7

1.7K 285 88
                                    

Sasuke bersandar pada dinding ballroom, menunggu Sakura keluar ibarat menunggu Itachi keluar dari kamar mandi begitu lama meskipun tidak sampai satu jam. Ia menegakkan tubuhnya kala pandangannya menangkap sosok Sakura yang berjalan mendekat. Lelaki tampan itu sedikit merutuki emosinya yang mendadak labil, semoga saja Allah dan kedua malaikat di sisinya memakluminya.

“Sasuke, aku hanya datang untuk menggantikan asisten bosku yang cuti.”

Sasuke menghembuskan napas pelan. “Kenapa kamu? Memang tidak ada orang lain di kantor tempatmu bekerja?”

Iris mata Sakura sibuk memandangi ujung sepatu Sasuke. “Kata pak Gaara sekalian menghitung pemasukan dari hasil pembagian dividen, kebetulan aku bagian keuangannya.”

Sasuke mendengus malas. Apa-apaan orang yang bernama Gaara itu, mana ada hal seperti itu dalam pertemuan semacam ini. Sasuke melirik pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul tujuh belas tiga puluh. “Keberatan mencari tempat makan untuk berbuka atau mau ku antar pulang?”

“Aku tidak yakin di jam seperti ini ada tempat kosong, mungkin pulang pilihan terbaik,” Sakura melirik sejenak wajah Sasuke yang selalu tampan lantas kembali menunduk. “Sasuke masuk saja aku bisa pulang sendiri kok.”

Kernyitan halus tercetak di jidat Sasuke. “Kalau begitu kita buka puasa di restoran hotel ini saja.”

Sakura menggeleng pelan “Itu akan sangat merepotkan, Sasuke kan tidak suka kebisingan.”

“Kalau aku tidak suka kebisingan, untuk apa datang ke acara ini?”

Sakura menghela napas pelan dengan senyum tipisnya. “Yakin gak ngeropotin?”

“Kamu gak pernah ngerepotin aku sama sekali.” Sasuke berujar sembari melangkah menjauh membuat Sakura diam-diam terkesiap. Gadis itu bergegas melangkah mencoba menyamai si lelaki berjas hitam.

“Hhheee yang benar? lalu siapa dulu yang selalu mengatai ku menyebalkan dan merepotkan?”

“Gak tahu.”

“Masa sih gak tahu?”

Sasuke berhenti sejenak lantas menolah pada gadis yang juga mendadak menghentikan langkahnya. “Ya sudah besok kita ke Surabaya lalu menikah.”

“S-Sasuke!”

Sasuke tersenyum tipis lantas melanjutkan langkahnya meninggalkan Sakura yang cemberut malu. Ya, ia memang selalu mengatai Sakura menyebalkan dan merepotkan, karena dengan adanya gadis itu jantungnya dipaksa untuk berdetak lebih cepat dari kadar normal.

Kedua pipi Sakura bersemu merah, kali ini ia memilih diam sembari mengikuti langkah kaki calon suaminya. Sasuke menunjukkan id card nya lalu memasuki restoran hotel, sementara Sakura hanya mengiyakan ketika si pria tampan membawanya ke meja makan kosong lantas dengan malu duduk pada kursi yang sudah ditarik Sasuke.

“Terima kasih Sasuke.”

Sasuke menyuguhkan senyum tipisnya membuat Sakura menunduk sembari beristighfar memohon ampun. Ya Allah jika bersama calon suami apakah dihitung sebagai dosa penggugur pahala puasa.

“Silahkan.” Si pelayan menyerahkan satu buku menu dan selembar kertas lalu meninggalkan kedua anak adam tersebut.

“Sasuke mau makan apa, Ayam bakar, soto, atau yang lain?” Sakura membuka buku menu lantas meletakkan di tengah meja mereka.

“Yang enak mana?”

“Semua enak.”

“Yasudah pesan semua.”

Sakura melayangkan tatapan tidak terimanya. “Serius Sas.”

“Kapan sih aku gak serius?” Sakura mendengus pelan membuat lawan bicaranya menyunggingkan senyum tipis lantas memusatkan atensinya pada buku menu. Sasuke menunjuk paket komplit menu buka puasa yang ditawarkan restoran. “ini saja bagaimana?”

Arti [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang