22

1.6K 249 64
                                    

“Kalian gak nyebar undangan buat resepsi Sas?”

Sasuke mengangguk singkat tanpa mengalihkan kegiatannya menggosok mobil. Niatnya ingin membiarkan Naruto mencuci mobilnya sendiri tapi jiwa baiknya tidak menyetujuinya.

“Nyebar.”

Naruto sedikit menyipitkan kelopaknya akibat lembayung senja yang semakin menunjukkan taringnya. “Kapan? Tinggal enam hari lagi kok lu santai ae, jangan-jangan gak niat lu nikah sama Sakura.”

“Bibirmu sini tak gosok pake spons biar gak ngomong sembarangan.”

Naruto mendengus pelan. “Pas bukber akbar sekalian aja nyebar undangan buat mereka.”

“Aku gak kenal semua orang di sekolah bego.”

“Dari pada lu bolak-balik nantinya,” saran Naruto.

“Ya gak papa bolak-baliknya kan udah sama isteri sah,” Sasuke menyeringai tipis melihat raut wajah kesal sahabatnya. “emang kau bolak-baliknya masih sendiri.”

“Sial emang lu,” ujar Naruto sembari menyipratkan busa dari dalam ember.

“Halal mah bebas.”

“Awas aja lu ya til.”

Assalamu’alaikum.”

Perdebatan kecil itu terhenti oleh suara seorang gadis yang berdiri beberapa langkah dari pagar.

“Maaf aku langsung masuk soalnya pagernya kebuka sendiri.”

Perpaduan antara rok tutu hitam, kaos putih lengan panjang selutut dan jilbab salem yang membungkus segala keindahan pada diri si gadis membuat Sasuke beranjak berdiri. Lelaki rupawan itu segera melempar spons ke arah Naruto lantas mencuci kedua tangannya dengan air yang mengalir melalui selang biru.

Wa’alaikumsalam warrahmahtullah, gak papa Ra masuk aja. Ada apa sore-sore ke rumah dan mana motormu, kamu jalan kaki?”

“Tanyanya satu-satu mas Sasuke, aku kan bingung mau jawab gimana.”

Sasuke melotot sempurna ke arah sohibnya yang mengejeknya terang-terangan, awas saja si kutil kuning itu bakalan ia goreng habis ini.

“Gak usah peduliin omongan si Naruto.”

Sakura hanya mengangguk singkat. Ia mencengkeram erat pegangan rantang berusaha menekan rasa panas yang menjalari wajahnya.

“A-ah iya kebetulan kami ada sedikit rejeki,” Sakura mengangkat sedikit rantangnya. “bibi Mikoto di rumah?”

“Eh kamu selametan hari ini Ra?” potong Naruto.

“Iya Nar.”

“Alhamdulillah dapat berkat nanti, kasih tau ayahmu ngundangnya agak sorean ya gue masih ngebabu di sini.”

Sakura hanya tersenyum tipis menanggapi penuturan Naruto. Sementara sang pemilik mobil menatap tajam sohibnya yang jelas-jelas diabaikan.

“Mama ada di dalem, ayo masuk aku anter.”

“Eh gak usah Sas kamu bantuin aja Naruto, kasian dia sendiri kan mobil kamu juga yang dicuci.”

“Tinggal bilas pake selang aja kok,” Sasuke menoleh ke arah sohibnya lantas mengangkat sebelah alisnya. “aku tinggal bentar Nar.”

“Demi kebaikan bersama ya bro,” ujar Naruto dengan anggukan kecil dan cengiran lebarnya. Lagipula Sasuke juga sudah banyak membantunya selama di perantauan, sudah sewajarnya ia juga ikhlas lahir batin membantu sohibnya.

“Ayok Ra.”

Sakura mengangguk pelan lantas mengikuti langkah sosok lelaki yang dulu begitu sulit ia gapai akhirnya akan menjadi suaminya dalam hitungan hari. Rasanya ia masih tidak percaya dengan takdir Allah yang digariskan untuknya.

Arti [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang