20

1.6K 236 68
                                    

“Makasih ya Sas lu emang bener-bener sohib gue.”

Sasuke mendengus pelan menanggapi perkataan Naruto. “Masuk sana, bu kades pasti seneng liat anaknya pulang.”

“Kamu gak ngabarin orang tuamu kalau pulang hari ini Nar?” celetuk Sakura.

Naruto menggaruk pipinya pelan. “Biar kejutan Ra.”

“Lain kali kabari biar di doakan selamat sampe tujuan, kita kan gak ngerti apa yang bakalan terjadi di jalan.”

“Dengerin, jangan cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sekali-kali diserap kek ditelen.”

“Suek emang lu Sas. Sudah pulang sana, bibi Mikoto pasti nungguin adek Sasuke kesayangan semua orang.”

“Sudah untung aku jemput, gak usah bacot ya bego.”

Astaghfirullah Sasuke,” tegur Sakura.

Sasuke menoleh ke arah calon isteri dengan raut yang kentara merajuk. “Si Naruto yang mulai Ra, kamu juga harus tegur dia bukan cuma aku doang yang kena.”

“Dihh laki kok ngambek,” ejek Naruto.

“Bodo Nar,” Sasuke menoleh dengan raut kesalnya. “mama ngundang iftor, gak dateng Alhamdulillah.”

Naruto mengelus pelan dadanya. “Dahlah lu pulang sana, sensi terus jadi orang. Hati-hati dijalan gak usah ngebut.”

“Rumah kita sebelahan bego,” kesal Sasuke.

Sakura hanya bisa menggeleng pelan melihat interaksi keduanya yang selalu berdebat tapi mengerti satu sama lain. Mungkin dengan cara ini baik Sasuke maupun Naruto menyampaikan rasa sayang berbalut gengsi.

Sasuke menutup kaca mobilnya lantas kembali mengemudi menuju rumah sebelah. Ia melirik sekilas ke arah Sakura ketika menunggu pagar otomatisnya terbuka. Lelaki itu menginjak pedal gas kemudian dengan rapi memarkirkan mobil di garasi.

“Ra yang tadi itu emang Naruto sengaja biar kamu marahin aku,” ujar Sasuke sembari melepas sabuk pengamannya.

“Gak papa Sas, aku malah yang mau minta maaf karena gak ngerti situasi,” Sakura turut serta membuka sabuk pengamannya “cara kalian nunjukin kepedulian dan rasa sayang begitu unik.”

“Amit-amit Ra yang ada malah gondok.”

Sakura mengulas senyum kecilnya. “Dih gengsian.”

“Gak usah mancing.”

“Siapa yang mancing aku kan cuma ngomong fakta.”

Sasuke memiringkan tubuhnya, pandangannya terpusat pada sosok di sebelahnya yang mengangkat sebelah alisnya menantang. “Kalau setannya berhasil kabur bahaya lo Ra.”

Sasuke tersenyum tipis melihat kelopak indah itu mengerjap pelan. Tangan kanan calon isterinya sibuk mengipas sekitar wajahnya yang terasa panas, sementara tangan kirinya berusaha membuka pintu mobil yang pada dasarnya masih terkunci.

“Kok kepanasan Ra, padahal suhunya udah enam belas. Apa aku perlu pasang AC lagi?” tanya Sasuke dengan kuluman senyum yang berusaha ditahannya.

“B-buka pintu mobilnya.”

“Di luar panas, kamu yakin mau keluar?”

“Sasuke!”

Kekehan renyah meluncur ringan dari bibir Sasuke. Lelaki itu mengambil napas, menghembuskannya perlahan lantas beristighfar tiga kali. Sasuke mendengus pelan melihat calon isterinya yang bergegas keluar tanpa bicara sepatah katapun dengannya. Ya Allah, baik dulu maupun sekarang Sakura dengan segala tingkahnya selalu menjadi godaan berat untuknya.

Arti [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang