Sore ini Mebuki dan anak gadisnya nampak sibuk dengan persiapan buka terakhir di bulan Ramadhan. Pasalnya ada mantu yang sekarang ikut bergabung, dan ide ibu negara harus terealisasikan. Membuat mantu pertamanya terkesan.
Sementara kepala keluarga agaknya masih sibuk dengan kegiatan pemasangan gorden khusus lebaran bersama anak mantu. Si sulung sendiri sudah pergi sedari ba’da Dzuhur guna mempersiapkan agenda takbir keliling.
“Biasanya yang bantuin ayah jadi tukang korden si Sakura,” Sasuke mendesah pelan membayangkan isterinya harus naik turun angkat kursi. Seumur-umur saja ini kali pertamanya pasang gorden. “ayah tebak pasti kamu dan kakakmu yang ngebabu kalau di rumah ya?”
“Kadang-kadang ayah,” jawab Sasuke pelan, tak enak juga rasanya jika ia mengatakan setiap lebaran keluarganya nyewa orang hanya untuk pasang gorden.
“Adek sini cepetan!” teriak Mebuki dari arah dapur.
Kizashi hanya menggeleng pelan. “Ibumu memang suka teriak-teriak, maklumi ya Sas.”
Sasuke mengangguk singkat lantas beranjak berdiri. “Sebentar ayah.”
Tanpa pikir panjang pria rupawan itu melangkah lebar menghampiri ibu mertuanya yang tengah sibuk di dapur.
“Ibu,” panggil Sasuke.
Mebuki mengalihkan atensinya dari acara merajang bawang. “Sasuke, kamu butuh sesuatu nak?”
“Bukannya tadi ibu yang mang-”
“Ibu bisa nggak jangan teriak-teriak gitu? Belum juga ada lima menit aku ambil cabenya,” gerutu Sakura yang baru saja memasuki pintu belakang.
“Adek kan cuma perlu ambil yang hijau, kenapa lama sekali?”
Sakura meletakkan beberapa cabai hijau di meja dapurnya. “Kan harus milih bu.”
Kening Sasuke berkerut samar. Tunggu, jadi yang dimaksud adek di sini adalah Sakura. Ya Allah syukur perkataannya tadi kepotong sama isterinya.
“Lho Sasuke ada apa?”
“Kok gak sopan sih dek?” Mebuki berkacak pinggang sembari menatap anak bungsunya penuh tuntutan. “panggil suamimu mas.”
“A-apa sih buk,” Kedua pipi Sakura merona, gadis itu menyelipkan anak rambutnya lantas segera mengambil pisau. “s-sini biar aku aja yang iris bawangnya.”
“Lain kali panggil suamimu dengan bener, ibu gak ngajarin begitu ya dek,” nasihat Mebuki.
Anggukan kecil dari Sakura membuat lelaki rupawan itu tersenyum tipis. Lihat, balasan Allah sungguh luar biasa. Ia yang mulanya berniat memenuhi panggilan ibu mertua –yang ternyata bukan untuk dirinya– kini malah dapat bonus lain.
“Nak Sasuke kasih tau aja ibu kalau Sakura manggilnya gak sopan lagi ya.”
Sakura mendengus pelan, ibunya ini memang pro Sasuke sekali. Menyadari pikiran buruknya gadis ayu itu segera beristighfar pelan, seharusnya ini malah bagus karena kehadiran suaminya diterima lapang dada dalam keluarganya.
“Aku ke depan dulu bu,” ujar Sasuke.
“Kamu nyari apa tadi nak?”
“Gak ada kok bu, cuma nyamperin takutnya ada apa-apa sama Sakura,” ujar Sasuke dengan senyum tipisnya. Ya Allah sekali ini saja, setelahnya gak bohong lagi.
“Masya Allah perhatian banget sih,” Mebuki menyenggol pelan lengan anak bungsunya. “ya udah sana balik ke depan sama ayah, gak usah capek-capek ya nak.”
Iris mata Sakura diam-diam mengikuti kepergian suaminya. Ya Allah betapa baiknya takdirMu untuknya yang tergolong perempuan biasa-biasa ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arti [✓]
RomancePerjuangan dua insan untuk menghalalkan segala aktifitas mereka di hadapan Allah © Masashi Kishimoto