“Fii amanillah ya kalian, semoga Allah selalu meridhoi setiap langkah kalian.” Mebuki berujar dengan lembut.
Sasuke dan Sakura mengangguk singkat. Sementara Naruto masih melayangkan tatapan curiganya, ada yang tidak ia ketahui di sini dan sejak kapan paman Kizashi mau senyum dengan Sasuke di depan stasiun tadi.
“Pokoknya gak usah pikirkan di sini, mama dan ibumu yang akan mengurus semuanya.”
‘Mama? Bibi Mikoto bilang mama ke Sakura?’
“Terima kasi bibi mohon maaf banyak merepotkan,” Sakura meraih tangan kanan Mebuki lantas mencium punggung tangannya, hal yang sama pun ia lakukan pada calon mertuanya. “kami berangkat dulu assalamu’alaikum.”
Sasuke mencium punggung tangan sang mama lantas mengangguk singkat pada calon mertuanya. “Assalamu’alaikum.”
“Kami berangkat dulu ya bibi Mikoto bibi Mebuki, assalamu’alaikum.” Naruto berujar ringan.
“Wa’alaikumsalam, fii amanillah.”
Bola mata Naruto setia melirik dua orang di samping kanannya. Suara hatinya mengatakan ada hal besar yang mereka berdua sembunyikan darinya. Oke, jika yang menyembunyikan sesuatu adalah Sakura, ia tidak akan mempermasalahkannya mengingat pertemanan mereka mulai merenggang ketika memasuki bangku kuliah. Tapi jika yang menyembunyikan sesuatu adalah Sasuke, maka ia akan mempermasalahkannya hingga pelosok negeri.
Sasuke menunjukkan e-tiket pada layar ponselnya ke petugas, hal ini seratus persen membuat Naruto semakin curiga. Pasalnya nama Sakura juga tertera dalam tiket tersebut.
“Kalian pesan ... barengan ya?”
“Kemarin bibi Mikoto yang pesankan, katanya biar sekalian.” Jawab Sakura tanpa menoleh ke arah Naruto.
“Sebenarnya aku juga kepo dengan bisik tetangga yang mengabarkan kelurga Sasuke ke rumah mu,” Naruto mendudukkan tubuhnya pada kursi tunggu. “ada acara apa sih? Kenapa keluargaku tidak diundang Ra?”
Sakura melirik Sasuke dengan canggung. Apa tidak apa-apa jika ia harus menjawab dengan kebohongan untuk kebaikan bersama, malaikat tidak mencatatnya sebagai dosa kan. “S-sebenarnya Nar-”
“Hanya silaturrahmi,” Sasuke menepuk ringan ujung kursi tunggu yang berjarak dua kursi dari tempat Naruto. “duduk di sini.”
Pandangan Naruto menyipit melihat benda silver melingkar di jari manis Sasuke. “lu pake cincin? Cincin apa dan punya siapa itu?”
Kini giliran Sakura yang terkejut mendengar tudingan Naruto. Tudingan lelaki itu seperti menangkap basah suaminya tengah berselingkuh.
“Aku bener-benar mencurigai sesuatu, ingat ya Sas lu gak bakal bisa nyembunyiin apapun dariku,” Pandangan Naruto bergulir pada sosok Sakura yang duduk dengan sedikit gelisah. “coba lihat tangan mu Ra.”
“Gak usah aneh-aneh ya bego.” Bisik Sasuke
Mengabaikan pernyataan Sasuke. Naruto malah beranjak berdiri hendak mendekati Sakura.
Sasuke menarik paksa jaket kulit Naruto hingga kembali duduk seperti semula. “Gak usah ganggu Sakura.”
“Mohon perhatian para penumpang KA Argo Bromo Anggrek jurusan Surabaya Jakarta di mohon memasuki peron 3 Terima kasih.”
Sakura bergegas menyeret kopernya meninggalkan dua lelaki yang masih sibuk main pelotot-pelototan. Ia begitu mengenal tabiat Naruto, lelaki itu tidak akan pikir panjang lagi untuk menyebar berita besar ke semua orang.
“Astaghfirullah puasa Ra, gak boleh su’udzon sama orang.” Ujar Sakura pada diri sendiri.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Arti [✓]
Roman d'amourPerjuangan dua insan untuk menghalalkan segala aktifitas mereka di hadapan Allah © Masashi Kishimoto