2

2.5K 336 130
                                    

Assalamu’alaikum.”

Wa’alaikumsalaam, Alhamdulillah adek sudah sampai rumah.” Mikoto bergegas menyambut si bungsu. Ia mengusap lembut surai hitam anak bontotnya kala mencium punggung tangannya.

“Mah aku sudah gede, jangan panggil adek lagi.”

Mikoto hanya tertawa kecil lantas menggiring Sasuke memasuki rumah. “Mama sudah masak banyak kesukaan adek lho, sana bergegaslah mandi sebelum maghrib.”

Sasuke mengangguk samar lantas mengangkat kopernya menapaki anak tangga. Langkahnya terhenti kala gendang telinganya mendengar suara Itachi.

“Mah, kakak tadi ketemu calon isteri.”

“Calon isteri siapa kak?”

“Sakura mah anak gang sebelah yang dulu sering ngintilin Sasuke, ya Allah tambah ayu dan sholehah dia. Besok mama lamarin Sakura untuk kakak ya mumpung dia libur tiga hari.”

Genggaman Sasuke pada kopernya semakin mengerat, rasanya ia ingin menyumpal mulut ember Itachi dengan koper hitamnya. Padahal ia berencana mengatakan niat baiknya selepas mandi, memang dasarnya si kutu kupret Itachi selalu membuatnya uring-uringan. Lelaki tampan itu sudah siap untuk putar balik sebelum suara sang mama menenangkan hatinya.

“Itu calon isteri adek kak, kakak cari calon lain saja ya. Apa kata tetangga nanti kalau kakak menikah dengan Sakura, kakak mau di gibahin penyuka anak-anak?” Pandangan Mikoto menyipit menangkap kedipan mata dari si sulung. “tapi kalau Sakuranya mau sama kakak ya gak masalah sih, nanti mama akan bicarakan sama-”

“Tidak!”

Mikoto dan Itachi menoleh cepat, dalam hati mereka tertawa senang melihat Sasuke yang bergegas menuruni anak tangga.

“Mah sebenarnya adek mau bilang selepas mandi,” Sasuke memandang raut wajah mamanya yang nampak menanti. “sebenarnya ... adek mau minta ...”

“Apa sih dek ganggu pembicaraan serius saja, sudah sana pergi mandi biar virusnya mati.” Itachi mendaratkan bokongnya pada sofa empuk ruang tengah.

Sasuke menghembuskan napas pelan, ia sedikit merutuki kalimatnya yang masih menggunakan kata ‘adek’ jika menginginkan sesuatu. “Aku minta mama dan papa lamarin Sakura untuk ku besok. Mama jangan dengerin Itachi, Sakura cintanya sama aku bukan sama dia.”

“Itu kan sudah lama, lagipula kon sendiri yang nolak Sakura dulu,” Itachi menyeringai samar mendapati raut jengkel Sasuke. “Sakuranya sudah move on buktinya tadi dia biasa-biasa saja.”

“Nah bagaimana jika yang kakak bilang benar?” Tanya Mikoto pelan.

“Tidak mah, pokoknya kalau mama gak mau lamarin Sakura untukku aku akan pergi ke rumahnya dengan Naruto.”

“Mau ngapain ke sana? Ngelamar Sakura untuk Naruto?”

“Itachi!”

“Sudah sudah, lebih baik adek mandi sekarang ya. Nanti mama bicarakan sama papa.” Mikoto mendorong pelan tubuh jakung si bungsu. Ia menatap langkah Sasuke yang terburu menaiki anak tangga. “adek mu mah sukanya begitu, kalau gak dipancing duluan gak bakalan gerak.”

“Nah sebagai rasa terima kasih karena kakak berhasil mancing Sasuke, mama harus ijinkan kakak ikut oprak.”

“Ya Allah, kakak itu sudah besar gak malu apa sama anak-anak kecil yang oprak.”

“Justru itu mah, kami harus menjaga anak-anak kecil untuk melestarikan budaya bangsa.”

Mikoto mendesah pelan mendengar penuturan anak sulungnya. “Ya sudah terserah kakak saja, tapi ingat waktu sahur harus pulang ke rumah.”

Arti [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang