Ayah In Ha menaiki tangga darurat, ia melihat pintu menuju roof top. Tanpa berpikir panjang, ia masuk melalui pintu dan melihat anaknya yang sudah bersama Dal Po. Mulutnya sempat mengumpat dan ingin mendatangi anaknya, tapi ia memutuskan untuk melihat In Ha dan Dal Po dari jauh.
Dal Po mengambil kembali buku-buku yang sudah dibuang In Ha ke dalam tong ke dalam koper. In Ha meminta Dal Po membiarkan saja karena ia akan membakas semua bukunya.
"Apa kau akan menyerah pada ibumu dan untuk menjadi reporter?"
In Ha menjawab Ya disertai dengan cekukan, Dal Po mengeluh In Ha yang masih saja berusaha berbohong kalau memang tak bisa berbohong. In Ha kesal sendiri karena ia selama ini sudah berjanji pada ayahnya, dia tidak ingin selama hidupnya itu menjadi gelandangan dan penganguran.
"Aku bahkan terlalu malu untuk bertemu kau lagi." ungkap In Ha jujur.
Ayah In Ha terus mendengar percakapan anaknya dan Dal Po dengan serius
Dal Po menanyakan kenapa dengan dirinya. In Ha pikir dirinya itu tak bodoh, ia tahu Dal Po tak masuk ke perguruan tinggi karena dirinya. Dia merasa tak enak hati dengan mengunakan uang yang dihasilkan Dal Po selama ini.
"Aku juga......punya hati nurani" teriak In Ha
Dia mengambil buku dari tangan Dal Po lalu membuangnya kembali ke tong, ia merasa lebih baik kalau semua impiannya itu berakhir. Cegukan In Ha terdengar lagi, Dal Po tahu In Ha berbohong. In Ha tahu tapi menurutnya semua ini tak ada gunanya.
Dal Po menarik tangan In Ha yang ingin memasukan kembali bukunya. Ayah In ha melihat tanganya anaknya di pegang Dal Po mengumpat dengan suara berbisik "dasar bajingan"
In Ha menyuruh Dal Po untuk melepaskannya karena menurutnya semua sudah tidak ada gunanya. Dal Po memegang dua tangan In Ha dan menatapnya.
Dal Po menatap In Ha penuh amarah, ia mengatakan dirinya itu butuh buku itu. In Ha binggung, suara letusan kembang api terlihat di belakang keduanya. Ayah In Ha mencoba menajamkan pendengarannya.
In Ha melihat letusan kembang api yang terus menyala di langit. Sambil memegang tangan In Ha, ia mengutarakan niatnya yang tiba-tiba ingin menjadi seorang reporter sama sepertinya. In Ha melonggo kaget. Ayah In Ha terlihat sedikit kecewa ucapan Dal Po.
Dal Po menatap In ha yang masih melonggo mendengarnya ingin menjadi reporter. Lalu ia tidak mendengar suara cegukan lagi.
"Cegukanmu berhenti." ucap Dal Po
In Ha memberikan sedikit senyumannya, Dal Po juga tersenyum dan masih memegang tangan In Ha. Letusan kembang api seperti menjadi saksi keduanya yang akan menjadi reporter bersama-sama. Hanya wajah Ayah In Ha yang tak bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya.
Episode 4: Romeo dan Juliet
Keduanya menuruni tangga dengan koper yang berisi penuh dengan buku-buku, Dal Po membantu dengan membawa koper dan menekan tombol lift turun.
In Ha memperbolehkan Dal Po meminjam bukunya, lalu ia menceritakan dirinya yang sudah menghabiskan waktu tiga tahun membaca dan membuat catatan dari buku yang ia baca.
"Kau beruntung. Ada banyak orang yang mengantri untuk membeli bukuku." ucap In Ha bangga
Dal Po dengan sikap rendah hati mengucapkan terimakasih. In Ha berpikir tentang kakek, ia rasa mereka bisa belajar dengan sembunyi-sembunyi tapi nanti kakeknya akan tahu kalau Dal Po itu pintar setelah menjadi seorang reporter.
"Bagaimana jika ia pingsan lagi setelah mengetahuinya?" tanya In Ha panik.
"Hanya karena aku ingin menjadi seorang reporter belum berarti aku benar-benar akan jadi reporter." jelas Dal po

KAMU SEDANG MEMBACA
Pinocchio
Ngẫu nhiênDrama Korea "Pinocchio" adalah drama Korea terbaru yang tayang perdana pada tanggal 12 November 2014. Drama komedi romantis ini lama ditunggu-tunggu para pecinta drama yang ingin menyaksikan kolaborasi dua aktor muda Korea yang memiliki popularitas...