🔅 Chapter 50 🔅

12.3K 927 2.1K
                                    

Let me tell you,
dari prolog sampai chapter ini, author selalu dengerin Runaway nya AURORA berulang kali sebelum ngetik.
Bagi author lagu ini, apalagi liriknya, menggambarkan emosi dari karakter stealth, kalau kalian lagu apa yang menggambarkan stealth?

song: AURORA - Runaway

🔅

        Pukul enam pagi. Kicauan burung terdengar riuh dari luar jendela. Silih berganti di atas ranting pepohonan untuk menyambut hari baru bersama khalayak manusia. Udara pagi terasa menusuk dan embun di atas rerumputan menguarkan bau yang khas. Ini adalah waktu yang cocok bagi pemulai aktivitas atau juga cocok bagi mereka yang ingin bergelung di bawah selimut.

        Tetapi, opsi pertama telah dipilih bagi penghuni kamar berpetak delapan kali tujuh meter. Mempersiapkan diri bagi sang Empu kamar yang bersikeras ingin melihat puluhan kapal-kapalnya yang sedang diperbaiki. Padahal ia sendiri masih dalam masa pemulihan, dalam artian perlu mengurangi aktivitas yang berlebih.

        "Sayang, dimana tricorneku?" Jungkook menengok ke balik punggung, memanggil sosok termanis yang sedang mematut diri di depan cermin. Ia sendiri tengah menggeledah isi lemarinya. Lantaran dari atas sampai bawah, benda yang dicari-carinya tak kelihatan batang hidungnya.

        "Aku menyembunyikannya." Jawab si Manis dengan nada acuhnya. Tidak habis pikir dengan pria bajak lautnya yang sangat keras kepala. Dirinya sangat cemas jika Jungkook akan melakukan kegiatan yang berpotensi menghambat kesembuhan lukanya. Seperti membantu perbaikan kapal secara langsung ataupun mencoba mengemudikan kapal.

        Karena Jimin yakin, Jungkook tidak akan tinggal diam saat mengetahui keadaan kapal-kapalnya yang rusak parah. Jimin hafal benar apabila Jungkook akan turun tangan, mengingat prianya memiliki kedekatan secara batin dengan deretan bahtera kayu raksasa. Jadi tidak mungkin suaminya akan berpangku tangan begitu saja usai melihat lubang-lubang menganga di badan kapal.

        "Jimin, kita sudah membahas ini. Aku hanya melihat dan tidak akan melakukan apapun." Helaan panjang terdengar bersamaan dengan tertutupnya pintu lemari. Jungkook memutar tubuhnya, memandangi pemuda manis dari pantulan cermin.

        Akan tetapi, yang diajak bicara menghiraukannya. Memilih sibuk membenahi lipatan lekuk pakaian, lebih tepatnya menyibukkan diri supaya tidak berhadapan langsung dengan pria beraura dominan di ujung ruangan. Karena ia takut suasana hatinya yang sebenarnya, yaitu terlingkupi kegelisahan lain, akan terbaca dengan mudah oleh dua manik mata keemasan.

        "Jimin." Suara Jungkook memberat, menegur Jimin yang enggan menatap dirinya. Ia paling sangsi pada sikap Jimin yang satu ini, mengabaikannya tanpa sebab dan terasa kekanak-kanakan.

        "Ck! ini, ambil topimu!" Jimin berdecak keras, lalu mengambil topi pelaut yang disimpannya secara diam-diam di bawah bantalan kursi. Ia berjalan mendekati Jungkook, lantas menyerahkannya dengan sedikit dorongan dan kemarahan.

        "Pedulikan saja kapal-kapalmu itu!" gerutunya kemudian. Masih dengan tidak menatap mata Jungkook, ia segera berbalik hendak meninggalkan ruangan.

        Nahas, tangan Jungkook bergerak mencekal, memutar Jimin untuk menghadapnya dengan benar. "Ada apa denganmu?" tanyanya tanpa berbelit.

        Jungkook merasa ada yang aneh dengan suami manisnya. Padahal semalam mereka baik-baik saja. Jungkook ingat benar, Jiminnya masih tersenyum lembut di bawah selimut saat bersama-sama membaca buku mengenai daratan Asia semalam suntuk. Semuanya terasa berbeda ketika pagi ini dirinya memutuskan ingin mengunjungi dermaga, raut wajah Jimin berubah seratus delapan puluh derajat.

🔅 Stealth 🔅 》KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang