13. Berkah atau Musibah

4 1 0
                                    

" Biar aku aja", kata Sean berjongkok dihadapanku yang tadi duduk dikursi sampingnya, lalu Sean menunduk mengikat tali sepatuku.

Deg

Deg

Deg

"Se-Sean, ja-jangan.. ngga usah, aku bisa sendiri kok", ucapku merunduk mengalihkan tangannya dari tali sepatuku.

"Udah biar gue aja, biar kamu nggak perlu nunduk-nunduk", ucapnya sambil mengikat tali sepatuku yang sebelah (sebelahnya udah aku ikat sendiri sebelumnya).

"Ha-hah S-Se-", ucapku terpotong lagi.

"Selesai", ucapnya lalu mendongak ke arahku. Aku yang masih merunduk saling bertatapan dengannya, bahkan ujung hidung kita berdua saling bersentuhan.

Aku mencium bau mint dari mulutnya dan bau woody-citrus dari parfumnya membuat aku makin terpaku menatap matanya. Dia pun sama, pandangannya seperti masuk ke dalamku.

Deg


Deg


Deg



Degup jantungku kembali berdetak lebih cepat dibanding sebelumnya, aku seperti hilang kesadaran dibuatnya. Kurasa dia pun sama. Kulihat dia memiringkan kepalanya semakin mengikis jarak diantara kami berdua. Ntah apa yang sedang kufikirkan hanya secara alamiah aku menutup mataku, degup jantungku semakin menjadi dapat kurasakan tanganku dingin.

Saat aku merasa ada sedikit sentuhan dipermukaan bibirku, aku mendengar ada suara hp berbunyi. Aku pun tersadar lalu aku langsung menegakkan tubuhku mengambil kesadaranku.

"Shit! Maaf", ucap Sean. Aku masih belum sadar sepenuhnya lalu mengangkat telfon di hpku.

"Ya, de-dengan Lian", ucapku terbata karna detak jantungku tak bisa diajak bekerjasama.

"Lian, lo lama banget sih. Siomay lo dingin nih!"

.

.

.

" Lian? Lo denger ngga sih?!", kata Rosa lagi karena aku masih belum menjawab.

"Y-ya, aku ke-sana ssssekarang", jawabku.

Bahkan aku tak membaca siapa yang menelfonku saking gugupnya, aku hanya menebak itu Rosa setelah kudengar suaranya.

"Lo kok gu-"

Tut

Segera kumatikan telfon dari Rosa takut dia semakin curiga dengan kegugupanku.


SEAN POV

"Shit! Hampir saja. Tapi aku sudah merasakan sentuhan permukaan bibirnya. Wangi stroberi-vanila bercampur dengan aroma musk dan patchouli membuatmu terkesan misterius dan sexy secara bersamaan. Ah kenapa aku baru merasakannya. Seharusnya aku melakukannya mencoba menciumnya dari dulu", batinku saat masih terpaku mengagumi sedikit rasa sentuhan barusan.

"SHIT! A-APA! CIUM-AN! Apa itu sudah disebut ciuman? Njirrrrrrr aku kelepasan!", batinku setelah kesadaranku kembali.

Kudengar dia tergagap menjawab telfon dari seseorang, lucu fikirku. Dia pasti sama gugupnya sepertiku, mukanya merah menandakan dia sedang salah tingkah dan menahan malu.

Setelah dia menutup telfonnya, dia langsung terpaku lalu menunduk.

Menggemaskan.

"Kamu blushing ya?", tanyaku menggodanya.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang