"Bismillahirahmanirrahim.”
Gadis bermukenah putih itu sontak menghentikan acara tadarus rutinnya selepas tarawih kala gendang telinganya menangkap suara familiar dari speaker masjid.
“Taa haa ...”
“Ya Allah, Sasuke ...”
“Maa anzalnaa alaikal-qur ‘aana litasyqaa.”
Gadis ayu itu memilih mengakhiri tadarusnya dari pada semua bacaannya jadi amburadul. Ia menyimpan Al-quran merah mudanya, melepas mukenah lantas menggantung di belakang pintu kamar.
“Illaa tazkiratal llimay yakhsaa.”
“Astaghfirullah hal adzim,” lirih Sakura.
Sakura berusaha menemukan headset tempo dulunya ketika kelas menengah. Lebih baik ia mendengar sholawatan dari pada suara mengaji Sasuke yang membuatnya panas dingin, bisa-bisa bisikan setannya ngelunjak kalau dibiarkan.
“Tanzilam mim man khalaqal-arda ws-samaawaatil-‘ulaa.”
“Ya Allah, kenapa Sasuke ikutan tadarus lagi di masjid sih?” Sakura menepuk pelan bibirnya. “astaghfirullah dia mah cuma cari pahala, akunya aja yang masih banyak setan.”
Sakura menghembuskan napasnya pelan lantas kembali mengenakan mukenahnya. Ia menggelar sajadahnya kemudian duduk bersila di atasnya dengan qur’an yang menyuguhkan surah At-Taha. Gadis itu mendengar bacaan Sasuke sembari mengikutinya dengan jantung yang berdegup kencang
Dengan begini malaikat Rakib Atid akan berlomba mencatat kegiatannya. Dosa dan pahalanya akan seimbang bukan?
Suara merdu yang mengalun melalui speaker masjid telah usai menandakan berhentinya waktu tadarus untuk si gadis. Sakura menutup qur’an lantas menyimpannya di tempat semula. Gadis itu merebahkan tubuh di ranjangnya berharap bisa tidur lebih awal sehingga dapat memenuhi penggilan sepertiga malam tanpa tergesa. Bukannya tidur pikirannya malah sibuk berkelana ke masa sekolah menengah tahun ke dua.
Kala itu pesantren ramadhan di sekolah ...
***
“Astaghpirullah hal adjim gerah banget ini mukenah Ya Allah, mana pengap lagi nih aula.” gerutu Sakura.
“Bukan mukenah bego, itu namanya gamis. Dasarnya koe yang nimbun setan makanya kegerahan.”
Ino mengangguk tanda setuju dengan perkataan yang dilontarkan Karin. Irisnya melirik pada sohibnya yang mengenakan baju lebaran tahun lalu tengah sibuk mengipas sekitar leher.
“Eh wewe gombel, gak boleh ngomong gitu sama bidadarinya mas Sasuke ya,” kesal Sakura.
Ino terkekeh pelan. “Boro-boro bidadarinya, dilirik aja gak pernah. Ngarep amat jadi orang.”
“Bodo, prinsipku tetep usaha sama dengan hasil,” kekuh Sakura.
“Sakkarepmu (terserahmu) nong sakkarepmu,” ujar Karin.
Sakura merotasikan bola matanya bosan. Pandanganya mendadak segar kala sosok lelaki dengan celana kain hitam di padu koko putih memasuki bagian depan aula bersama gerombolan OSIS yang sok keren dan sok sibuk. Gadis ayu itu sibuk membenarkan jilbabnya sembari menegakkan duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti [✓]
RomancePerjuangan dua insan untuk menghalalkan segala aktifitas mereka di hadapan Allah © Masashi Kishimoto