"Kapten!!"
Hoseok berlari menuju poop deck usai meluncur dari atas crow's nest. Menjejak di atas geladak seraya kedua tangan yang mencengkeram neraca perhitungan cuaca. Baru saja netranya menangkap pergerakan tak wajar dari awan-awan biru. Pergerakan yang serentak mengubah biru menjadi kelabu disertai gemuruh di balik gumpalannya.
"Kapten, ini gawat! Angin berubah arah, mungkin badai akan terjadi sebentar lagi." Hoseok menyodorkan hasil perhitungannya kepada Jungkook. Perhitungan yang dibuat tergesa karena kepanikan menerjang bertubi.
Jungkook membaca neraca milik Hoseok sambil mendengarkan rentetan penjelasan yang menggebu-gebu, Hoseok benar-benar kalang kabut. Bahkan kepanikannya berhasil merebut semua atensi awak kapal. Tampaknya mereka juga mendengar jelas apa yang sudah Hoseok peroleh dari mengamati langit selama berjam-jam.
"Jika dugaanku benar, Capt, badai ini tidak akan mencapai posisi kita." Ujar Hoseok cepat-cepat, berusaha agar lidahnya tidak terselip akibat kecepatan bibirnya berucap. "Tetapi, ombak akan tetap mengguncang kapal, dan-"
Blaar!!
Petir menyambar keras, serta merta membuktikan kebenaran hasil perkiraan Hoseok. Kilat biru dengan sulur seperti aliran listrik bergemuruh dari kejauhan, merayap dengan awan-awan hitam di ujung sisi lautan. Angin mulai bergerak kencang, mengibarkan kain layar hingga sedikit menggeser posisi kapal.
Manik keemasan menatap tajam pada bentangan kilometer. Menimang-nimang potensi terjangan badai yang akan dilaluinya bersama awak kapal. Ada dua pertimbangan di dalam kepalanya, menerobos amukan alam atau mengamankan seluruh isi kapalnya. Kendati tekadnya sungguh besar untuk mengalahkan badai seperti tempo hari, tetapi ada banyak hal yang harus menghentikannya.
"Kapten?" Satu awak kapal membuyarkan lamunan Jungkook, mewakili seluruh pasang mata yang menanti keputusan pemimpin kapal.
"Kita akan berdiam di sini sampai badai mereda." Final Jungkook pada akhirnya. Membuat semua awak kapalnya mengangguk setuju dan segera menyiapkan segala keperluan agar setidaknya kapal tidak terguling oleh ombak yang pasang.
Itu benar, satu dari kapal Jungkook sedang dalam kondisi tidak optimal, Rackham, jika Jungkook memaksa ia bisa-bisa kehilangan kapal kesayangannya dan sebagian awak kapalnya. Mungkin memilih mengalah dan meredam pacuan adrenalin harus Jungkook lakukan. Di dalam hati melontarkan sumpah bahwa lain kali ia akan menghadapi amukan laut di masa yang akan datang.
Jungkook dan jiwa pelautnya tidak bisa di pungkiri.
"Oy, Capt! Jangan memelototi badai itu terus, lain kali kau bisa menaklukan badai yang lainnya." Namjoon terkekeh, mengikuti arah pandang Jungkook yang seolah-olah mengadu tatapan tajam dengan awan-awan kehitaman di ujung lautan. Sangat heran menyaksikan sifat kaptennya yang paling anti menerima kekalahan, meskipun pada kekuatan alam sekali pun.
Jungkook memutus pandangannya dari gumpalan badai, beralih memperhatikan awak kapal yang berbondong-bondong membuat benteng bagi kapal. Entah itu memegangi kain layar, ataupun mempertahankan benda-benda bermassa berat di atas geladak, agar nantinya tidak terombang-ambing oleh ombak.
Blar!!
Kilat melecut dari atas langit menuju permukaan air. Melesat cepat dan mengejutkan semua orang di atas kapal. Walaupun kapal berada jauh dari daerah lautan yang tertimpa badai, tetapi gelegar petir menyengat seperti tengah berada di samping telinga.
Jungkook menunduk, melihat jarum kompas di pergelangan tangannya berputar tiga ratus enam puluh derajat berkali-kali. Mengelilingi huruf-huruf bujur dunia tanpa kendali. Awan-awan yang menghasilkan listrik telah mengganggu medan magnet dan mengacaukan ujung jarum kompas.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔅 Stealth 🔅 》KookMin
Aventura. "Dengar, manis, apapun yang telah memasuki kapal ini, akan selalu menjadi milikku." Remedy.... Seingat Jimin, ia baru saja memejamkan mata setelah menjalani aktifitas yang berat, maklum dia...