19

1.5K 244 55
                                    

Assalamu’alikum.”

Wa’alaikumsalam warrahmahtullah, sebentar,” teriak penghuni rumah yang bergegas mengenakan jilbab dan kaus kakinya lantas menarik gagang pintunya. “lho jenk Mikoto jadi ke sini? Sakura bilang bakal ngomongin sama mas Sasuke sendiri.”

Mikoto mengangguk mengiyakan. “Iya jenk, aku cuma mau ngebahas catering buat akad nanti.”

“Owalah, ayo mari masuk,” Mebuki mempersilahkan kedua tamunya duduk di sofa rumahnya. “sebentar aku panggilin Sakura ya.”

Mebuki kembali duduk menemani calon besan dan menantunya. “Bentar ya mas Sasuke, Sakuranya masih jilbaban entar lagi selesai kok.”

“Gak papa kok bu janjian sama MUA nya juga jam dua, saya nya aja yang keawalan dateng,” ujar ramah Sasuke.

“Lebih awal datang lebih bagus kok nak biar di jalan nanti kalian gak perlu ngebut.”

Sasuke mengangguk pelan. Iris matanya menatap tegas calon ibu mertuanya “Setelah ke MUA, saya minta ijin mau bawa Sakura buat ngobrol sebentar kemudian jemput Naruto di Stasiun Turi ya bu.”

Mebuki tersenyum kecil, ia begitu bersyukur Allah membuka pintu hati Sasuke dan menakdirkan untuk anak gadisnya. “Iya gak papa nak, memang sudah seharusnya kalian ngelurusin masalah yang terjadi.”

Sasuke mengangguk dengan senyum tipisnya. Iris hitamnya melirik sang mama berusaha menyampaikan sedikit sinyal tentang buka bersama yang akan berlangsung di kediamannya.

“Mah,” bisik Sasuke.

“Apa dek.”

“Katanya mau ngundang Sakura buka di rumah, ayo ngomong.”

“Kamu aja deh yang ngomong biar keren gitu.”

Sasuke mendengus malas, sementara Mebuki menatap penuh penasaran agenda bisik-bisik ibu dan anak itu.

“Kenapa jenk?” tanya Mebuki penasaran.

Mikoto mengibas pelan tangan kanannya. “Ini lho jenk si adek, masak sodorin mamanya buat ngundang calon isteri sendiri untuk iftor di rumah.”

Sasuke melirik tajam sang mama tercinta yang masih saja menyematkan kata adek. Lagipula bukannya tadi mamanya bilang urusan iftor jadi bagiannya, lha ini kenapa dia lagi yang kena ya Allah.

“Mah, kan gak gini ceritanya tadi,” bisik Sasuke sepelan mungkin.

Mebuki tertawa pelan. “Maklum jenk namanya masih muda jiwa malu-malunya masih penuh.”

Sosok yang ditunggu akhirnya muncul dengan setelan gamis abu-abu dipadu jilbab syar'i navy segi empat lengkap dengan tas selempangnya. Hal ini membuat Sasuke buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya sembari melafalkan istighfar berkali-kali.

“Assalamu’alaikum maaf nunggu lama,” pandangan Sakura bergulir ke arah calon mertua. “katanya Sasuke bibi Mikoto gak ikut ke sini?”

“Wa’alaikumsalam, mama cuma mau bahas catering kalian sama ibumu kok. Kalian mau jalan kan, sana berangkat.”

Mikoto melirik singkat ketika merasakan sikutan pelan dari anak bungsunya. Mengerti akan isyarat yang di berikan anak bungsunya, atensi ibu dua anak itu kembali tertuju pada calon besannya.

“Jadi gimana jenk, kalian nanti bisa iftor di rumah?”

“Maaf jenk bukannya nolak, tapi ayahnya anak-anak nanti lembur. Sakura saja gak papa ya? Insya Allah kita bisa iftor bareng di lain kesempatan,” Pandangan Mebuki bergulir ke anak bungsunya yang duduk di sisinya. “kamu gimana Ra, mau?”

Arti [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang