Jimin sudah tidak tahu seberapa banyak ia menghitung detik, sambil terduduk di ruangan gelap, dingin dan sunyi ini. Selepas terbangun dari tidurnya, Jimin langsung menegapkan dirinya dan terdiam. Sungguh kehilangan jejak waktu. Selimut pemberian Ogra masih setia melingkari tubuh kecilnya dan mister pumpkin juga masih dalam dekapannya. Hanya suara debur ombak yang mengelilingi Jimin.
Pakaiannya sudah tidak terlalu basah, namun terasa lembab dan menyisahkan percikan menggigil. Rasanya sungguh tidak nyaman, dan lambat laun menaikkan respon imun Jimin untuk menurunkan dingin di sekujur tubuhnya melalui panas. Jimin menggigil kedinginan, tetapi ia juga merasakan panas dari dalam tubuhnya menyerang.
Cklak! Cklak!
Jimin mendongak, matanya tertuju pada pintu. Seseorang sepertinya sedang berdiri di baliknya dan mencoba masuk. Dalam benak Jimin ada dua kemungkinan, antara Jungkook ataupun Ogra. Jimin meringkuk was-was, besar harapannya pada orang yang muncul adalah Ogra. Ia tidak mau bersitatap dengan Jungkook, laki-laki itu membuat Jimin mengingat seluruh detail kejadian tempo hari.
Akan tetapi, harapan dan ketakutan Jimin tidak terjadi sama sekali. Seseorang yang memasuki hulldeck adalah orang yang pertama kali berkonfrontasi dengan Jimin di atas kapal. Wanita dengan surai panjang kemerahan.
Lora. Wajah angkuhnya langsung mengintimidasi. Tubuhnya menegap penuh wibawa dan alisnya terangkat remeh kepada Jimin.
Srak!
Tangannya melemparkan setumpuk pakaian baru di hadapan Jimin. "Bersihkan dirimu." Kemudian matanya menajam melihat perubahan warna wajah Jimin. Satu dugaan sedang melayang di kepalanya. Jimin sedang sakit. Tetapi, ia akan memilih acuh dan berniat menekan batas kemampuan Jimin. "Kau tidak bisa sakit, apalagi bersikap lemah. Tegapkan kepalamu." Ujarnya sinis.
Jimin mengerjap bingung. Tidak mengerti mengapa Lora mengatakan kalimat barusan. Mengapa Jimin tidak boleh sakit? Ia hanya manusia biasa, dan saat ini suhu tubuhnya memang meninggi disertai kepala berdenyut, tetapi Jimin tidak merasa sedang menunjukkan sikap lemah.
Terkecuali ketika ia sendirian beberapa saat yang lalu. Jimin akan menumpahkan seluruh tangisnya dan menjadi lemah hanya untuk dihadapannya sendiri.
"Tinggal di kapal ini tidaklah gratis. Kau harus memanfaatkan tubuh kecilmu untuk bertahan hidup." Lora melanjutkan kalimatnya. "Jadi berdiri sekarang, dan mulailah menjadi berguna seperti awak kapal lainnya." Ia membalik tubuhnya dan berjalan menuju pintu keluar, tetapi sebelum benar-benar pergi ia menoleh sedikit kepada Jimin.
"Ini perintah kapten. Aku harap tidak ada bantahan darimu." Ia menjeda kalimatnya. "Kau tidak ingin merasakan berjalan di papan eksekusi untuk kedua kalinya, bukan?" Tutupnya dan melenggang pergi.
Meninggalkan getaran senyar ketakutan di kulit Jimin. Kepalanya menggeleng kecil, bayang-bayang kegelapan dasar lautan menyerang ingatannya bertubi-tubi. Masih terasa bagaimana air laut mencekik Jimin untuk melepaskan kehidupan.
Tidak, Jimin tidak mau mengalaminya lagi.
🔅🔅🔅🔅🔅🔅🔅
Tangan Jimin merapikan beberapa lekuk kusut pakaian barunya. Sedikit merasa segar usai membersihkan diri dan menata hatinya kembali. Tak ayalnya setiap sudut kapal masih membuatnya merinding, seperti menggemakan sorakan para awak kapal untuk mendorongnya menjemput kematian.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔅 Stealth 🔅 》KookMin
Aventura. "Dengar, manis, apapun yang telah memasuki kapal ini, akan selalu menjadi milikku." Remedy.... Seingat Jimin, ia baru saja memejamkan mata setelah menjalani aktifitas yang berat, maklum dia...