan berat badannya bertambah menjadikan tanganku penyangga tubuhnya.

Ketika aku sedikit mengurai pelukan tanganku, kulihat badannya melorot jatuh terduduk seketika. Aku reflek langsung menarik kedua tangannya agar kepalanya tak terantuk lantai. Dia pingsan fikirku seketika. Aku langsung berjongkok di sebelahnya, mengangkat Lian ala bridal style.

"BODOH! MENJAGANYA SAJA KAU TAK BECUS!", umpatku kepada Lashon saat aku berbalik arah.

Lashon mematung ditempatnya mendengar kemarahanku.

"Siapkan mobil!", ucapku lalu berlari ke parkiran dengan Lian yang masih berada digendonganku.

Aku sedikit mendengar Gahar berkata,
"Pakai mobil gue aja, kalian semua nyusul kalok mau", dia pun berlari ke arahku. Mengikutiku menuju parkiran.

Dengan sigap Gahar membuka kursi penumpang, mempersilakan aku membawa masuk Lian. Kemudian dia berlari memutari mobil melajukan mobil ke rumah sakit Affandi tanpa harus kuminta. Kurasa dia cepat tanggap mengingat bagaimana kejadian dulu terhadap Sean membuatnya langsung dibawa ke RS Affandi. Sesampainya di rumah sakit tanpa menunggu Gahar memarkirkan mobilnya, gue langsung bawa Lian ke IGD.

"Perlakukan dia sebaik mungkin, pastikan kenyamanannya, dan tempatkan dia ke ruangan VVIP Utama. Sampai terjadi ketidaknyamanan sedikit saja padanya, aku pastikan kalian akan dipecat dari rumah sakit ini!", tegasku membuat mereka semua terkesiap mendengar aku menyebutkan ruang VVIP Utama.

Ya, ruang VVIP Utama memang dikhususkan untuk semua keluarga atau sahabat memiliki rumah sakit Affandi dimanapun cabangnya. Mendengar ruangan itu disebut membuat semua pegawai langsung mengerti, karna tidak semua orang mengetahui ada nama ruangan itu di rumah sakit ini. Kembali lagi, karna memang ruangan itu hanya diketahui oleh keluarga dan sahabat pemilik rumah sakit Affandi saja. Saat menunggu Lian, Gahar yang baru saja datang langsung duduk di samping gue. Tak lama seorang dokter muda yang lebih tua dari bang Zain keluar dari IGD menemuiku.

"Permisi, saya akan menjelaskan keadaan Nona muda. Beliau pingsan akibat kelelahan, banyak fikiran, kurang tidur dan juga kekurangan asupan. Tingkat HB (Hemoglobin) yang nona miliki juga cukup rendah disertai tekanan darah yang rendah juga. Bisa saya simpulkan nona muda mengalami anemia dan stres yang membuat dia akhirnya pingsan. Saya akan mengantarkan nona muda ke ruangannya terlebih dahulu untuk memastikan kenyamanannya. Anda bisa mengurus administrasi terkait data diri nona muda dan menuju ke lantai 15 menggunakan lift yang tersedia. Sebelumnya, ada pertanyaan?", jelas dokter itu yang membuatku menggelengkan kepala dan meninggalkannya dengan Gahar ke meja administrasi.

Setelah mengurus semua administrasi, gue dan Gahar langsung naik ke atas menuju ruangan Lian.

.

.

.

AUTHOR POV

Saat ini Farel dan Gahar sudah berada di dalam ruangan Lian. Farel duduk di samping Lian menggenggam tangannya sambil menatap kosong ke arah Lian. Gahar? Dia sedang memainkan handphonenya sambil terkadang melirik ke arah Farel dan Lian yang hanya diam. Ada sedikit rasa cemburu di hatinya saat melihat Farel yang berada di samping Lian, bukan dirinya. Tapi fikiran itu langsung dia buang mengingat Farel selayaknya saudara bagi Lian. Toh walaupun dia menyukai Lian, dia tak cukup berani untuk menyatakan perasaannya mengingat ada Lashon dan Farel di belakang Lian. Gahar fikir sudah cukup untuknya menyukai Lian dari kejauhan. Biar dia memendam rasa ini sendiri sampai pada akhirnya rasa itu tergantikan oleh orang lain. Menurut Gahar cinta tak harus selalu memiliki dan datang kepada orang yang tepat. Mungkin Lian bukan orang yang tepat untuk saling memberikan rasa cintanya satu sama lain.

Pintu terbuka menampakkan Lashon, Nizar, Ben, dan Rose. Lashon dan Nizar membolos jam pelajaran karena tak diizinkan pulang, itu membuat mereka semakin nekat untuk bolos sekolah. Sedangkan Rose dan Ben bisa lolos untuk izin pulang karena beralasan untuk menemani Lian dan membawa tasnya ke rumah sakit. Anggota geng lainnya tak diizinkan membolos memutuskan menjenguk Lian sepulang sekolah. Mereka pasrah walau sebenarnya mereka juga ikut panik dengan keadaan Lian yang tiba-tiba saja pingsan.

Ada yang teringat oleh Knox? Karna mimisan dibidangnya tak kunjung berhenti membuatnya di bawa ke rumah sakit yang berbeda dari Lian. Letaknya lebih dekat dari sekolah dibanding Rumah Sakit Affandi yang letaknya di tengah kota. Hidung Knox mengalami keretakan, hal itu yang membuat darahnya tak berhenti mengalir dari hidung.

"Gimana keadaan Lian?", tanya Lashon ke Farel sambil mendekat ke arah ranjang Lian.

Tak ada jawaban sedikitpun dari Farel. Dia tak membuka suara..masih marah terhadap Lashon yang mengesampingkan Lian. Lashon yang menyadari dirinya masih terkena imbas Knox menoleh ke arah Gahar. Sedangkan Nizar, Rose, dan Ben sudah duduk tenang di samping Gahar. Gahar yang merasa diperhatikan lalu mengangkat kepalanya melihat ke arah Lashon. Hening..

"Huh.. Lian anemia, setres, kebanyakan fikiran, HB tensi rendah. Itu penyebab dia pingsan, ditambah dia kurang asupan", jelas Gahar kepada Lashon yang dapat didengar oleh lainnya.

"Pantas..", gumam Nizar yang didengar oleh Gahar disampingnya.

"Maksud lo? Pantes kenapa?", tanya Gahar.

"Heh..sebenernya waktu Farel pergi ngga ada kabar, gue kadang nginep di rumah Lian. Dia selalu ikut makan bersama di rumahnya, selalu sarapan, tapi memang sedikit. Pagi pun hanya makan sandwich dan susu, siang makan sama kita, dan malem dia makan cuman dikit, terkadang hanya mengaduk makanannya walau pun akhirnya tetap dia makan. Gue ngga tau sih gimana pas gue ngga nginep, yang jelas gue sering ngliat dia kayak orang habis nangis. Dan itu karna lo Rel", jelas Nizar.

Sedikit ada rasa keterkejutan dari mereka karena Nizar yang jarang bicara akan menjelaskan sepanjang ini. Ditambah mereka baru tau Nizar ternyata sudah sedekat itu dengan Lian hingga sering menginap di rumahnya.Keterkejutan lebih menimpa Farel karena alasan Lian yang paling utama adalah karena dirinya. Rasa bersalah mulai menyeruak di hatinya. Sedangkan Lashon, ada rasa sakit dan mengganjal di dirinya mendengar penjelasan Nizar. Cemburu karena Nizar lebih dekat dengan Lian, juga merasa dia sekarang terkalahkan dengan Nizar yang notabene orang baru di hidup Lian. Hati Lashon merasa tersentil mendengar penuturan Nizar seolah berkata tak ada Lashon disamping Lian saat dia membutuhkannya.

.

.

.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang