🔅 Chapter 15 🔅

10K 973 503
                                    

Brak!

        Gulungan ombak menghantam dinding kapal, menghasilkan bunyi dentum yang cukup keras untuk mengusik bunga tidur.

        "Ayaah?!" Jimin sang pengarung mimpi, terlonjak dari baringannya. Bibirnya terbuka dengan napas tersengal. Titik-titik keringat bersarang di keningnya. Tampaknya ia baru saja mendapat mimpi buruk.

        "Haah ... Haaah ...." Deru napas lolos dari ranum Jimin. Terengah karena mimpinya terasa nyata seperti sebuah cubitan. Kepalanya menunduk pada selimut hitam di pangkuan. Masih mencoba mengumpulkan nyawa seutuhnya.

Brak!

        Sulur-sulur liuk air kembali menghantam kapal. Suaranya sangat nyaring dari balik pintu balkon. Seakan menarik Jimin untuk segera menyadari dimana gerangan dirinya terbaring.

        Dan itu berhasil ....

        Begitu menyadari juntaian selimut hitam yang dikenalnya, Jimin sontak mengangkat kepalanya. Menoleh gusar ke kanan dan kiri, menatap horror pada setiap sudut kabin. Sapphirenya membelalak sempurna pada ruangan yang tidak seharusnya ia singgahi malam lalu.

        "Ke-kenapa aku bisa a-ada di sini?!" Karena seingatnya, ia masih menggenggam jemari Taehyung sebelum jatuh terlelap.

        Ah, Ya! Taehyung!!

        Terhenyak oleh nama sahabat, Jimin bergerak menyibak selimut. Menurunkan kedua kakinya pada lantai kayu yang dingin. Ia menghiraukan kedua kaki telanjangnya diserbu tusukan suhu rendah di pagi hari. Menjejak mantap dan berlari menuju pintu kabin.

Cklak! Cklak!

        Tangan Jimin menekan kenop pintu berkali-kali. Mendorong, menarik dan memaksa agar pintu terbuka. "Ugh! Bajingan itu mengunci pintunya!" Dan Jimin berakhir dengan teriakkan frustasi.

Dugh!

        Kakinya menendang pintu yang tidak bersalah. Memelototi benda keras berwarna cokelat. Seakan-akan pintu kabin adalah musuh terbesarnya. Jimin marah, teramat marah. Ia khawatir dengan keadaan Taehyung, ingin rasanya segera melihat kondisi terkini sahabatnya. Tetapi nahas, ia justru terkurung di dalam kabin.

        "Apa yang diinginkan laki-laki brengsek itu?!" Jimin memaki keras. Membayangkan wajah Jungkook berada di hadapannya, lengkap dengan senyum arogan yang rasa-rasanya ingin Jimin pukul. "Lihat saja, aku akan meninju-"

        "Kau akan meninju pria brengsek ini?"

        "Aaaaaa?!" Jimin tersentak tiba-tiba. Sebuah suara baritone mengejutkannya dari balik punggungg. Jimin kontan membalik tubuhnya, dan sepertinya itu keputusan yang buruk, karena pemilik kabin ternyata sedang duduk santai di balik meja kerjanya.

        Pasti kepanikan membuat Jimin tidak menyadari ada kehadiran lainnya yang sudah bercokol sedari sebelum mata membuka.

        Napas Jimin tertahan. Jungkook menatap tajam pada dirinya. Mengunci mata birunya dan membakar melalui manik keemasan. Memicu tegangnya pundak dengan kepala yang terpecah akan dua bisikan. Satu bisikan penyesalan karena telah mencaci Jungkook dan satu bisikan lagi mendukung perbuatannya.

        Apakah Jungkook akan marah mendengar Jimin mengumpatinya dari belakang?

        Sedangkan yang sedang diperangi batin sibuk mengamati gerak-gerik Jimin. Buku setebal enam ratus lima puluh halaman sudah terabaikan di atas meja. Terbuka dengan deret huruf yang tidak lagi menarik bagi sang kapten kapal, karena sosok termanis bertingkah konyol di seberang.

🔅 Stealth 🔅 》KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang