Pemilik sapphire biru terdiam memandangi pantulan wajahnya di depan cermin. Jemari sibuk mengikatkan tali blouse pout, membenahi hiasan renda di dada, dan meluruskan lengan balloon pakaiannya. Warna peach dari kain baju yang dikenakan sungguh serasi dengan kulit putih bersinarnya.
Ya, kulit putih yang sempat meredup akibat serangan panik, kini sudah menemukan warna hidupnya kembali. Tampak seperti sedia kala, begitu pula suasana hatinya. Ia jauh lebih baik, dan mungkin merasa ....
Aman.
Benar, Jimin merasa aman untuk pertama kalinya. Setelah terjebak beberapa minggu di atas kapal bajak laut, ini adalah sebuah perasaan ganjil yang berani menginvasi benaknya. Terlepas dari semua gambaran-gambaran mengerikan dari aksi kejahatan awak kapal Hawkins Jack, yang begitu kejamnya menenggelamkan pasukan Britania, Jimin tidak lagi dilingkupi was-was.
Usai kejadian tempo hari, dimana sang kapten perompak mengaku telah menyelamatkan dirinya dari serangan panik, Jimin merasakan ada titik terang untuk merubah haluan cara pandangnya terhadap pemuda bermanik keemasan.
Cara pandang yang mungkin saja akan membuatnya terjebak untuk menerima kehadiran sosok asing di hidupnya.
Cklek!
Pintu salah satu ruangan kabin terbuka, memunculkan pemilik sebenarnya dari seluruh sudut kapal. Rambut panjang yang cocok untuk seukuran pria dewasa, tampak mengkilap setelah dicuci bersih. Jemari terangkat menyugar surai hitam sepanjang tengkuk, mengacak hingga titik-titik air mencuat berterbangan. Meluncur turun pada kulit dada yang tidak terselubungi sehelai benang.
Lagi-lagi, Jungkook selalu saja tidak memanfaatkan fungsi pakaian sebagaimana mestinya. Bertelanjang dada setelah membersihkan diri, kemudian berjalan-jalan seenaknya mengelilingi kabin tanpa menghiraukan penghuni lainnya. Jimin agaknya sudah hapal benar tingkah laku pemuda kapten bajak laut itu.
"Tidak perlu menatap seperti itu, kau bisa menyentuhnya jika meminta dengan benar." Jungkook tiba-tiba mematut manik biru dari pantulan cermin. Membuat pemuda manis di seberang melompat kecil karena terkejut usai tertangkap basah menatap lekuk delapan kotak keras di perut kapten kapal.
Padahal sumpah demi apa pun, mata Jimin hanya reflek menoleh setelah mendengar pintu terbuka. Maniknya tidak sengaja bergerak dan langsung mendarat pada bidang otot milik Jungkook.
Ingat ya! Tidak sengaja!
Huft ....
"Sengaja atau tidak, aku tahu kau menikmatinya." Alis kanan terangkat dan ujung bibir tersungging tipis. Jungkook merasa terhibur dengan rona merah di kedua pipi Jimin. Menimbulkan keasyikan tersendiri untuk menggoda tawanan manisnya.
"Jangan suka berkhayal!" Jimin menyahut dengan bentakan. Pernyataan sepihak dari Jungkook membuatnya melongo, sangat terbungkam atas kesimpulan paling tidak benar. Memunculkan sepercik kekesalan karena sepertinya Jungkook mulai ingin mencari gara-gara dengannya.
Langkah kaki lainnya terdengar, sambil mengedikkan bahu seolah tidak merasa terganggu dengan kalimat pembelaan dari Jimin. Jungkook memang berniat mengusili pemuda bangsawan tahanannya. Karena wajah Jimin yang berubah masam sedikit membuatnya ketagihan melihat rona merah dan bibir yang mengerucut.
"Aku memang tidak keberatan jika kau ingin menyentuhku dimana pun." Jungkook berdiri tepat di sebelah Jimin, membuka lemari pakaian yang bersanding langsung dengan cermin. Ia menelusuri setiap tumpukan pakaian, berbicara tanpa menatap lawan wicaranya. "Dan yang kumaksud dengan dimana pun, itu artinya dimana pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
🔅 Stealth 🔅 》KookMin
Aventura. "Dengar, manis, apapun yang telah memasuki kapal ini, akan selalu menjadi milikku." Remedy.... Seingat Jimin, ia baru saja memejamkan mata setelah menjalani aktifitas yang berat, maklum dia...