Mikoto tersenyum tipis melihat anak bungsunya menuruni anak tangan dengan setelan rapi, celana kain hitam dipadu kemeja kopi susu, tak lupa jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kanannya.
“Adek sudah rapi aja nih mau kemana emang pagi-pagi begini, jalan bareng Sakura ya?”
Sasuke mengangguk dengan senyum tipisnya. “Iya mah, hari ini kami mau ke KUA.”
“Eh buset belum juga jam tujuh, belum buka lah dek kantor keagamaan,” cerocos Itachi yang baru saja sampai ruang tengah dengan setelan kantornya. “papa sama aku aja belum jalan ke kantor, eh lu nya udah mau ngapelin anak orang.”
“Itachi! Bilang apa sama adek kamu?”
Itachi meringis pelan, ingatkan dia untuk menggunakan kamu-kamuan dengan cucu kesayangan eyangnya. Sementara Sasuke menyeringai tipis, lihat saja bentar lagi kakak tengilnya itu akan kena tausiyah pagi.
“Kamu itu mah udah dewasa, kasih contoh yang baik atuh sama adikmu. Lisannya harus dijaga, sama adek sendiri saja bicaranya begitu bagaimana sama orang lain,” omel Kaguya.
“Iya eyang maaf, lagi khilaf.”
“Khilaf kok dari dulu gak berhenti-berhenti, itu mah namanya bukan khilaf tapi keenakan,” Kaguya menutup buku tebal berjudul penaklukan konstantinopel lantas meletakkannya di atas meja. “Sasuke duduk dulu sini sama eyang.”
Tanpa perintah dua kali Sasuke segera mendaratkan bokongnya di sisi neneknya. Sementara sang ibu duduk di kursi tunggal.
“Mau pergi ke KUA nya jam berapa?”
“Janjiannya jam sembilan sih,” jawab Sasuke hati-hati.
“Nah kalau gitu duduk dulu di sini sama eyang nanti jam delapan baru jalan ke rumah Sakura, atau mau nemenin eyang kakung mu berkebun?”
Kelopak mata Sasuke menyipit, ya kali udah ganteng dan rapi gini disuruh nemenin berkebun cangkul-cangkul tanah dan panen ulet. “Mau jalan lebih awal untuk ngehindarin antrean sih eyang.”
“Sudah hubungin Sakuranya.”
“Belum.”
“Nah apa aku bilang, Sasuke mah cuma mau modus ngapelin Sakura pagi-pagi,” cibir Itachi.
Sasuke melotot tajam, mulut Itachi memang bener-bener lemes kalau soal ngatain atau ngolok dirinya.
“Ada apa ribut-ribut?” Fugaku sang kepala keluarga kembali dari agenda rutin memanaskan mesin mobil. “papa nunggu kamu dari tadi eh rupanya asik ngobrol di sini, cepet pamitan sama mama dan eyangmu.”
“Memang papa sudah pamitan?”
Langkah Fugaku terhenti, ia sudah pamitan sih tapi hanya sama ibunya sebab Mikoto masih sibuk dengan urusan jemuran.
Senyum jahil terukir di bibir Itachi. “Ayo pamitan sama mama, papa harus kasih contoh yang baik buat kita-kita, ya kan eyang?”
Kedutan samar menyambangi jidat Fugaku. Anak sulungnya itu benar-benar tidak tahu tempat, mana ada ibunya lagi disini. Fugaku berdeham pelan lantas melangkah mendekati isterinya yang beranjak berdiri. Pria dua anak itu mengulurkan tangan kanannya yang disambut hangat dan kecupan oleh Mikoto.
“Aku berangkat dulu ya mah.”
“Fi amanillah ya pah.”
“Eh biasanya panggil mas dan dek,” celetuk Itachi.
Pasangan suami isteri itu merona samar, sementara Sasuke berusaha menyibukkan dengan ponselnya yang baru saja dinyalakan, memang dasarnya Itachi itu si kutu kupret.
![](https://img.wattpad.com/cover/265921642-288-k289665.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti [✓]
RomancePerjuangan dua insan untuk menghalalkan segala aktifitas mereka di hadapan Allah © Masashi Kishimoto