..
.
NIZAR POV
Semalam Farel memang menghubungiku, dia meminta tolong untuk aku selalu memantau Lian selama di sekolah. Farel memang harus kembali ke Rusia karena ada misi tingkat A, dimana tingkat A hanya boleh dipimpin oleh keturunan mafia yang telah terpilih sesuai dengan misi yang ada.
Misi tingkat A adalah misi yang tertinggi dengan level 4 sampai 0, level paling tinggi adalah misi A-Zero (A-0). Dalam misi tingkat B level 1 (B-1) bahkan A level 4 (A-4) sudah merupakan A-0 untuk mafia menengah ke bawah seperti mafiaku atau bahkan misi besar yang belum pernah kualami. Aku mengetahui hal semacam ini dari buku aturan permafiaan.
Farel tak memberi tau aku misi level berapa yang dia hadapi saat ini, hanya dia memberi estimasi waktu akan pulang 1-2 minggu. Lalu bagaimana aku harus menjaga Lian yang bahkan di hari pertama Farel pergi saja dia sudah menangis.
"Huh, sepertinya ini tak semudah yang kufikirkan", gumamku yang di dengar Raid.
"Kenapa Zar?", tanya Raid yang kujawab gelengan kepala.
Saat jam istirahat di hari pertama aku menjaga Lian, gengku mengajak untuk makan di warung depan. Sedangkan aku kebingungan karena harus mengawasi Lian, dengan malas aku membuat Lashon agar berpihak padaku untuk mau makan di kantin sekolah.
Aku mengingatkan Lashon bahwa tak ada Farel saat ini, yang membuat dia ingat bahwa satu-satunya orang yang harus menjaga Lian yaitu Lashon. Ditambah aku mengingatkan kondisi Lian yang tadi pagi menangis membuat Gab juga setuju untuk makan di kantin.
Saat pulang sekolah aku melihat muka kebingungan Lashon saat menjemput Lian di depan kelasnya untuk pulang bersama. Akhirnya Lashon mengatakan bingung harus pulang dengan siapa, sedangkan dia baru ingat akan mengantar Chala ke rumah sakit sekaligus menjenguk ayahnya yang sedang sakit.
Aku pun menghela nafas lalu menawarkan diri mengantar Lian pulang, sebenarnya ada Gab yang pasti mau mengantarkan Lian pulang atau Sean. Tapi setelah kufikir-fikir daripada aku bekerja dua kali untuk memastikan keadaan Lian, lebih baik aku yang mengantarkan Lian sekaligus berbicara berdua dengan Lian.
"Gue aja yang nganter Lian", ucapku.
"Eh mending gue aja, toh gue searah", ucap Gab.
"Iya, lo searah. Tapi rumah lo sebelum rumah Lian ogeb!", ucap Dane.
"Ya kenapa emang? Ngga masalah dong, ngga jauh ini", jawab Gab.
"Mending sama Nizarlah, dia juga searah walaupun ke rumah Lian itu ke kiri dia ke kanan. Cuman kan nggak jauh banget", kata Raid ikut berpendapat.
"Kenapa jadi ribut sih kali-", ucapan Lashon terpotong.
"Aku pulang sama Nizar aja", kata Lian yang tergesa-gesa keluar kelas karena mendengar keributan geng Lashon.
"Nah, ini bocahnya. Tuh Lian milih Nizar, kuy balik", ucap Raid diangguki yang lainnya.
"Yok keparkiran", ajak Lian ke geng ceweknya.
"Yok gaes!", jawab Rosa semangat sambil merangkul Naya dan Anya.
"Tadi nangis sama cowok pertama, eh sekarang pulang sama cowok ke lima dih", kata Ara agak keras ntah untuk siapa, tapi kuyakin menyindir Lian.
Kita semua tak meladeni perkataan Ara. Aku mengikuti geng Lian berjalan ke arah tangga untuk pulang. Sedangkan Ara hanya diam pura-pura tak terjadi apa-apa.
Kemudian Lian dan gengnya berjalan lebih dulu ke arah parkiran, diikuti gengku dan geng Dennis di belakang mereka. Kita di belakang sambil berbincang-bincang dan bercanda, tak peduli langkah kita memenuhi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Lãng mạnCerita ini cerita regresi (alur mundur), menceritakan kisah percintaan remaja menuju dewasa. Konflik menegangkan yang tak tertebak di part akhir cerita Lian yang pertama dan didukung dengan cerita Lian kedua. Mengusung konflik sosial-keluarga diteng...