Warning: some trigger content!
- forcing consent, heavy tension -🔅
Terpantulnya cahaya dari belati memang menyorot getaran pada iris biru, namun tidak cukup menggetarkan benak untuk jatuh dalam ketakutan sepenuhnya. Ujung mata tajam mulai mengikis jarak untuk membelah lapisan kulit. Hendak menorehkan robekan pada bibir merah yang ranum.
Akan tetapi, kelengahan tidak diperhitungkan secara matang, menciptakan celah bagi korban untuk memutar balikkan keadaan.
Duagh!
Lutut Jimin terangkat cepat, memberikan tendangan pada benda tak bertulang di antara selangkangan paha. Tangan kanannya bergerak menepis lengan yang menodong belati. Sementara tangan kiri mendorong pundak lawan sekuat tenaga.
Hasilnya?
Teriakkan menggelegar dari pria dewasa yang terguling sambil memegangi kemaluan berdenyutnya. Kedua matanya memerah basah merasakan sakit teramat sangat. Belati terlepas dari tangan, terpelanting sejauh dua meter. Ia terguling-guling menahan perih, membuat kawanan perompak yang lain terkejut dengan kejadian tanpa praduga.
"Aarrrghhhh!! Bocah tengik!!" Teriaknya, terus menangkup pertengahan paha.
Teralihkannya perhatian para perompak menciptakan kesempatan besar bagi Jimin. Ia mengamati sekelilingnya untuk menemukan jalan keluar. Ketika kepungan melonggar, Jimin merundukkan setengah tubuhnya, berlari menelusup di antara pria-pria berwajah gahar. Melewati setiap celah, serta memberikan dorongan keras dari sekumpulan perompak yang berdiri membentuk setengah lingkaran.
Dan saat merasa tidak ada tubuh besar yang menghalangi lagi, Jimin menegapkan tubuhnya, kemudian berlari menuju kerumunan pasar.
"Jangan biarkan dia lolos!!"
Seruan itu membuat Jimin menolehkan kepalanya ke belakang. Matanya melebar mengetahui kawanan perompak bergerak mengikuti jejaknya. Puluhan umpatan meluncur dari bibir Jimin, seraya memerintahkan otot-otot kaki untuk terus bergerak.
Jimin mungkin bisa melakukan perlawanan karena ia pernah mengikuti kelas bela diri, namun jika harus melawan untuk kedua kalinya, Jimin tidak bisa memastikan ia akan berhasil sekali lagi.
Pasalnya kawanan perompak yang mengejarnya terlihat dua kali naik darah dan tidak bisa diredakan dengan kata-kata atau satu pukulan dari tangan terkilirnya. Mereka pasti sudah memasang kewaspadaan dan antisipasti tinggi. Terlihat dari bagaimana mereka berlari kalap tanpa menabrak sesuatu atau seseorang di tengah keramaian.
Sementara Jimin berlari dengan sesekali menubruk pejalan kaki. "Maaf ... permisi, aduh ... maaf, maaf ... maafkan, aku." Mulutnya berkali-kali mengucapkan kata maaf setelah mendapat cercaan dari orang-orang yang disenggolnya.
Perhatian Jimin terbagi menjadi beberapa bagian, satu untuk mengawasi jalan, satu untuk mencari tempat sedikit aman, dan satu lagi untuk mengawasi dekatnya laju para perompak di belakangnya. Ia berlari dan terus berlari, hingga rasanya kedua kakinya mengeras karena kebas. Dada Jimin terasa sesak, paru-parunya mulai menipiskan oksigen.
Akan tetapi, sepanjang jalan tidak ada tempat bagi Jimin untuk meringkuk bersembunyi. Pasangan-pasangan kaki yang mengekorinya seperti tidak mengenal lelah. Perompak-perompak terus mengejar sambil meneriaki Jimin.
"Son of a biscuit eater!! Berhenti, sekarang juga!!" Mereka terus meninggikan suara, menambah detak jantung Jimin menjadi berkali-kali lipat. Ia takut jika sampai tertangkap. Kelompok bajak laut milik Jungkook saja sudah cukup, jangan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔅 Stealth 🔅 》KookMin
Aventura. "Dengar, manis, apapun yang telah memasuki kapal ini, akan selalu menjadi milikku." Remedy.... Seingat Jimin, ia baru saja memejamkan mata setelah menjalani aktifitas yang berat, maklum dia...