Bebek Buruk Rupa ~ 2

2.7K 108 0
                                    


Dal Po yang sedang duduk di dekat pohon melihat Chan Soo yang melampiaskan rasa kesalnya dengan menendang sepeda In Ha. Tak sengaja karena terlalu kasar salah satu bautnya lepas. Dal Po melihat dari kejauhan baut di dekat stang lepas.

In Ha berjalan di depannya, Dal Po memanggilnya si penyihir blak-blakan.

"Jangan salah paham aku memihakmu karena aku menyukaimu, Aku tidak punya pilihan selain melakukannya, aku tidak tahan dengan cegukan ini." teriak In Ha

Dal Po ingin menyela tapi In Ha merasa tak perlu lagi berdebat karena menurutnya hanya itu saja alasan dirinya. Dal Po binggung sebenarnya apa yang dikatakan In Ha.

"Jangan salah paham" tegas In Ha

"Salah paham apa? Baik, aku juga tidak ingin mendengarnya. Pergilah." ucap Dal Po kesal.

Setelah itu ia duduk dan memejamkan matanya, ia berharap kalau mata In Ha itu baik maka bisa melihat remnya itu blong. Saat membuka mata ia mendengar suara In Ha pamit pergi dengan teman-temannya. Dia akhirnya ikut pergi.

In Ha melewati sawah dengan senyuman, tapi saat turunan ia tersadar remnya itu blong. Di sebrang jalan Dal Po sudah mengendarai sepedanya. Saat ada jembatan ia mencoba memberhentikan sepeda lalu mengejar In Ha yang berteriak karena remnya blong.

In Ha dan Dal Po terjatuh diatas ilalang. In Ha mengeluh terluka dibagian kakinya, ia mau marah karena Dal Po tak melihat dirinya terluka. Tapi waktu melihat Dal Po tak sadarkan diri ia panik.

Beberapa saat kemudian, In Ha dan Dal Po ada di dalam ambulance. In Ha sedih melihat Dal Po yang sudah di perban dibagian kepalanya.

"Ahjussi, bagaimana jika pamanku mati?" ucap In Ha sambil menangis

Si dokter yang ada di ambulance memberitahu pamannya itu tidak akan mati dan hanya terkena luka kecil saja. In Ha tak percaya dengan luka kecil karena Dal Po belum juga sadar, padahal Dal Po sudah sadar melihat In Ha yang menangis.

"Bagaimana jika otaknya mengalami pendarahan internal? Cedera kepala adalah hal yang buruk."

"Dia tidak boleh menjadi lebih bodoh. Dia sudah cukup di bully.Jika dia menjadi orang bodoh dan terus di bully,maka hidupnya akan sangat menyedihkan. Apa yang akan kita lakukan jika pamanku menjadi idiot?"

In Ha berbicara mengada-ngada, Dal Po seperti sudah muak dengan omongan In Ha jadi menyuruhnya untuk diam dan tak banyak bicara lagi. In Ha yang menangis, bahagia karena pamannya itu sudah sadar. In Ha mencoba untuk menguji ingatan Dal Po dengan menanyakan namanya.

Dal Po mengatakan ia tidak tahu, In Ha panik, lalu ia menunjukan tangannya ingin tahu Dal Po bisa menebak angka atau tidak. Dal Po seperti kesal, ia menutup mulut In Ha supaya tak banyak bicara lagi.

"Maafkan kami atas kejadian ini, kami akan pulang." keduanya turun dari ambulance dan pulang.

Dal Po berjalan lebih dulu di tengah matahari terbenam, di belakang In Ha berjalan dengan kaki terpincang-pincang. Setelah berjalan cukup jauh, Dal Po melihat kebelakang. In Ha berhenti berjalan, Dal Po mendekatinya membuat In Ha gugup.

Setelah itu ia melepas tasnya berjongkok di membelakang In Ha. Awalnya In Ha seperti tak nyaman, namun akhirnya ia mau digendong oleh Dal Po karena kakinya memang sakit untuk berjalan. Dengan latar matahari terbenam Dal Po mengendong In Ha.

Di kapal, Dal Po membuka perban di kepalanya. In ha binggung kenapa Dal Po membuka perban di kepalanya. Dal Po tak mau nanti kakek menjadi cemas, lalu ia meminta In Ha plester. In Ha mencari di dalam tasnya lalu memberikan untuk Dal Po.

PinocchioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang